Selama ini, depresi selalu identik dengan emosi yang tidak stabil. Pemahaman tersebut memang tidak salah. Namun, tahukah Anda bahwa seseorang yang baik-baik saja tanpa gejala tersebut juga bisa memiliki depresi? Kondisi ini dikenal sebagai depresi terselubung.
Lantas, adakah cara untuk mengenali depresi terselubung? Perawatan seperti apa yang bisa dilakukan untuk mengatasi kondisi ini? Simak informasinya melalui ulasan berikut.
Apa itu depresi terselubung?
Sama seperti jenis depresi pada umumnya, depresi terselubung adalah kondisi ketika seseorang mengalami gangguan mental yang memengaruhi perasaan, cara berpikir, hingga berperilaku.
Bedanya, seseorang dengan depresi terselubung sering kali menunjukkan gejala fisik terlebih dahulu dibandingkan gejala psikologisnya.
Artinya, seseorang dengan kondisi ini mungkin tidak menunjukkan gangguan suasana hati, tetapi memiliki gejala fisik atau psikosomatis.
Beberapa gejala psikosomatik adalah nyeri otot, peningkatan detak jantung, dan keringat berlebih pada tangan.
Karena itulah, depresi terselubung juga dikenal sebagai masked depression. Ini lantaran orang-orang yang mengalaminya tidak terlihat memiliki depresi.
Sebuah studi yang diterbitkan dalam Indian Journal of Psychiatry (2024) pun menyebutkan bahwa depresi terselubung lebih banyak ditemukan oleh non-psikiater (dokter) dibandingkan psikiater.
Tanda-tanda dan gejala depresi terselubung
Laman Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyebutkan bahwa gejala utama dari depresi, yaitu mood depresif (sedih), anhedonia (kehilangan minat), dan anergia (tidak bersemangat) sering kali tidak terlihat pada seseorang dengan masked depression karena tertutup oleh keluhan fisik.
Alih-alih perubahan suasana hati, berikut adalah gejala lain yang lebih sering ditemukan pada seseorang dengan depresi tersembunyi.
1. Gejala fisik
Apabila Anda kerap merasakan berbagai gejala fisik berikut tanpa penyebab pasti, masked depression bisa menjadi kondisi yang mendasarinya.
- Nyeri punggung bawah.
- Sakit kepala.
- Dada berdebar.
- Otot tegang di bagian belakang leher.
- Sembelit.
- Gangguan siklus menstruasi atau fungsi seksual.
2. Perubahan interaksi sosial
Depresi terselubung sering kali justru disadari oleh orang lain alih-alih diri sendiri. Pasalnya, kondisi ini bisa membuat seseorang menarik diri dari kegiatan sosial, bahkan orang-orang terdekat.
Seseorang yang sedang depresi memang cenderung lebih suka menyendiri. Namun, bukan berarti semua orang yang sedang menyendiri memiliki depresi.
3. Perubahan berat badan secara signifikan
Disadari atau tidak, seseorang yang mengalami depresi sering kali menyalurkan perasaannya melalui makanan.
Beberapa di antaranya mungkin menjadi makan tak terkendali sampai mengakibatkan peningkatan berat badan.
Namun, tidak sedikit pula yang kehilangan berat badan lantaran kehilangan nafsu makan saat depresi. Oleh karena itu, peningkatan atau penurunan berat badan secara signifikan bisa menjadi gejala depresi.
4. Perubahan signifikan pada produktivitas
Selain penurunan produktivitas, depresi juga bisa membuat seseorang bekerja secara berlebihan.
Beberapa orang mungkin menganggap kebiasan tersebut sebagai peningkatan produktivitas, padahal pekerjaan tersebut bisa saja menjadi pengalihan stres yang berlebihan.
Peningkatan produktivitas tentu merupakan hal yang baik. Akan tetapi, jika kondisi ini membuat Anda abai terhadap kesehatan dan hanya memikirkan pekerjaan, depresi mungkin saja terjadi.
Meski seseorang dengan depresi terselubung lebih sering mengeluhkan gejala fisik, bukan berarti mereka tidak merasakan gangguan suasana hati.
Hanya saja, beberapa dari mereka mungkin menolak bahwa gejala fisik yang dirasakan berasal dari gangguan kesehatan mental. Faktanya, kesehatan fisik dan mental adalah dua hal yang saling berkaitan.
Penyebab depresi terselubung
Sampai saat ini, penyebab depresi secara umum masih belum diketahui pasti. Hal ini juga berlaku pada masked depression.
Namun, beberapa kondisi berikut dinilai bisa meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami depresi, termasuk masked depression.
- Ketidakseimbangan zat kimia dalam otak.
- Gangguan hormon.
- Kejadian traumatis di masa lalu.
- Penyakit kronis.
- Kecanduan alkohol atau obat-obatan.
Di samping itu, beban pekerjaan dan tuntutan dalam kehidupan sehari-hari juga bisa bisa menjadi penyebab stres berkepanjangan. Jika tidak ditangani, hal ini dapat meningkatkan risiko depresi.
Cara mengatasi depresi terselubung
Satu langkah penting yang harus dilakukan supaya depresi terselubung bisa teratasi adalah menyadari dan menerima bahwa Anda mengalaminya.
Sama seperti penyakit fisik, gangguan mental adalah kondisi yang dialami oleh banyak orang sehingga Anda tidak perlu malu untuk menerimanya.
Anda tidak harus menghadapi kondisi ini seorang diri. Jika Anda merasa kesulitan atau membutuhkan tempat bicara, konsultasi dengan psikolog mungkin dapat membantu Anda.
Perawatan yang biasanya diberikan kepada seseorang dengan depresi terselubung adalah psikoterapi suportif yang dikombinasikan dengan pemberian antidepresan.
Dengan psikoterapi suportif, Anda akan dibantu untuk mengenali penyebab utama depresi dan mengendalikannya ketika menghadapi kondisi tersebut.
Sementara itu, antidepresan akan diberikan untuk memperbaiki suasana hati dan emosi yang tidak stabil.
Gejala fisik biasanya ikut membaik ketika suasana hati Anda terkendali, sebab gejala fisik tersebut memang berasal dari kondisi mental Anda.
Jika diperlukan, dokter bisa juga memberi obat tambahan untuk meringankan gejala fisik Anda. Selalu ikut saran pengobatan dari dokter untuk mendapatkan hasil terbaik.
Di samping perawatan medis, dokter atau psikolog biasanya juga meminta Anda menjalani pola hidup sehat. Caranya dengan memperbaiki pola makan, jam tidur, hingga aktivitas fisik.
Bagi Anda yang memiliki keluarga, teman, atau rekan dengan depresi terselubung, jangan lupa untuk memberinya dukungan. Pasalnya, support system adalah salah satu hal yang mereka butuhkan.
Kesimpulan
- Depresi terselubung adalah kondisi ketika seseorang mengalami depresi, tetapi tidak menunjukkan gejala emosional, melainkan somatis/fisik.
- Tanda-tanda depresi terselubung antara lain nyeri punggung, sakit kepala, sembelit, dan gangguan fungsi seksual.
- Pengobatan umumnya melibatkan kombinasi psikoterapi suportif dan obat antidepresan.