backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan
Konten

Post Holiday Blues, Rasa Sedih yang Muncul Usai Liburan

Ditinjau secara medis oleh dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa · General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 2 minggu lalu

Post Holiday Blues, Rasa Sedih yang Muncul Usai Liburan

Liburan telah usai. Itu artinya, Anda harus berkutat kembali dengan rutinitas sehari-hari. Namun, bagi sebagian orang, ini bisa menimbulkan masalah mental setelah liburan yang dikenal sebagai post holiday blues atau post vacation blues.

Lantas, bagaimana kondisi mental ini bisa terjadi?

Apa arti post holiday blues?

Post holiday blues adalah perubahan emosi dan suasana hati yang terjadi setelah kembali dari liburan yang menyenangkan.

Perubahan terkait post holiday syndrome ini ditandai dengan timbulnya perasaan kecewa, suasana hati atau mood yang buruk, dan kurangnya motivasi untuk menjalani rutinitas.

Bayangkan beberapa hari lalu Anda sedang berkunjung ke tempat wisata favorit, tetapi saat ini Anda dihadapkan dengan tumpukan email yang menggunung.

Perubahan yang mendadak dari momen liburan yang menyenangkan ke tuntutan dan tanggung jawab pekerjaan inilah yang dapat menyebabkan post holiday blues.

Liburan dan gangguan mental

Menurut National Alliance on Mental Illness (NAMI), sekitar 64% pengidap gangguan mental melaporkan bahwa liburan memperburuk kondisi mereka. Harapan yang tinggi, kesepian, dan stres berpotensi menyebabkan holiday blues.

Tanda dan gejala post holiday blues

Pada dasarnya, post vacation blues tidak termasuk gangguan mental yang terdaftar di dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fifth Edition (DSM-V).

Kondisi ini mirip dengan beberapa kondisi mental sejenis yang memiliki karakteristik yang serupa dengan depresi dan kecemasan, seperti post concert depression.

Beberapa gejala emosional yang terkait dengan post holiday blues antara lain sebagai berikut.

  • Kekecewaan dan rasa sedih yang berlebihan bahwa liburan telah berakhir.
  • Kehilangan motivasi untuk melakukan pekerjaan atau tanggung jawab sehari-hari.
  • Perubahan suasana hati atau mood, seperti merasa gelisah dan mudah marah terhadap hal-hal sepele.
  • Perasaan kosong karena hilangnya interaksi sosial dan perayaan yang mengisi momen liburan secara mendadak.
  • Kecemasan yang berlebihan terhadap kondisi keuangan setelah melakukan liburan.

Tidak hanya itu, kondisi mental ini juga berpotensi menimbulkan gejala fisik sebagai berikut.

  • Perubahan pola tidur, seperti susah tidur malam atau lebih banyak tidur dari biasanya.
  • Tidak nafsu makan maupun meningkatnya keinginan untuk mengonsumsi makanan yang tidak sehat.
  • Kesulitan untuk fokus dan berkonsentrasi dalam melakukan pekerjaan.
  • Tingkat energi yang rendah dan kelelahan terus-menerus.

Penyebab post holiday blues

kuis menunda-nunda pekerjaan

Post holiday blues sudah banyak dikeluhkan dan memang bisa dialami oleh siapa saja. Kondisi ini dapat dialami oleh orang dewasa maupun anak-anak setelah pergi liburan.

Tidak ada penyebab pasti dari post holiday syndrome. Akan tetapi, perubahan kadar dopamin dalam tubuh selama dan setelah liburan diduga menjadi pemicu utamanya.

Dopamin adalah neurotransmiter atau pembawa pesan kimia pada otak yang bisa menciptakan perasaan senang dan bahagia saat dilepaskan dalam jumlah besar.

Nah, berbagai momen liburan, misalnya menghabiskan waktu dengan orang terkasih, memanjakan diri dengan hidangan lezat, dan bertukar hadiah, dapat memicu pelepasan dopamin.

Itu sebabnya banyak orang merasa sangat senang serta bersemangat selama mereka berlibur. Begitu liburan usai, kegiatan yang meningkatkan dopamin ini ikut terhenti.

Kadar dopamin yang memuncak bisa menurun drastis. Kondisi yang disebut dopamine crash ini dapat menimbulkan perasaan hampa, mood rendah, dan kurang motivasi yang terkait dengan post holiday blues.

Faktor risiko post holiday blues

Selain perubahan kadar dopamin, beberapa faktor lain yang bisa meningkatkan risiko kondisi ini adalah sebagai berikut.

  • Perubahan rutinitas. Liburan mengubah pola tidur, kebiasaan makan, serta kegiatan sehari-hari Anda. Kembali ke rutinitas sebelumnya bisa menimbulkan perasaan stres, depresi, dan bahkan kecemasan.
  • Perasaan kehilangan. Liburan kerap melibatkan interaksi sosial dengan orang tercinta, seperti teman atau keluarga yang lama tidak Anda jumpai. Putusnya interaksi ini setelah liburan bisa menimbulkan perasaan kesepian atau isolasi.
  • Tekanan pekerjaan. Kembali ke rutinitas pekerjaan dan menghadapi tugas-tugas yang tertunda setelah liburan bisa menjadi faktor penyebab post holiday blues.
  • Stres finansial. Beban finansial yang terjadi setelah liburan, seperti membayar tagihan atau menyesuaikan anggaran akibat besarnya pengeluaran, berpotensi menimbulkan perasaan cemas dan suasana hati yang rendah.

Cara mengatasi post holiday blues

olahraga menghilangkan stres

Perasaan sedih usai liburan umumnya tidak membahayakan. Emosi negatif akibat post holiday blues ini tidak akan berlangsung lama dan bisa membaik dengan sendirinya.

Meski begitu, Anda bisa melakukan beberapa langkah berikut untuk mencegahnya berkembang menjadi masalah kesehatan mental serius.

1. Lakukan adaptasi secara perlahan

Jangan memaksakan diri Anda untuk kembali bekerja secara maksimal setelah liburan. Beri diri Anda beberapa waktu untuk beradaptasi kembali dengan rutinitas sehari-hari.

Selama minggu pertama selepas liburan, Anda juga dapat menjadwalkan aktivitas yang santai dan menyenangkan, seperti ngopi bersama teman atau menikmati hobi.

2. Prioritaskan perawatan diri

Perawatan diri alias self-care penting untuk menjaga kesehatan fisik dan mental pascaliburan.

Anda dapat kembali melakukan rutinitas yang terhenti selama liburan, seperti olahraga teratur, mengonsumsi makanan bergizi, dan menerapkan pola tidur yang sehat.

Penting juga untuk memanjakan diri sendiri bila Anda merasakan post holiday blues, contohnya dengan berendam, pijat, atau aktivitas lain yang membuat Anda merasa lebih baik.

3. Kelola keuangan dengan realistis

Kemunculan post holiday syndrome kerap dipicu oleh masalah keuangan setelah seseorang berlibur.

Jika Anda merasa bahwa pengeluaran selama liburan terlalu besar, buat rencana anggaran serta coba untuk kembali ke jalurnya secara perlahan.

Ingat, jangan terlalu keras kepada diri sendiri. Tetapkan tujuan kecil terlebih dahulu yang dapat dicapai dan mulailah menabung kembali untuk liburan mendatang.

4. Tetap terhubung dengan orang yang dicintai

Jagalah koneksi yang sudah Anda bangun selama liburan. Coba hubungi kembali teman atau keluarga meski hanya untuk mengobrol singkat melalui panggilan suara maupun video.

Selain itu, Anda juga dapat merencanakan pertemuan dengan orang yang dicintai. Memiliki rencana di masa depan bisa membantu meningkatkan mood Anda.

Gejala post holiday blues yang parah bisa bertahan lebih dari beberapa minggu. Apabila Anda mengalaminya, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan psikolog.

Psikolog dapat memberikan bimbingan yang tepat bagi Anda untuk mengelola perasaan dan menemukan strategi untuk mengatasi tantangan ini.

Kesimpulan

  • Post holiday blues adalah perubahan emosi dan suasana hati yang terjadi pascaliburan.
  • Kondisi ini umumnya ditandai dengan rasa kecewa, mood yang buruk, dan kurangnya motivasi untuk kembali menjalani rutinitas setelah liburan.
  • Berbagai gejala tersebut dapat muncul akibat perubahan kadar dopamin dan faktor lain, seperti perubahan rutinitas, stres finansial, dan tekanan pekerjaan.
  • Melakukan adaptasi secara perlahan, melakukan perawatan diri, dan mengelola keuangan secara realistis dapat membantu Anda mengatasi post holiday blues.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 2 minggu lalu

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan