Sempat ada tren yang booming di internet tentang kucing dalam botol. Tren itu mampu melelehkan hati para netizen dengan kelucuan dari wajah kucing-kucing yang masuk dalam botol. Namun, tahukah Anda kalau perbuatan itu merupakan bentuk menyiksa terhadap hewan?
Penyiksaan terhadap hewan ini ternyata bukan semata-mata sebagai cara dari manusia untuk menunjukkan dominansinya, namun ada hal yang lebih laten dari itu.
Dua jenis dari perilaku menyiksa hewan
Sebelum melangkah lebih jauh tentang bahaya laten yang dapat diungkapkan dari penyiksaan hewan, ada baiknya untuk mengaji jenis dari penyiksaan terhadap hewan. Menurut Canadians for Animal Welfare Reform, atau yang sering disingkat CFAWR, terdapat dua jenis dari penyiksaaan binatang, active cruelty dan passive cruelty. Active cruelty adalah bentuk penyiksaan dengan tujuan untuk menyakiti hewan, sedangkan passive cruelty adalah bentuk penyiksaan tanpa maksud, seperti lupa memberikan makan atau minum pada hewan peliharaan, dalam waktu yang panjang.
E. Buckles, D. N. Jones, dan D. L. Paulhus pada tahun 2013 melakukan suatu studi untuk melihat perilaku sadistis dalam kehidupan sehari-hari. Sebanyak 78 mahasiswa psikologi diikutsertakan dalam penelitian ini. Para responden diminta untuk mengisi beberapa kuesioner yang dapat mengukur sifat sadistik, dark triad (Machiavellianism, narcissism, dan psychopathy), dan ukuran kejijikan responden terhadap berbagai hal. Selain itu, ada Yes-or-No Question yang perlu diisi untuk mengetahui ketakutan terhadap serangga. Terakhir, responden diminta untuk mengisi kuesioner adjective-rating measure.
Pertama-tama, responden diminta untuk memilih beberapa pekerjaan; membunuh serangga (kategori: pembasmi hama), membantu eksperimenter membunuh serangga (kategori: pembasmi hama), membersihkan toilet, dan memegang es (suatu pekerjaan yang dilakukan di tempat yang dingin). Dari 78 responden (namun hanya 71 data yang dapat diproses karena 7 di antaranya tidak direkam), 12.7% memilih untuk memegang es, 33.8% memilih untuk membersihkan toilet, 26.8% memilih untuk membantu eksperimenter membunuh serangga, dan 26.8% sisanya memilih untuk membunuh serangga. Pada pembunuh hama, responden memiliki skor perilaku sadistis yang tinggi. Hasil lain yang mengejutkan adalah responden dengan skor perilaku sadistis yang tinggi merasakan kesenangan dalam menyiksa hewan. Dari studi ini, dapat ditarik simpulan bahwa sadisme merupakan suatu faktor yang dapat diprediksi dengan tindakan menyiksa hewan.
Penyiksaan hewan bisa menjadi indikasi sifat psikopat
Hai ini diperkuat dengan studi yang dilakukan oleh Dr. Phillip Kavanagh dan kolega. Penyiksaan terhadap hewan juga dapat mengindikasikan seseorang memiliki sifat Dark Triad (Machiavellianism, narcissism, dan psychopathy). Hal yang ingin dibuktikan oleh Dr. Phillp Kavanagh tecermin dalam studinya. Studi ini menyatakan bahwa sifat psikopat berhubungan dengan intensi seseorang menyakiti hewan dengan sengaja.
Terdapat bukti nyata dalam kehidupan, yaitu banyak pembunuh berantai, seperti Jeffrey Dahmer, memulai karir pembunuhannya pada masa kecilnya dengan membunuh hewan, mengumpulkan hewan yang telah mati, memutilasi, dan melakukan masturbasi dihadapan hewan-hewan yang telah ia potong-potong sebelumnya. Mary Bell, seorang pembunuh yang korbannya anak kecil, mengaku pernah mencekik burung merpati hingga mati pada masa kecilnya.
Orang yang suka menyiksa hewan memiliki kecenderungan menyakiti manusia tanpa rasa simpati
Dapat disimpulkan bahwa perilaku menyiksa hewan cenderung dilakukan oleh orang dengan skor sadisme yang tinggi berdasarkan 10-item Short Sadistic Impuls scale. Penyiksaan hewan pada masa kecil cenderung menghasilkan dewasa dengan Dark Triad tipe psychopathy. Selain itu, penyiksaan pada hewan merupakan indikasi seseorang terkena Antisocial Personality Disorder, yaitu suatu ganggguan kepribadian yang membuat penderitanya cenderung apatis terhadap norma yang berlaku. Dark Triad tipe psychopathy dan Antisocial Personality Disorder dapat menghasilkan satu tendensi untuk tidak hanya menyakiti hewan, namun mampu menyakiti manusia tanpa rasa simpati dan empati yang muncul setelahnya.
Jadi, kenalilah orang tersayang Anda. Bentuklah juga anak Anda untuk menjadi anak yang penuh empati dan simpati. Sayangi mereka sepatutnya mereka disayangi. Walaupun setelah gangguan ini terbentuk sulit kemungkinan untuk menghilangkan sepenuhnya (ditandai dengan kembalinya para narapidana kembali melakukan kejahatan yang sama), namun bantuan tangan Anda mampu mengurangi kecenderungan mereka untuk melakukan kejahatan. Perlu juga diingat bahwa terbentuknya suatu kepribadian manusia sangat kompleks. Satu gangguan mungkin terdiri dari beberapa indikasi dan latar belakang yang unik pada setiap manusia.