backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan
Konten

Gangguan Depersonalisasi

Ditinjau secara medis oleh dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa · General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


Ditulis oleh Hillary Sekar Pawestri · Tanggal diperbarui 22/08/2023

Gangguan Depersonalisasi

Fisik dan jiwa merupakan satu kesatuan dari makhluk hidup. Namun tidak jarang, Anda mungkin merasakan bahwa keduanya terpisah, sehingga merasa hidup dalam mimpi. Jika perasaan tersebut terus-menerus terjadi, bisa jadi Anda mengidap gangguan depersonalisasi.

Apa itu gangguan depersonalisasi?

Gangguan depersonalisasi adalah kondisi di mana Anda merasa terpisah dari diri Anda sendiri. Anda bahkan merasa menjadi “penonton” diri Anda sendiri layaknya di dalam mimpi.

Dengan kondisi seperti itu, gangguan depersonalisasi bisa membuat pengidapnya merasa kehilangan kendali untuk mengontrol pikiran dan perbuatan. Sebab, mereka merasa terpisah dari diri sendiri.

Gangguan depersonalisasi memang termasuk dalam gangguan disosiatif.

Oleh karena itu, kondisi ini erat kaitannya dengan terganggunya kemampuan seseorang untuk berpikir, bertindak, bahkan mengenali diri sendiri.

Depersonalization disorder juga erat kaitannya atas derealisasi atau perasaan terpisah dari lingkungan sekitar.

Tanda dan gejala gangguan depersonalisasi

Negative Thinking Bisa Menyebabkan Demensia

Mengutip dari laman Cleveland Clinic, berikut adalah gejala utama seseorang mengidap gangguan depersonalisasi.

  • Terputus dari pikiran, perasaan, dan tubuh.
  • Terputus dari lingkungan.
  • Bertindak seperti robot.
  • Tidak percaya dengan ingatan yang Anda miliki.
  • Merasa bukan diri sendiri.
  • Melihat diri sendiri di luar tubuh.
  • Berpikir seperti hidup di dalam mimpi.
  • Mati rasa secara emosional atau fisik.
  • Panik, cemas, hingga depresi karena merasa hilang kendali atas diri sendiri.

Jika Anda pernah merasakan berbagai kondisi tersebut secara singkat, depersonalisasi bukanlah sesuatu hal yang berbahaya.

Namun, jika berbagai kondisi tersebut terus berulang hingga mengganggu aktivitas harian, penting untuk segera konsultasi ke psikolog.

Penyebab gangguan depersonalisasi

Sampai saat ini, belum diketahui secara pasti penyebab gangguan depersonalisasi.

Kondisi ini bisa muncul dengan sendirinya atau berkaitan dengan gangguan kesehatan mental lainnya seperti skizofrenia hingga demensia.

Selain itu, depersonalization disorder juga kerap dikaitkan sebagai gejala penyakit otak atau gangguan kejang.

Gangguan depersonalisasi juga lebih rentan terjadi pada beberapa kondisi seperti berikut.

  • Kepribadian tertentu yang membuat seseorang ingin menghindari atau menyangkal situasi sulit.
  • Trauma, baik mengalaminya sendiri atau melihat orang lain.
  • Riwayat keluarga dengan kondisi serupa.
  • Stres berat terkait hubungan, keuangan, hingga pekerjaan.
  • Depresi atau kecemasan berkepanjangan.
  • Mengonsumsi obat-obatan tertentu seperti halusinogen.

Tahukah Anda?

Wanita dua kali lipat lebih berisiko mengalami gangguan depersonalisasi. Kondisi ini juga lebih banyak ditemukan pada orang dengan rentang usia 15–30 tahun.

Komplikasi gangguan depersonalisasi

Dari proses depersonalisasi yang berkepanjangan, pengidapnya bisa merasakan berbagai dampak negatif . Sebab kondisi ini bisa melumpuhkan kemampuan mereka dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

Berikut adalah risiko komplikasi lain pada seseorang dengan depersonalization disorder.

  • Kesulitan untuk fokus dan mengingat sesuatu.
  • Kehilangan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
  • Perasaan putus asa.
  • Timbul masalah dalam hubungan keluarga, teman, dan pekerjaan.
  • Kecemasan atau depresi.

Diagnosis gangguan depersonalisasi

Situs Sparrow menjelaskan beberapa cara berikut untuk mendiagnosis depersonalization disorder

  • Pemeriksaan fisik: Melihat gejala yang ada dan mencari tahu apakah ada kondisi fisik yang mendasarinya.
  • Tes laboratorium: Tes darah atau urine untuk mencari tahu ada tidaknya kondisi lain yang menyebabkan depersonalisasi pasiennya. CT Scan bisa juga dibutuhkan untuk melihat ada tidaknya penyakit otak.
  • Evaluasi psikiatri: Mengajukan pertanyaan terkait gejala, pikiran, perasaan, dan pola perilaku pasien.
  • DSM-5: Panduan diagnosis penyakit mental sesuai dengan American Psychiatric Association

Selama proses pemeriksaan, dokter perlu mengesampingkan kondisi lain yang mungkin berkaitan dengan gejala yang ada.

Pengobatan gangguan depersonalisasi

Tujuan pengobatan gangguan depersonalisasi adalah untuk mengatasi gejala yang ada. Pengobatan dapat diberikan secara tunggal atau kombinasi dari berbagai opsi berikut.

1. Psikoterapi

Seorang terapis akan membantu pasien untuk mencapai berbagai tujuan seperti berikut.

  • Memahami mengapa depersonalization disorder bisa terjadi.
  • Mempelajari teknik pengalihan perhatian sehingga pasien merasa kembali terhubung dengan dirinya dan dunia.
  • Mempelajari coping mechanism saat menghadapi kondisi yang memicu timbulnya gejala.
  • Mengatasi trauma atau gangguan mental lainnya.

2. Obat-obatan

Pemberian obat untuk pasien depersonalisasi bertujuan untuk meredakan gejala, bukan menyembuhkan gangguan mental yang ada.

Dokter mungkin meresepkan obat antidepresan atau benzodiazepine. Pastikan hanya minum obat sesuai dengan petunjuk dokter dan tidak menghentikannya secara tiba-tiba.

3. Perawatan rumahan

Supaya hasil perawatan dokter atau penyedia layanan kesehatan bisa maksimal, Anda juga perlu menjalani perawatan rumahan dengan menerapkan beberapa kebiasaan seperti berikut.

  • Olahraga secara rutin.
  • Meditasi atau relaksasi.
  • Dapatkan dukungan dari orang-orang sekitar.
  • Terapkan pola hidup sehat.

Selain itu, penting untuk mengetahui lebih lanjut dengan kondisi yang sedang Anda hadapi. Dengan begitu, Anda bisa lebih memahami diri sendiri.

Jika kesulitan mencari sumber untuk mengetahui lebih lanjut tentang gangguan depersonalisasi, mintalah rekomendasi pada penyedia layanan kesehatan Anda.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


Ditulis oleh Hillary Sekar Pawestri · Tanggal diperbarui 22/08/2023

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan