backup og meta

Benarkah Sering Berbicara Sendiri Tanda Gangguan Mental?

Benarkah Sering Berbicara Sendiri Tanda Gangguan Mental?

Banyak orang suka bicara sendiri untuk menyalurkan emosi atau meningkatkan fokus. Namun, ada juga anggapan yang menyebut bahwa kebiasaan sering berbicara sendiri merupakan tanda gangguan mental. Benarkah demikian?

Apakah suka bicara sendiri tanda gangguan mental?

Bicara sendiri atau self-talk sebenarnya bermanfaat bagi kesehatan mental. Kebiasaan ini dapat membantu Anda dalam menyalurkan emosi, meningkatkan motivasi, dan bahkan menyelesaikan masalah.

Akan tetapi, kebiasaan ini juga dapat menjadi tanda dari beberapa jenis gangguan mental. Salah satu masalah kesehatan mental yang dapat menjadi pemicunya yaitu depresi.

Kondisi ini ditandai dengan kebiasaan sering membicarakan kesedihan dan perasaan negatif kepada diri sendiri. Gejala lain mungkin juga akan menyertai, seperti:

  • perubahan nafsu makan (makan lebih sedikit atau banyak dari biasanya),
  • sulit tidur (insomnia), 
  • mudah tersinggung, 
  • tubuh terasa lemas, serta 
  • nyeri pada beberapa anggota tubuh.

Selain depresi, sering ngomong sendiri juga bisa muncul sebagai efek halusinasi. Dalam hal ini, orang yang berhalusinasi menunjukkan perilaku seolah sedang berbicara dengan orang lain.

Halusinasi sendiri merupakan bentuk gejala dari sejumlah gangguan mental, antara lain:

Apabila Anda sering berbicara sendiri dalam bentuk negatif, ada baiknya untuk berkunjung ke psikolog. Tindakan ini bertujuan untuk mencari tahu penyebab dan penanganan yang tepat.

Penyebab orang sering bicara sendiri

penyebab sering bicara sendiri

Beberapa teori menjelaskan alasan mengapa seseorang sering ngomong sendiri. Menurut sejumlah penelitian, berikut sejumlah faktor yang menjadi penyebabnya.

1. Merasa kesepian

Orang yang lebih banyak menghabiskan waktu sendirian kerap berbicara kepada dirinya sendiri. Dengan self-talk, kebutuhan mereka akan komunikasi sosial jadi terpenuhi.

Menurut sejumlah penelitian, perilaku sering ngomong sendiri lebih banyak ditemui pada anak tunggal dan orang yang kesepian.

2. Gangguan kognitif

Perilaku suka bicara sendiri dapat disebabkan oleh gangguan kognitif yang terjadi saat seseorang menghadapi situasi sulit. Sejumlah kondisi yang berpotensi menjadi pemicunya yakni:

3. Bentuk kritik terhadap diri sendiri

sering ngomong sendiri

Banyak orang yang mengkritik dirinya dengan berbicara kepada diri sendiri, misalnya setelah melakukan kesalahan yang merugikan diri sendiri atau orang lain.

Kritik diri memang bisa membantu Anda menjadi lebih baik lagi. Namun, tidak jarang perilaku ini dapat membuat orang yang melakukannya menjadi benci terhadap diri mereka sendiri. 

4. Mencoba mengontrol emosi, pikiran, dan perilaku

Beberapa orang suka bicara sendiri karena merasa terbantu dalam mengontrol emosi, pikiran, dan perilaku. Terlebih jika mereka tidak bisa membagikan perasaannya kepada orang lain.

Misalnya, Anda sedang sangat kesal dengan pasangan, tetapi tidak ingin berbagi cerita ke teman atau keluarga. Cara ini dapat membantu meredakan emosi yang dirasakan.

5. Menguatkan diri sendiri

Berbicara pada diri sendiri dapat membantu menguatkan seseorang untuk menghadapi situasi tertentu, contohnya ketika hendak menghadapi presentasi.

Melalui perilaku ini, mereka akan merasa lebih siap. Hasilnya, presentasi pun dapat berjalan lebih lancar sesuai dengan harapan.

6. Memovitasi diri

Banyak orang melakukan self-talk untuk memotivasi diri. Caranya biasanya dengan melontarkan kata-kata semangat kepada diri sendiri.

Studi dalam Journal of Personality and Social Psychology menyebutkan, self talk memang bisa membantu meningkatkan motivasi diri. Namun, Anda harus  bertindak sebagai orang lain agar berhasil.

Sebagai contoh, Anda bisa berkata “kamu dapat melewatinya dengan baik”, bukan “aku dapat melewatinya dengan baik”.

Penyebab sering bicara sendiri pada masing-masing orang dapat berbeda. Selama perkataan yang disampaikan pada diri sendiri bersifat positif, perilaku ini tidak akan berdampak buruk bagi Anda.

Kapan kebiasaan sering berbicara sendiri perlu dikhawatirkan?

suka bicara sendiri

Self-talk tidak perlu dikhawatirkan selama pembicaraan yang dilakukan bersifat positif. Akan tetapi, apabila Anda cenderung berbicara negatif pada diri sendiri, perilaku ini perlu diwaspadai.

Terlebih jika aktivitas tersebut dilakukan terlalu sering. Terlalu sering self-talk secara negatif dapat menjadi tanda gangguan mental seperti:

  • depresi,
  • gangguan kecemasan, 
  • skizofrenia
  • gangguan bipolar, 
  • gangguan stres pascatrauma, hingga
  • kecanduan zat tertentu.

Segera berkonsultasi ke psikolog atau psikiater jika Anda kesulitan menghilangkan perilaku ini. Penanganan sedini mungkin dapat mencegah kondisi bertambah parah.

Fakta seputar sering berbicara sendiri

  • Dapat menjadi tanda gangguan mental jika self-talk dilakukan secara negatif.
  • Gangguan mental yang bisa menjadi pemicunya antara lain depresi, gangguan kecemasan, bipolar, skizofrenia, PTSD, dan kecanduan zat tertentu.
  • Bisa berkaitan dengan kesepian, gangguan kognitif, bentuk kritik diri, keinginan untuk menguatkan dan memotivasi diri, serta upaya untuk mengontrol emosi, pikiran, atau perilaku.
  • Tidak perlu dikhawatirkan selama self-talk dilakukan secara positif.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Talking to Yourself: Is It Normal?. (2022). Retrieved 30 December 2022, from https://health.clevelandclinic.org/is-it-normal-to-talk-to-yourself/

Self-Talk as a Regulatory Mechanism: How You Do It Matters. (2022). Retrieved 30 December 2022, from http://selfcontrol.psych.lsa.umich.edu/wp-content/uploads/2014/01/KrossJ_Pers_Soc_Psychol2014Self-talk_as_a_regulatory_mechanism_How_you_do_it_matters.pdf

Overcoming the Negative Self-Talk Cycles of Depression – Next Step 2 Mental Health. (2020). Retrieved 30 December 2022, from https://www.nextstep.doctor/overcoming-the-negative-self-talk-cycles-of-depression/

Brinthaupt, T. (2019). Individual Differences in Self-Talk Frequency: Social Isolation and Cognitive Disruption. Frontiers In Psychology, 10. doi: 10.3389/fpsyg.2019.01088

Shi, X., Brinthaupt, T., & McCree, M. (2015). The relationship of self-talk frequency to communication apprehension and public speaking anxiety. Personality And Individual Differences, 75, 125-129. doi: 10.1016/j.paid.2014.11.023

Reichl, C., Schneider, J., & Spinath, F. (2013). Relation of self-talk frequency to loneliness, need to belong, and health in German adults. Personality And Individual Differences, 54(2), 241-245. doi: 10.1016/j.paid.2012.09.003

Brinthaupt, T., & Dove, C. (2012). Differences in self-talk frequency as a function of age, only-child, and imaginary childhood companion status. Journal Of Research In Personality, 46(3), 326-333. doi: 10.1016/j.jrp.2012.03.003

Versi Terbaru

16/01/2023

Ditulis oleh Bayu Galih Permana

Ditinjau secara medis oleh dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

Diperbarui oleh: Ilham Fariq Maulana


Artikel Terkait

Sering Merasa Seperti Diawasi, Apakah Ini Gangguan Mental?

7 Ciri-Ciri Gangguan Mental pada Remaja yang Bisa Dideteksi


Ditinjau secara medis oleh

dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


Ditulis oleh Bayu Galih Permana · Tanggal diperbarui 16/01/2023

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan