backup og meta

Awas! Minum Obat Opioid Sembarangan Bisa Bikin Kecanduan

Awas! Minum Obat Opioid Sembarangan Bisa Bikin Kecanduan

Meski tergolong sebagai narkotika, obat opioid aman digunakan selama dengan resep dokter. Namun, penggunaan yang sembarangan bisa menyebabkan kecanduan opioid.

Lantas, bagaimana kondisi ini bisa terjadi? Simak pembahasannya di bawah ini.

Apa itu kecanduan opioid?

Kecanduan opioid adalah kondisi saat tubuh mengalami kebutuhan yang tidak terkendali terhadap obat opioid.

Obat opioid masuk dalam golongan analgesik atau pereda nyeri. Dokter umumnya meresapkan obat ini untuk mengatasi rasa sakit yang sedang hingga parah dan terus-menerus.

Ketika digunakan dengan benar dan sesuai resep dokter, obat-obatan opioid seperti morfin, kodein, dan fentanil sangat efektif dalam mengendalikan rasa nyeri.

Namun, kecanduan bisa terjadi saat seseorang mulai mengonsumsi obat opioid dengan dosis yang tidak tepat atau melebihi dari yang telah diresepkan.

Sayangnya, sebagian pasien yang tidak menyadari bahaya dari penyalahgunaan obat opioid ini. Inilah yang berpotensi menyebabkan kecanduan.

Bahkan, sebuah artikel oleh Truth Initiative menyebut bahwa kondisi ini bisa terjadi dalam waktu kurang dari satu minggu. 

Tanda dan gejala kecanduan opioid

bedanya ketergantungan dan kecanduan obat

Ciri utama dari kecanduan opioid yakni ketidakmampuan untuk berhenti mengonsumsi obat ini. Orang yang kecanduan mungkin telah berusaha berhenti minum obat, tetapi selalu gagal.

Tanda dan gejala lain yang harus diwaspadai adalah munculnya gejala putus obat (withdrawal syndrome) setelah berhenti mengonsumsi opioid.

Beberapa gejala putus obat opioid yang paling umum di antaranya:

  • menurunnya kemampuan koordinasi tubuh,
  • kesulitan untuk berkonsentrasi dan mengambil keputusan,
  • laju pernapasan yang lebih pendek,
  • mual dan muntah,
  • sering mengantuk,
  • tidur lebih lama atau lebih singkat dari biasanya,
  • tampak cemas, gelisah, depresi, atau mudah marah, dan
  • perubahan suasana hati (mood) dengan cepat.

Penyebab kecanduan opioid

Opioid bekerja dengan menempel pada protein yang disebut reseptor opioid pada sel-sel otak, sumsum tulang belakang, perut, dan organ tubuh yang terlibat dalam rasa sakit. 

Proses inilah yang akan menghalangi sinyal rasa sakit yang dikirimkan oleh tubuh menuju otak.

Di sisi lain, opioid juga merangsang produksi endorfin dalam otak. Senyawa ini meredam fungsi otak dalam menanggapi rasa nyeri sekaligus meningkatkan rasa bahagia. 

Perasaan bahagia ini sangat kuat, tetapi hanya berlangsung sementara. Begitu efeknya hilang, tubuh secara alamiah akan menginginkannya lagi untuk merasakan senang.

Efek inilah yang juga dialami oleh pecandu narkoba. Itu sebabnya, penyalahgunaan obat ini berisiko menimbulkan kecanduan meskipun Anda belum lama melakukannya.

Kecanduan terjadi ketika konsumsi opioid yang tadinya bertujuan untuk meredakan nyeri beralih fungsi menjadi satu-satunya sumber kebahagiaan Anda. 

Jika Anda memakai opioid dalam waktu lama, produksi endorfin alami lama-kelamaan akan menurun. 

Obat dalam dosis yang sama tidak lagi memberikan rasa bahagia seperti sebelumnya. Sebagai akibatnya, Anda akan menambah dosis untuk mendapatkan yang sama.

Pada saat itulah Anda juga mulai mengalami toleransi opioid. Dampak berbahaya dari kondisi ini adalah overdosis obat yang berakibat fatal.

Penanganan kecanduan opioid

rehabilitasi kecanduan

Pengobatan paling efektif untuk kecanduan opioid adalah medication-assisted treatment (MAT). 

MAT menggabungkan penggunaan obat-obatan pengganti dan konseling psikologi untuk membantu pengidap kecanduan pulih dari kondisi ini.

1. Terapi obat-obatan

Terapi ini melibatkan penggunaan obat-obatan tertentu, seperti buprenorphine, methadone, dan naltrexone, sebagai pengganti opioid yang lebih aman digunakan.

Obat yang diberikan di bawah pengawasan dokter ini membantu mengurangi gejala putus obat dan menyeimbangkan kembali level endorfin pada otak.

2. Konseling psikologi

Konseling dengan terapi perilaku kognitif (CBT) dapat membantu pasien mengetahui penyebab kecanduan dan mencari cara untuk menghindari konsumsi opioid sembarangan.

Terapi juga mungkin melibatkan terapi kelompok (therapeutic community) untuk memungkinkan pasien berbagi pengalaman dengan orang lain dengan masalah serupa.

Mereka juga dapat memberikan dukungan untuk penyembuhan dan mengurangi isolasi sosial.

Tahukah Anda?

Kecanduan opioid cukup umum terjadi. Studi terbaru pada jurnal PLoS One (2023) menemukan risiko kecanduan akibat konsumsi obat opioid resep yakni sekitar 11,9% pada populasi umum di Amerika Serikat sepanjang tahun 2019–2020.

Cara mencegah kecanduan opioid

Pada dasarnya, opioid termasuk obat pereda nyeri yang sangat efektif. Akan tetapi, Anda harus menggunakan obat ini dengan bijak. 

Berikut ini merupakan beberapa hal yang perlu Anda perhatikan saat harus mengonsumsi obat opioid.

  • Mengetahui efek samping opioid, mulai dari efek ringan seperti rasa kantuk hingga yang lebih berat seperti penurunan detak jantung dan hilang kesadaran.
  • Pastikan Anda minum obat sesuai resep dokter. Apabila Anda mengonsumsi obat-obatan lain, tanyakan kepada dokter apakah Anda boleh menggunakan opioid.
  • Menjalani terapi selain konsumsi obat-obatan untuk meredakan nyeri, seperti meditasi, akupunktur, atau pijat.

Opioid terkadang tidak cukup untuk meredakan nyeri pada penyakit yang sangat parah, sedangkan menambah dosis dapat meningkatkan risiko kecanduan

Sebagai solusinya, dokter Anda mungkin akan menyarankan untuk mengikuti terapi kombinasi.

Cara terbaik untuk mencegah kecanduan yakni dengan mendapatkan informasi yang tepat untuk Anda dan keluarga mengenai jenis obat ini.

Berkonsultasilah dengan dokter agar Anda memahami dengan jelas mengenai cara aman penggunaan opioid dan semua efek sampingnya.

Kesimpulan

  • Kecanduan opioid bisa terjadi saat Anda menggunakan obat opioid dengan dosis yang tidak tepat atau melebihi dari yang telah diresepkan oleh dokter.
  • Ketidakmampuan untuk berhenti minum obat merupakan tanda dan gejala utama dari kecanduan opioid.
  • Pengobatan akan melibatkan medication-assisted treatment (MAT) yang mencakup penggunaan obat pengganti opioid dan konseling psikologi.
  • Pemahaman yang baik tentang risiko penggunaan obat dan konsultasi dengan dokter juga merupakan langkah penting dalam mencegah kecanduan.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

What are opioids? (2023). American Society of Anesthesiologists. Retrieved October 2, 2023, from https://www.asahq.org/madeforthismoment/pain-management/opioid-treatment/what-are-opioids/

Opioid Addiction. (2021). American Academy of Family Physicians. Retrieved October 2, 2023, from https://familydoctor.org/condition/opioid-addiction/

How opioid addiction occurs. (2022). Mayo Clinic. Retrieved October 2, 2023, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/prescription-drug-abuse/in-depth/how-opioid-addiction-occurs/art-20360372

Opioid dependence can happen after just 5 days. (2018). Truth Initiative. Retrieved October 2, 2023, from https://truthinitiative.org/research-resources/substance-use/opioid-dependence-can-happen-after-just-5-days

Coy, A., & Bayba, M. (2023). What Is MAT and How Does It Treat Opioid & Substance Abuse? Addiction Group. Retrieved October 2, 2023, from https://www.addictiongroup.org/treatment/therapies/mat/

Zajacova, A., Grol-Prokopczyk, H., Limani, M., Schwarz, C., & Gilron, I. (2023). Prevalence and correlates of prescription opioid use among US adults, 2019–2020. PLOS ONE, 18(3), e0282536. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0282536

American Psychiatric Association. DSM-5 Task Force. (2013). Diagnostic and statistical manual of mental disorders: DSM-5.

Versi Terbaru

25/10/2023

Ditulis oleh Satria Aji Purwoko

Ditinjau secara medis oleh dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

Diperbarui oleh: Edria


Artikel Terkait

Agar Tak Kecanduan, Ini 7 Cara Menghindari Minuman Keras

Tahapan dan Cara Mengatasi Kecanduan pada Pecandu Narkoba


Ditinjau secara medis oleh

dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 25/10/2023

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan