backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Ciri Lingkungan Kerja Toxic dan Cara Menghadapinya

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Hillary Sekar Pawestri · Tanggal diperbarui 4 minggu lalu

Ciri Lingkungan Kerja Toxic dan Cara Menghadapinya

Sering merasa tidak nyaman ketika berada di tempat kerja? Jika terjadi sesekali,stres karena pekerjaan tentu merupakan hal yang wajar. Namun, jika terus berulang, ini bisa menjadi pertanda bahwa Anda terjebak di lingkungan kerja yang toxic.

Lantas, apa yang sebaiknya dilakukan ketika berada di tengah-tengah tempat kerja yang toxic? Haruskah Anda mengatasinya dengan resign? Simak uraian berikut untuk tahu cara mengatasinya.

Ciri-ciri lingkungan kerja toxic

Untuk mengetahui apakah lingkungan kerja Anda termasuk toxic, simak ciri-ciri berikut ini.

1. Transparansi kerja kurang jelas

Sebelum mulai bekerja, lazimnya Anda akan diminta untuk menandatangani surat perjanjian kerja.

Di dalam kontrak tersebut akan tertulis berbagai informasi penting, seperti deskripsi pekerjaan, gaji, tunjangan, hak libur, hingga periode kerja.

Apabila informasi tersebut tidak ada di dalam surat perjanjian kerja, Anda berhak memastikannya ke pihak pemberi kerja.

Jika mereka tidak bisa menjawabnya, coba pikirkan kembali apakah Anda akan tetap mengambil pekerjaan tersebut.

2. Persaingan tidak sehat

mengatasi stres karena phk

Sebagai tim, sudah selayaknya Anda saling memberi dukungan antarrekan kerja. Jika yang terjadi justru sebaliknya, bisa jadi artinya kantor Anda dipenuhi oleh orang-orang toksik.

Pada lingkungan kerja yang sehat, ketika suatu tim melakukan kesalahan, orang-orang yang terlibat di dalamnya akan menyelesaikan permasalahan tersebut alih-alih saling melempar tanggung jawab.

Fenomena lain yang cukup banyak ditemukan dalam kantor yang toxic adalah berebut naik jabatan atau mendapatkan bonus.

Keputusan itu seharusnya didasarkan pada kinerja masing-masing individu atau tim, bukan hal lain yang tidak berkaitan dengan urusan profesional.

3. Tidak ada ruang untuk berkembang

Supaya setiap orang bisa memberikan performa yang lebih baik, sudah selayaknya suatu perusahaan memberikan ruang untuk berkembang bagi pekerjanya.

Contoh dukungan yang bisa diberikan adalah kenaikan pangkat, gaji, atau bonus. Fasilitas ini biasanya diberikan sesuai periode dan hasil kerja Anda.

Jadi, jika Anda sudah bekerja selama beberapa tahun, tetapi tidak mendapatkan kesempatan untuk berkembang, tak ada salahnya untuk mempertimbangkan pekerjaan baru.

4. Atasan yang narsis

Laman Society for Human Resource Management (SHRM) menyebutkan bahwa rekan kerja, khususnya atasan yang narsistik, bisa menjadi salah satu ciri lingkungan kerja yang toxic.

Pasalnya, seseorang yang narsistik cenderung tidak bisa menerima masukan dan hanya berfokus pada dirinya sendiri.

Kondisi ini akan membuat Anda harus menuruti semua keputusannya meskipun pendapat tersebut sebenarnya kurang tepat.

5. Beban dan jam kerja tidak tidak seimbang

Masih mendapatkan pertanyaan terkait pekerjaan di akhir pekan? Jika di dalam kontrak tidak tertulis bahwa Anda mungkin bekerja di akhir pekan, kebiasaan tersebut bisa menjadi pertanda lingkungan kerja yang toxic.

Merujuk peraturan pemerintah, bekerja di luar jam kerja seharusnya dihitung sebagai lembur. Apabila Anda tidak mendapatkannya, bisa dibilang bahwa perusahaan Anda telah mengambil hak dari pekerjanya.

Cara menghadapi lingkungan kerja yang toxic

menghadapi orang toxic

Tak hanya menurunkan produktivitas, lingkungan kerja yang toxic bisa meningkatkan risiko gangguan mental. Pasalnya, kondisi ini akan membuat Anda lebih rentan stres dan gelisah.

Oleh karena itu, jika Anda belum bisa meninggalkan tempat kerja Anda, berikut adalah beberapa cara yang bisa digunakan untuk menghadapi rekan kantor yang toxic.

1. Buat batasan

Ketika menyadari bahwa lingkungan Anda toxic, langkah pertama yang perlu Anda lakukan adalah menetapkan batasan yang jelas antara pekerjaan dan kehidupan pribadi.

Sebagai contoh, datang tepat waktu, kerjakan pekerjaan sebagaimana mestinya, lalu pulang usai menjalani delapan jam kerja. Dengan cara ini, Anda bisa mendapatkan work-life balance.

2. Bedakan rekan kerja dan teman

Rekan kerja tidak harus menjadi teman Anda. Artinya, jika Anda melihat tanda-tanda orang toxic pada salah satu rekan kerja Anda, tidak ada salahnya untuk membatasi interaksi dengan mereka.

Hindari interaksi yang tidak perlu dengan rekan kerja, contohnya bergosip. Pasalnya, bisa saja suatu saat Anda yang menjadi bahan gosip mereka.

3. Temukan support system di luar kantor

Cara lain yang bisa Anda lakukan untuk menghadapi lingkungan kerja tidak sehat adalah menemukan support system yang akan memberikan Anda energi positif.

Support system juga bisa menjadi tempat untuk mengeluarkan unek-unek yang tidak bisa Anda sampaikan ke rekan kerja.

Meski tidak mendapatkan bantuan secara langsung, membagikan unek-unek tentang pekerjaan bisa meringankan beban Anda.

4. Bicarakan dengan atasan jika memungkinkan

Atasan yang baik seharusnya bisa menciptakan lingkungan kerja yang aman dan nyaman bagi karyawannya.

Jika Anda sudah memiliki bukti yang cukup terkait hal-hal toxic di lingkungan kerja Anda, coba sampaikan kepada atasan Anda atau bagian human resource (HR).

Bila perlu, ajak beberapa rekan kerja yang bisa Anda percayai untuk memvalidasi hal tersebut.

5. Introspeksi diri

kecerdasan emosional di tempat kerja

Tak jarang, lingkungan kerja toxic justru timbul dari pemikiran yang sudah negatif. Maka dari itu, Anda pun perlu meluangkan waktu sejenak untuk introspeksi diri.

Sesekali, cobalah bergaul dengan rekan kerja yang kiranya memiliki ketertarikan atau vibe yang serupa dengan Anda.

Selain itu, usahakan untuk mengikuti aktivitas kantor di luar pekerjaan, seperti gathering, makan bersama, dan lain-lain.

6. Cari cara untuk mengelola stres

Setelah melalui hari kerja yang penuh tekanan bersama orang-orang toksik, carilah cara untuk mengelola stres Anda.

Beberapa orang mungkin memilih untuk makan makanan enak pada akhir pekan, bertemu teman dekat, atau menonton film kesukaan.

Meskipun kesannya sepele, justru kiat-kiat inilah yang akan menjaga kesehatan mental Anda selama menghadapi lingkungan kerja yang toxic.

Tidak mudah untuk tetap bahagia dan produktif jika Anda terjebak di dalam lingkungan kerja yang tidak sehat. Ditambah lagi, mencari pekerjaan baru tidaklah mudah.

Sebagai langkah awal, Anda bisa mencoba berbagai cara di atas untuk menghadapi lingkungan kerja yang toxic. Namun, jangan lupa untuk menetapkan batasannya.

Jika Anda tidak bisa lepas dari suasana negatif di tempat kerja, mungkin inilah saatnya untuk mempersiapkan diri, memperbaiki CV, dan mulai mencari pekerjaan baru.

Kesimpulan

Ciri-ciri lingkungan kerja toxic adalah transparansi pekerjaan yang tidak jelas, persaingan tidak sehat, atasan yang narsis, dan tidak ada ruang untuk berkembang. Untuk mengatasinya, batasi interaksi Anda, temukan support system di luar kantor, dan coba bicarakan pada atasan Anda jika memungkinkan.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.



Ditinjau secara medis oleh

dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Hillary Sekar Pawestri · Tanggal diperbarui 4 minggu lalu

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan