Dilansir dari laman Psychology Today, psikolog yang baik biasanya memiliki ketertarikan serius terhadap klien dan melihatnya sebagai individu. Selain itu, mereka juga akan ‘mendekatkan’ diri dengan klien secara sensitif, tetapi sesuai dengan kebutuhan orang tersebut.

Tidak ada satu metode terapi yang cocok untuk semua pengobatan karena setiap orang memiliki sifat yang berbeda-beda. Agar terapi ini berjalan lancar, hubungan ini perlu dibangun berdasarkan rasa percaya dan saling mengerti.
Oleh karena itu, kunci penting dari menjadi seorang psikolog adalah menjadi manusia dengan perasaan yang tulus dan sama-sama selaras dengan klien. Akan tetapi, ternyata niat tulus dari psikolog yang benar-benar bertujuan membantu sesama tercoreng oleh beberapa pihak yang tidak bertanggung jawab.
Kasus-kasus pelecehan dalam hubungan antara psikolog dengan klien ternyata cukup banyak. Bahkan, baru-baru ini masyarakat di Indonesia dikejutkan dengan ‘tawaran’ seorang pria yang mengaku sebagai psikolog kepada kliennya untuk menjalani terapi di kamar hotelnya.
Tawaran tersebut jelas termasuk melanggar etika antara terapis dengan pasiennya. Mengapa demikian?
Alasan psikolog dan klien tidak boleh memiliki hubungan spesial

Selama proses terapi berlangsung, Anda sebagai klien mungkin merasa lebih dekat dengan terapis. Berbagi kisah yang sangat pribadi dalam sebuah ruangan membuat klien atau psikolog merasa sangat intim saat itu.
Akan tetapi, curahan hati saat itu ternyata tidak boleh membuat hubungan psikolog dengan terapis mengikat sebuah ikatan pertemanan, atau lebih. Pertemanan antara terapis dan klien tidak diperbolehkan karena dianggap melanggar etika dan disebut sebagai hubungan ganda atau dual relationship.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar