Pria dan wanita memiliki risiko yang sama untuk mengalami gangguan mental. Namun, perawatan gangguan mental pada pria dinilai lebih sulit dibandingkan wanita. Kenapa demikian?
Kenapa gangguan mental pada pria sulit dideteksi?
Perawatan gangguan mental pada pria lebih sulit karena kebanyakan dari mereka enggan mengakui kondisinya. Bagi beberapa orang, gejala depresi pada pria bahkan dinilai menandakan kelemahan.
Selama ini, pria digambarkan sebagai sosok kuat, dominan, dan pemegang kendali. Meski tak sepenuhnya buruk, pemikiran ini membuat pria tidak mau membuka diri terkait kondisi mereka.
Beberapa penelitian menyebut, pria yang tidak dapat berbicara terbuka mengenai emosinya mungkin kurang mampu mengenali gejala gangguan mental dalam diri mereka.
Tidak sedikit dari mereka yang sebenarnya sadar sedang mengalami gangguan mental tertentu, tetapi cenderung tidak mencari bantuan.
Stigma di masyarakat membuat pria berat hati untuk mengakui gangguan mental yang mereka alami. Akibatnya, kondisinya akan semakin parah karena dibiarkan begitu saja.
Dibandingkan bicara ke orang terdekat soal kesehatan mentalnya, kebanyakan pria cenderung memilih mengatasi stres dengan tindakan berbahaya, seperti minum alkohol atau obat-obatan.
Risiko bunuh diri pada pria juga lebih tinggi. American Foundation for Suicide Prevention dalam laman National Alliance on Mental Illness menyebut, sekitar 70% kasus bunuh diri dilakukan oleh pria.
Lakukan ini saat orang terdekat mengalaminya
Hambatan terbesar dalam penanganan gangguan mental pada pria adalah stigma bahwa pria yang meminta bantuan itu lemah.
Stigma seperti ini membuat mereka tidak mau mencari pertolongan. Akibatnya, risiko bunuh diri pun akan semakin meningkat. Ditambah lagi, ciri-ciri keinginan bunuh diri pada pria tidak selalu terlihat.
Maka dari itu, setiap orang perlu turut serta dalam menghapus stigma dan meluruskan kekeliruan yang selama ini berkembang di masyarakat.
Selain itu, berikut beberapa tindakan yang bisa Anda lakukan ketika orang terdekat mengalami gangguan mental.
- Berbicara dari hati ke hati. Dengarkan keluh kesahnya tanpa menghakimi.
- Beri dorongan untuk terus berusaha mencari informasi mengenai gangguan mental dan perawatannya.
- Berikan pemahaman terkait kemungkinan buruk yang dapat terjadi jika kondisi tersebut tidak diobati. Contohnya, penyalahgunaan zat dapat berujung pada penyakit jantung hingga sirosis hati.
Dengan begitu, pria dengan gangguan mental akan lebih mudah untuk membuka diri terkait emosinya. Mereka yang tadinya enggan akhirnya mau menerima perawatan dokter.
Jenis gangguan mental yang sering dialami pria
Pria dapat mengalami semua jenis gangguan mental. Namun, berikut beberapa contoh yang paling banyak terjadi serta efeknya pada mereka.
1. Depresi
Depresi pada pria sering kali tidak terdiagnosis. Akibatnya, penanganannya kerap terlambat dan baru diketahui saat kondisinya sudah parah.
Pada pria, gangguan mental ini membuatnya menjadi lebih mudah marah dan agresif. Untuk mengatasinya, pria cenderung melakukan mekanisme koping yang berakibat buruk bagi kesehatan.
2. Gangguan stres pascatrauma (PTSD)
Dibanding wanita, pria yang mengalami PTSD lebih sering kesulitan dalam mengendalikan amarah mereka. Selain itu, pria juga tidak bisa mengatur suasana hatinya dengan baik.
Untuk meredakan gejala yang mereka alami, pria lebih sering menggunakan obat-obatan. Tindakan ini berbeda dengan wanita yang cenderung memilih untuk menarik diri dari teman atau keluarga.
3. Gangguan citra tubuh
Pria dengan masalah ini akan mencermati bentuk tubuhnya sedetail mungkin. Tidak hanya badan secara keseluruhan, mereka akan memerhatikan otot, kulit, kelamin, hidung, bahkan rambut.
Gangguan citra tubuh pada pria biasanya memicu perilaku yang merusak. Beberapa tindakan yang paling sering dilakukan seperti memangkas kalori atau berolahraga secara berlebihan.
4. Gangguan bipolar
Gangguan bipolar banyak terjadi pada pria sering mengalami masalah dalam hidupnya, mulai dari pekerjaan, keuangan, hubungan, hingga kehidupan seks.
Kondisi tersebut kemudian dapat berkembang menjadi penyalahgunaan alkohol atau obat-obatan. Dalam kasus yang parah, bipolar juga dapat menimbulkan pikiran bunuh diri.
5. Kecanduan alkohol atau zat tertentu
Alkohol dan obat-obatan sering dimanfaatkan pria sebagai pelarian untuk mengatasi gejala gangguan mental. Mereka menganggap alkohol dan obat dapat meredakan masalah mereka.
Kebiasaan yang dilakukan secara terus-menerus ini kemudian akan menjadi kecanduan. Akibatnya, pria menjadi kesulitan untuk lepas dari jerat alkohol atau narkoba.
Efek yang ditimbulkan dapat merusak kesehatan dan hubungan Anda dengan orang lain. Jika Anda mengalaminya, segera konsultasi ke psikolog atau psikiater.
Kapan harus ke dokter?
Penyakit apa pun akan lebih mudah diobati jika cepat ditangani. Apabila Anda mengalami atau melihat orang terdekat kesulitan menangani gangguan mental, segera periksa ke dokter.
Perhatikan tanda dan gejala masalah mental berikut sebagai peringatan untuk segera melakukan pemeriksaan ke psikiater.
- Suasana hati (mood) mudah berubah, terutama perasaan sedih, kecewa, bersalah, dan tidak berdaya.
- Tidak dapat bekerja dengan baik karena tidak fokus dan mudah lelah.
- Merasa tidak tertarik dengan hal-hal yang tadinya disukai.
- Tidak nafsu makan sehingga berat badan menurun.
- Lebih sering merasakan gejala insomnia, sakit kepala, dan masalah pencernaan.
Jangan pernah ragu meminta pertolongan jika Anda merasa memiliki gangguan mental. Mengungkapkan apa yang dirasakan dapat membantu Anda pulih lebih cepat dari masalah ini.
Seputar gangguan mental pada pria
- Depresi, PTSD, gangguan bipolar menjadi masalah yang paling sering dialami.
- Lebih sulit dideteksi dan ditangani karena stigma lelaki yang meminta bantuan dianggap lemah.
- Mengakibatkan pria menjadi lebih mudah marah dan berperilaku agresif.
- Meningkatkan risiko penyalahgunaan alkohol dan obat terlarang.
- Meningkatkan risiko bunuh diri sehingga lebih tinggi ketimbang wanita.