backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Tak Perlu Resign, Hadapi Rekan Kerja Toxic dengan Cara Ini

Ditinjau secara medis oleh dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa · General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


Ditulis oleh Hillary Sekar Pawestri · Tanggal diperbarui 01/06/2024

Tak Perlu Resign, Hadapi Rekan Kerja Toxic dengan Cara Ini

Punya rekan kerja toxic yang mengganggu mood dan produktivitas saat bekerja? Beberapa dari Anda mungkin bisa mengabaikannya sehingga pekerjaan tidak terganggu, tetapi kehadiran orang toksik juga bisa membuat lingkungan kerja menjadi tidak sehat.

Oleh karena itu, penting untuk mengenali ciri-ciri rekan kerja yang toxic dan bagaimana cara menghadapinya agar Anda tidak terpengaruh olehnya.

Ciri-ciri rekan kerja toxic

Berinteraksi dengan orang toxic tentu membutuhkan energi ekstra. Agar energi Anda tak terkuras, yuk, kenali seperti apa ciri-ciri toxic people di lingkungan kerja.

1. Selalu mengeluh

Mengeluh di tengah pekerjaan yang menumpuk tentu merupakan hal yang wajar. Akan tetapi, berbeda jika ia melakukannya setiap hari dan menularkan energi negatifnya kepada orang lain.

Pasalnya, hal tersebut bisa menurunkan semangat dan motivasi kerja di dalam tim. Belum lagi jika keluhan tersebut tidak disertai dengan upaya penyelesaian masalah yang dihadapinya.

2. Lepas dari tanggung jawab

tata ruang kantor

Pernahkah Anda memiliki rekan kerja yang tidak mau ikut bertanggung jawab atas pekerjaan bersama? Sikap seperti ini merupakan salah satu ciri-ciri rekan kerja toxic yang bisa merugikan Anda.

Padahal, beberapa jenis pekerjaan memang harus diselesaikan bersama-sama. Namun, rekan kerja yang toxic biasanya cenderung memanfaatkan teman-temannya saja.

3. Suka melakukan bullying

Bukan hanya di sekolah, bullying di lingkungan kerja juga bisa terjadi. Orang dengan sifat ini tidak akan malu merendahkan, menindas, dan meremehkan rekan kerjanya di hadapan atasan.

Memiliki rekan kerja yang suka mem-bully tentu akan membuat lingkungan kerja menjadi tidak sehat. Alhasil, pekerjaan yang sebenarnya mudah akan terasa lebih susah.

4. Hobi memberi kritik yang menjatuhkan

Selama bersifat membangun, memberi kritik pada rekan kerja sebenarnya boleh saja dilakukan.

Namun, jika kritikan tersebut diberikan dengan tujuan merendahkan, dapat dipastikan bahwa pemberi kritik merupakan orang toksik.

Tipe pemberi kritik ini biasanya akan berusaha mencari kesalahan-kesalahan kecil pada pekerjaan Anda untuk dijadikan alasan.

5. Suka bergosip

Rekan kerja Anda suka mengajak bergosip? Hati-hati, bisa jadi suatu saat gantian Anda yang menjadi topik di dalam gosip tersebut.

Rekan kerja yang suka bergosip termasuk toksik karena mereka sudah menyebarkan informasi yang belum tentu benar.

Informasi ini kemudian bisa menimbulkan konflik atau ketidakpercayaan di dalam tim kerja Anda.

Cara menghadapi rekan kerja toxic

Karena satu dan lain hal, Anda mungkin tidak bisa keluar dari pekerjaan dengan teman kerja yang toxic.

Untungnya, masih ada banyak cara yang bisa Anda lakukan untuk menyesuaikan diri dengan orang-orang tersebut.

Berikut ini adalah beberapa cara untuk menghadapi orang toxic di kantor.

1. Batasi interaksi

Jika berkaitan dengan pekerjaan, Anda mungkin tidak bisa menghindari interaksi bersama rekan kerja yang toxic. Namun, di luar itu, Anda bisa memilih untuk membatasinya.

Sebagai contoh, hindari nimbrung ke gosip yang sedang mereka bicarakan. Anda perlu pandai memilih rekan kerja agar tidak tenggelam di dalam energi negatif yang diberikan rekan kerja toxic.

2. Perhatikan nada bicara

bekerja shift malam

Hindari basa-basi dengan rekan kerja toxic. Jika Anda membutuhkan bantuannya dalam pekerjaan, sampaikan secara to the point, tetapi tetap sopan.

Sebagai contoh, “Hai selamat pagi, tolong kirimkan hasil rapat pagi tadi, ya. Terima kasih.”

Dengan cara itulah Anda bisa menghadapi tempat kerja yang tidak sehat tanpa mendapatkan pengaruh negatifnya.

3. Tegur secara langsung

Rekan kerja toksik sering kali tidak sadar bahwa perilakunya sudah merugikan orang-orang di sekitarnya.

Oleh sebab itu, jangan ragu menegur mereka ketika melakukan hal-hal yang merugikan orang lain.

Mendiamkan atau memaklumi perilaku rekan kerja yang toksik justru bisa membuat perilakunya semakin parah.

4. Kontrol emosi Anda

Tidak jarang, rekan kerja yang toxic berperilaku kurang baik untuk memancing emosi Anda. Oleh karena itu, penting untuk tahu cara mengontrol emosi Anda ketika berhadapan dengan mereka.

Ingatlah bahwa emosi yang terpancing karena rekan kerja toxic akan membuat Anda menyesal di kemudian hari.

Sebisa mungkin, cukup dengarkan hal-hal yang dibutuhkan dan abaikan perkataan yang tidak berhubungan dengan pekerjaan.

5. Introspeksi diri

Jika Anda merasa dikelilingi oleh rekan kerja yang toksik, jangan lupa untuk ikut melakukan introspeksi diri.

Siapa tahu, sikap toxic yang mereka tunjukkan merupakan cerminan dari apa yang Anda lakukan kepada orang lain.

Apabila Anda kesulitan untuk menilai diri sendiri, mintalah bantuan orang lain. Tanyakan apakah ada perilaku Anda yang sebaiknya diperbaiki.

6. Bicarakan pada atasan

Menurut laman Harvard Business Review, tak ada salahnya untuk melaporkan rekan kerja yang toxic ke atasan atau bagian human resource (HR).

Namun, sebelum itu pastikan Anda sudah mengumpulkan bukti-bukti perilaku negatif mereka. Bila perlu, ajak rekan kerja lain yang sudah ikut merasakan dampaknya.

Bagi beberapa orang, teman kerja toksik tidak hanya berdampak terhadap pekerjaan, tetapi juga kualitas kehidupan secara menyeluruh.

Oleh sebab itu, jika berbagai cara di atas tidak membuat kondisi Anda menjadi lebih baik, mungkin inilah waktunya untuk mencari lingkungan kerja baru yang lebih mendukung.

Kesimpulan

Rekan kerja toxic biasanya memiliki sifat suka melepas tanggung jawab, selalu mengeluh, suka bergosip, dan hobi memberi kritik. Untuk menghadapinya, pastikan bahwa emosi Anda tidak mudah terpancing. Setelah itu, tegur dia secara langsung. Jika teguran Anda tidak mempan, laporkan mereka pada atasan atau tim HR.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.



Ditinjau secara medis oleh

dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


Ditulis oleh Hillary Sekar Pawestri · Tanggal diperbarui 01/06/2024

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan