Anda mungkin pernah mendengar istilah psikopat dan sosiopat. Kedua istilah ini biasanya digunakan untuk mendefinisikan seseorang yang “gila” atau memiliki penyakit mental. Untuk memahaminya lebih lanjut, simak perbedaan psikopat dan sosiopat di bawah ini.
Perbedaan psikopat dan sosiopat
Psikopat dan sosiopat adalah salah satu istilah psikologi populer yang sering digunakan dalam mendeskripsikan gangguan mental sebagai kata ganti dari “gila” yang lebih kekinian.
Pergeseran makna akibat pengaruh budaya modern ini menjadikan perbedaan antara psikopat dan sosiopat dianggap terlalu remeh sehingga acapkali bercampur aduk satu sama lain.
Padahal, berikut merupakan hal-hal yang membedakan antara orang-orang dengan gangguan psikopati dan sosiopati.
1. Pengertian
Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5), sosiopati dan psikopati adalah gangguan mental di bawah naungan antisocial personality disorders (ASPD).
Secara umum, kedua istilah ini merupakan gangguan kepribadian yang mengacu pada perilaku dan pola pikir antisosial dalam diri seseorang.
Psikopat digambarkan sebagai seseorang yang kurang emosional, terutama tidak memiliki rasa penyesalan dan senang menimbulkan rasa sakit pada orang lain.
Sementara itu, seorang sosiopat cenderung antisosial atau menutup diri dari lingkungan sosial, tetapi memiliki pola perilaku yang eksploitatif dan penuh tipu muslihat.
2. Penyebab
Seorang psikopat tidak memiliki kerangka berpikir yang tepat untuk membentuk nilai etika dan moral. Ini semua disebabkan oleh faktor genetik dan reaksi senyawa kimiawi dalam otaknya.
Studi terbaru dalam jurnal Cerebral Cortex (2021) menunjukkan otak seorang psikopat memiliki susunan yang berbeda daripada orang awam pada umumnya.
Minimnya rasa takut dan penyesalan dari seorang psikopat dipengaruhi oleh kelainan pada bagian otak yang dikenal sebagai amigdala.
Sama halnya dengan seorang psikopat, sosiopati mungkin timbul akibat faktor cacat bawaan pada genetik dan otak.
Namun, pola asuh orangtua punya peran yang lebih besar dalam perkembangan gangguan mental ini.
Sosiopat memang sama-sama licik dan manipulatif. Umumnya, ia adalah seorang pembohong, terlepas dari kepribadian yang mungkin terlihat tulus oleh orang lain.
3. Ciri dan karakteristik khusus
Menurut Kent Kiehl, Ph.D, profesor dari Department of Psychology, University of Mexico, ciri-ciri seorang psikopat dan sosiopat umumnya cenderung sama.
Kedua kondisi ini berada di bawah diagnosis klinis ASPD. Seseorang akan didiagnosis dengan gangguan kepribadian ini bila menunjukkan pengabaian terus-menerus terhadap hak orang lain.
Sesuai dengan kriteria klinis DSM-5, pengabaian yang ditunjukkan oleh pengidap ASPD harus menunjukkan adanya tiga atau lebih sifat berikut ini.
- Mengabaikan hukum, seperti melakukan tindakan kriminal dan berurusan dengan pihak berwajib berulang kali.
- Bertindak curang, berbohong berulang kali, atau menipu orang lain untuk keuntungannya sendiri.
- Memiliki perilaku impulsif atau kesulitan untuk membuat rencana ke depan.
- Bertindak tidak bertanggung jawab secara konsisten, seperti berhenti dari pekerjaan secara tiba-tiba atau sering kali gagal membayar tagihan.
- Mudah terprovokasi atau agresif sehingga sering terlibat perkelahian.
- Tidak merasakan penyesalan, merasa acuh tak acuh, hingga mewajarkan tindakan penganiayaan terhadap orang lain.
Meski sama secara klinis, terdapat perbedaan antara psikopat dan sosiopat dari sudut pandang sosial.
Sosiopat sering bertindak impulsif dan tidak menentu. Namun, mereka biasanya berusaha untuk mempertahankan pekerjaan atau kehidupan keluarganya bila dibandingkan dengan psikopat.
Sementara itu, psikopat akan berupaya untuk membangun keterikatan dengan orang lain. Mereka lebih tidak merasa bersalah saat melakukan tindakan kriminal daripada sosiopat.
4. Interaksi dengan orang lain
Sosiopat lebih memilih untuk tinggal di rumah dan mengasingkan diri dari lingkungan sekitar.
Individu pengidap sosiopati memiliki emosi yang labil dan sangat impulsif. Perilaku mereka lebih terlihat sembrono dan minim persiapan yang mendetail dibandingkan dengan psikopat.
Sebaliknya, seorang psikopat cenderung bersifat manipulatif, kurang bisa memahami perasaan orang lain, dan tidak peduli dengan perasaan atau kepentingan orang lain.
Psikopat juga cenderung bersikap baik, menarik, dan pandai berbicara. Dirinya akan berbicara cepat dan berenergi, serta sering menyela pembicaraan dengan nada meyakinkan.
Meski ada perbedaan pola interaksi antara sosiopat dan psikopat, pada dasarnya mereka kesulitan dalam membangun hubungan sosial yang sehat.
Penting bagi mereka untuk mendapatkan bantuan profesional untuk mengelola kondisinya dan memperbaiki interaksi dengan orang lain.
5. Kecenderungan kriminal
Salah satu kriteria yang menempatkan sosiopati dan psikopati dalam kategori gangguan kepribadian antisosial yakni sifat menipu dan manipulatif.
Psikopat memang kerap bersikap manipulatif untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan, tetapi belum tentu mereka adalah orang jahat atau pelaku kekerasan.
Dalam film dan serial TV, mereka sering digambarkan sebagai penjahat yang senang menyiksa dan membunuh korbannya, padahal ini adalah stereotipe belaka.
Psikopat dan sosiopat memang sama-sama memiliki rasa penyesalan dan empati yang minim terhadap orang lain.
Mereka juga cenderung tidak memahami rasa bersalah dan tanggung jawab, serta sering kali mengabaikan hukum dan norma-norma sosial.
Namun, hanya karena mereka memiliki karakteristik dan kecenderungan tersebut, bukan berarti mereka pasti melakukan tindakan kriminal.