backup og meta

10 Jenis Kondisi yang Berpotensi Menyebabkan Halusinasi

10 Jenis Kondisi yang Berpotensi Menyebabkan Halusinasi

Halusinasi dapat terjadi akibat kondisi mental, seperti skizofrenia, hingga penyakit fisik, seperti penyakit Parkinson yang memengaruhi sistem saraf. Untuk mengetahui penyakit mental dan fisik apa saja yang menyebabkan halusinasi, simak penjelasan di bawah ini.

Beberapa penyakit yang menyebabkan halusinasi

Halusinasi merupakan kondisi ketika Anda menyaksikan atau mengalami sensasi yang tidak benar-benar nyata.

Kondisi ini menimbulkan sensasi yang sangat nyata pada pancaindra, termasuk pendengaran, penciuman, penglihatan, peraba, dan pengecap, tanpa stimulus atau dorongan apa pun.

Berikut ini merupakan beberapa penyakit mental dan fisik yang bisa menjadi penyebab halusinasi.

1. Skizofrenia

pengalaman bullying dan skizofrenia

Halusinasi erat kaitannya dengan skizofrenia. Studi pada jurnal Schizophrenia Research (2016) menyebutkan sekitar 80% pasien skizofrenia pernah mengalami halusinasi jenis apa pun.

Diketahui bahwa halusinasi auditori adalah yang paling sering mereka alami, dengan 68% pasien melaporkan pernah mendengar suara-suara yang sebenarnya tidak ada.

Meski begitu, pasien skizofrenia juga bisa melihat, mencium bau, dan mengecap sesuatu yang tidak nyata.

2. Penyakit Parkinson

Halusinasi visual atau melihat sesuatu yang tidak nyata adalah fenomena yang umum terjadi dalam kasus penyakit Parkinson. Kondisi ini setidaknya memengaruhi lebih dari 75% pasien.

Seiring dengan perkembangan penyakit, halusinasi visual dapat berdampak signifikan terhadap kualitas hidup pasien serta orang atau keluarga yang merawatnya (caregiver).

3. Penyakit Alzheimer dan demensia

Satu lagi jenis penyakit yang sering menyebabkan halusinasi adalah penyakit Alzheimer dan demensia.

Kedua penyakit ini menimbulkan perubahan dalam otak yang dapat membawa pasien pada halusinasi. Ini mungkin akan sering terjadi bila penyakit bertambah parah.

4. Migrain

Migrain merupakan gangguan pada sistem saraf yang ditandai dengan serangan sakit kepala intens dan berulang. Halusinasi visual menjadi gejala umum dari migrain dengan aura.

Dalam hal ini, aura dapat diartikan sebagai peringatan sensorik tepat sebelum serangan terjadi.

Pada umumnya, peringatan yang dialami pengidap migrain dengan aura muncul dalam bentuk kilatan cahaya atau titik-titik yang berwarna-warni pada objek di sekitar lapang pandang mata.

5. Tumor otak

Halusinasi mungkin terjadi bila Anda memiliki tumor otak pada lokasi tertentu. Jika tumor menyerang area otak yang berkaitan dengan penglihatan, pasien bisa mengalami halusinasi visual. 

Sementara itu, penyakit tumor yang menyerang bagian otak lainnya mungkin dapat menyebabkan halusinasi penciuman dan pengecapan.

Tahukah Anda?

Penelitian yang dimuat dalam jurnal Cureus (2022) menunjukkan tumor yang menyerang bagian otak yang disebut lobus temporalis mampu menimbulkan gejala psikosis seperti yang dialami pasien skizofrenia, misalnya halusinasi dan delusi.

6. Sindrom Charles Bonnet

glaukoma

Sindrom Charles Bonnet (CBS) adalah suatu kondisi yang dialami oleh orang yang kehilangan sebagian atau seluruh penglihatannya.

CBS membuat orang-orang yang mengalami degenerasi makula, glaukoma, atau katarak melihat hal-hal yang sebenarnya tidak ada. 

Pengidap CBS awalnya tidak menyadari bahwa ini adalah halusinasi. Namun, pada akhirnya mereka akan mengetahui bahwa hal yang dilihatnya itu tidak nyata.

7. Epilepsi

Selain penyakit mental, kondisi lain yang berpotensi menyebabkan halusinasi yaitu epilepsi, khususnya kejang lobus temporal atau temporal lobe seizure.

Tergantung pada bagian otak yang terpengaruh, pasien bisa melihat sesuatu yang tidak nyata maupun merasakan bau dan suara yang asing.

8. Disabilitas

Orang-orang dengan masalah sensorik spesifik, misal buta atau tuli, kerap kali mengalami halusinasi. Mereka mengatakan bahwa sering mendengar suara-suara yang tidak biasa.

Demikian pula dengan orang yang pernah mengalami amputasi. Beberapa dari mereka merasa masih memiliki anggota tubuh yang telah diamputasi (phantom limb) dan nyeri pada anggota tubuh yang tidak ada (phantom pain).

 9. Post-traumatic stress disorder (PTSD)

Penyakit mental yang kerap kali menyebabkan halusinasi adalah gangguan stres pascatrauma (PTSD). Mereka yang memiliki PTSD sering mengalami kilas balik atau flashback.

Ketika mendengar suara maupun mencium bau tertentu, mereka akan terkenang kembali pada trauma yang pernah dialaminya, seperti saat terlibat dalam perang dan kecelakaan.

Ketika mengalami stres luar biasa atau sedang berduka, beberapa pengidap PTSD juga dapat mendengar suara-suara yang menenteramkan dan menenangkannya.

10. Penyalahgunaan zat dan obat-obatan terlarang

Selain penyakit mental dan fisik yang bisa menyebabkan halusinasi, kondisi ini juga bisa terjadi akibat penggunaan zat dan obat-obatan terlarang.

Alkohol, ganja, kokain, heroin, dan LSD (lysergic acid diethylamide) merupakan beberapa zat yang berisiko menimbulkan halusinasi.

Penggunaan zat-zat tersebut mampu merangsang bagian tertentu dari otak yang menyebabkan gejala psikosis ini. Gejala sakau atau withdrawal syndrome juga bisa menjadi pemicunya.

Jika Anda atau orang terdekat Anda mengalami jenis halusinasi apa pun, sebaiknya konsultasikanlah dengan dokter. 

Dokter bisa meresepkan obat untuk mengatasi penyebab yang mendasarinya. Jika halusinasi berkaitan dengan gangguan mental, dokter akan merujuk Anda ke psikolog atau psikiater.

Ahli kesehatan mental bisa memberikan terapi, seperti terapi perilaku kognitif (CBT). Terapi ini berfokus untuk mengenali dan mengelola gejala gangguan mental yang dialami.

Melalui pendekatan ini, Anda bisa mendapatkan dukungan yang dibutuhkan dalam meningkatkan kualitas hidup dan mengatasi tantangan yang Anda hadapi dalam kehidupan sehari-hari.

Kesimpulan

  • Halusinasi dapat disebabkan oleh beberapa kondisi, baik itu terkait mental maupun fisik.
  • Berbagai penyebab umum halusinasi yakni skizofrenia, penyakit Parkinson, migrain, tumor otak, epilepsi, disabilitas, PTSD, dan penyalahgunaan zat.
  • Sangat penting untuk memahami gejala halusinasi dan berkonsultasi dengan dokter untuk menentukan penyebab dan pengobatan yang sesuai.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Hallucinations. (2022). MedlinePlus. Retrieved February 23, 2024, from https://medlineplus.gov/ency/article/003258.htm

Hallucinations. (n.d.). Alzheimer’s Association. Retrieved February 23, 2024, from https://www.alz.org/help-support/caregiving/stages-behaviors/hallucinations

Hallucinations/Delusions. (n.d.). Parkinson’s Foundation. Retrieved February 23, 2024, from https://www.parkinson.org/understanding-parkinsons/non-movement-symptoms/hallucinations-delusions

What is Charles Bonnet syndrome? (2023). American Academy of Ophthalmology. Retrieved February 23, 2024, from https://www.aao.org/eye-health/diseases/what-is-charles-bonnet-syndrome

Substance induced psychosis signs, symptoms & treatment. (2023). American Addiction Centers. Retrieved February 23, 2024, from https://americanaddictioncenters.org/co-occurring-disorders/drug-psychosis-comorbidity

Kumar, A., & Sharma, S. (2023). Focal Impaired Awareness Seizure. StatPearls. Retrieved February 23, 2024, from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK519030/

D’Agnano, D., Lo Cascio, S., Correnti, E., Raieli, V., & Sciruicchio, V. (2023). A Narrative Review of Visual Hallucinations in Migraine and Epilepsy: Similarities and Differences in Children and Adolescents. Brain sciences, 13(4), 643. https://doi.org/10.3390/brainsci13040643

Romero-Luna, G., Mejía-Pérez, S. I., Ramírez-Cruz, J., Aguilar-Hidalgo, K. M., Ocampo-Díaz, K. M., Moscardini-Martelli, J., Ramírez-Stubbe, V., & Santellán-Hernández, J. O. (2022). Schizophrenia-Like Psychosis Presented in a Patient With a Temporal Lobe Tumor: A Case Report. Cureus, 14(9), e29034. https://doi.org/10.7759/cureus.29034

Lyndon, S., & Corlett, P. R. (2020). Hallucinations in posttraumatic stress disorder: Insights from predictive coding. Journal of abnormal psychology, 129(6), 534–543. https://doi.org/10.1037/abn0000531

Lim, A., Hoek, H. W., Deen, M. L., Blom, J. D., & GROUP Investigators (2016). Prevalence and classification of hallucinations in multiple sensory modalities in schizophrenia spectrum disorders. Schizophrenia research, 176(2-3), 493–499. https://doi.org/10.1016/j.schres.2016.06.010

American Psychiatric Association. DSM-5 Task Force. (2013). Diagnostic and statistical manual of mental disorders: DSM-5.

Versi Terbaru

06/03/2024

Ditulis oleh Adinda Rudystina

Ditinjau secara medis oleh dr. Andreas Wilson Setiawan, M.Kes.

Diperbarui oleh: Edria


Artikel Terkait

Lakukan Tips Ini untuk Bantu Penyembuhan Skizofrenia

4 Faktor Risiko Utama Skizofrenia, dari Genetik Hingga Stres Kronis


Ditinjau secara medis oleh

dr. Andreas Wilson Setiawan, M.Kes.

Magister Kesehatan · None


Ditulis oleh Adinda Rudystina · Tanggal diperbarui 06/03/2024

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan