Pernahkah Anda merasa bersalah kepada orang lain meski pada kenyataannya Anda merupakan pihak yang dirugikan? Dalam dunia psikologi, kondisi tersebut merupakan tanda utama bahwa Anda menjadi korban gaslighting.
Jika dibiarkan, gaslight bisa berdampak serius pada kondisi fisik dan mental korbannya. Supaya Anda dan orang-orang terdekat tidak menjadi salah satunya, simak informasi berikut.
Apa itu gaslighting?
Gaslighting adalah bentuk tindakan manipulatif yang dilakukan seseorang untuk membuat korbannya meragukan atau mempertanyakan dirinya sendiri.
Meski lebih sering terjadi dalam hubungan percintaan, kondisi ini bisa terjadi dalam pertemanan, keluarga, dan lingkungan pekerjaan.
Berikut adalah beberapa contoh gaslighting dalam suatu hubungan.
- Countering: menyangkal peristiwa tertentu dengan mempertanyakan ingatan korban.
- Withholding: menolak untuk mendengarkan korban atau berpura-pura tidak memahami perkataannya.
- Forgetting: berpura-pura lupa akan peristiwa tertentu agar korban meragukan ingatannya atau menghindari tanggung jawab.
- Trivializing: menyebut korban bereaksi terlalu berlebihan terhadap situasi tertentu agar ia merasa emosi yang dirasakannya tidak valid dan menyalahkan diri sendiri.
- Diverting: sengaja mengubah fokus atau topik pembicaraan sehingga korban merasa argumen yang disampaikan tidak kredibel.
Ciri gaslighting dalam hubungan
Gaslighting dapat berdampak buruk bagi kesehatan mental korbannya. Maka dari itu, penting bagi Anda untuk memahami ciri-cirinya sebelum jatuh ke dalam lubang yang lebih dalam.
Berikut adalah bentuk gaslighting yang biasanya dilakukan oleh seseorang yang bersikap manipulatif.
1. Sering berbohong
Berbohong sudah menjadi kebiasaan pelaku gaslighting. Sikap ini biasanya ditunjukkan dengan mengubah alur cerita agar dirinya tidak dianggap sebagai pihak yang bersalah.
Dengan begitu, korban akan merasa kebingungan dan tidak berdaya. Pelaku gaslighting tentu saja membicarakan kebohongan dengan sengaja.
2. Suka mengalihkan pembicaraan
Saat Anda bertanya tentang sesuatu yang berkaitan dengan kesalahan pelaku, mereka sebisa mungkin mengalihkan pembicaraan tersebut.
Sebagai perlawanan, pelaku akan balik melempar pertanyaan yang menyudutkan korban. Alhasil, korban akan menjadi pihak yang merasa bersalah.
3. Meremehkan emosi orang lain
Ciri-ciri pelaku gaslight lainnya adalah suka meremehkan emosi orang lain. Contohnya adalah saat pelaku menganggap korban bereaksi berlebihan karena marah atas kebohongan yang dilakukan oleh pelaku.
Karena hal tersebut, korban akan beranggapan bahwa emosinya tidak valid dan meragukan dirinya sendiri.
4. Tidak mau mengakui kesalahan
Pelaku gaslighting cenderung tidak mau mengakui kesalahan, enggan meminta maaf, dan menghindari tanggung jawab. Akibatnya, korban akan merasa tidak memiliki pengaruh penting dalam hubungan.
Sekalipun ada bukti kesalahan, pelaku gaslight akan membuat korban berpikir bahwa ia hanya salah paham.
5. Pintar bermain kata-kata
Jika korban marah atas perilaku tertentu, pelaku akan mulai bermain kata-kata untuk meredakan situasi. Namun, pelaku akan kembali memperlihatkan perilaku serupa saat korban mulai luluh.
Pelaku gaslighting memang lebih mengandalkan permainan kata-kata dibandingkan kekerasan fisik. Dengan begini, mereka bisa meminimalkan bukti.
Penyebab gaslighting
Melansir dari situs Good Therapy, penyebab gaslighting yang paling umum adalah keinginan untuk mendapatkan kekuasaan atas kontrol atas hidup orang lain.
Faktor lain yang dapat mendorong seseorang bersikap manipulatif dalam hubungannya adalah seperti berikut.
- Menjaga harga diri.
- Menghindari kesalahan.
- Mendapatkan kepuasan pribadi.
- Keinginan mendominasi dalam hubungan.
- Keinginan membuat korban bergantung pada dirinya.
Dampak gaslighting dalam hubungan
Sikap manipulatif yang diterima korban gaslighting bisa berdampak buruk pada kondisi fisik dan mentalnya. Berikut adalah gambaran keadaan menjadi korban gaslighting.
1. Hilangnya rasa percayaan diri
Perasaan bersalah yang terus membersamai korban gaslight dapat menghancurkan kepercayaan dirinya, terlebih jika korban sering dilecehkan secara verbal karena dinilai jelek oleh pelaku.
Dalam kasus yang lebih parah, taktik manipulasi dari pasangan yang diterima korban dapat menghilangkan rasa percaya dirinya sehingga membuatnya bergantung pada pelaku.
2. Masalah dalam kehidupan sosial
Untuk melancarkan aksinya, korban sering kali dipaksa untuk memutus hubungan dengan sahabat dan keluarganya. Tindakan ini dilakukan pelaku agar pasangan tidak bisa mencari bantuan selain darinya.
Lama-kelamaan, korban akan mulai bergantung pada pelaku. Tanpa sadar, sikap ini membuat korban mengisolasi diri dari dunia luar.
3. Kesulitan dalam mengambil keputusan
Ketika rasa percaya diri terus berkurang dan kehilangan dukungan dari orang terdekat, korban gaslight akan semakin kesulitan untuk mengambil suatu keputusan.
Belum lagi, pelaku adalah satu-satunya orang yang bisa ia andalkan. Kabar buruknya, dampak ini sering kali masih membekas ketika korban mulai lepas dari pelakunya.
Oleh karena itu, support system adalah sosok yang dibutuhkan korban agar ia bisa kembali mengambil kendali atas hidupnya.
4. Peningkatan risiko gangguan kesehatan mental
Kombinasi dari penurunan rasa percaya diri dan memburuknya hubungan dengan orang-orang terdekat cenderung membuat korban gaslight lebih mudah mengalami gangguan mental, seperti depresi.
Umumnya, perasaan itu muncul karena korban terlanjur memandang dirinya sebagai pribadi yang membawa dampak negatif.
Alhasil, kebaikan dan kemampuan korban akan tertutupi oleh pikiran yang menganggap dirinya sebagai kegagalan.
5. Sulit percaya pada orang lain
Sikap manipulatif yang terus-menerus diterima korban bisa membuatnya sulit memercayai orang lain. Kondisi ini muncul karena rasa takut akan kembali menjadi korban manipulasi.
Padahal, tidak semua orang bersikap manipulatif. Jika tidak segera ditangani, sikap ini bisa membuat korban kesulitan untuk menjalin hubungan yang sehat dengan orang lain yang benar-benar tulus padanya.
Cara menghadapi gaslighting
Jangan pernah menyalahkan diri sendiri ketika seseorang melakukan gaslighting pada Anda karena ini adalah tujuan utama dari si pelaku. Sebaliknya, cobalah melakukan berbagai cara berikut untuk menghadapi gaslight.
- Jangan takut untuk membela diri dan keyakinan Anda bahwa pelaku adalah pihak yang bersalah.
- Kumpulkan bukti taktik manipulasi yang dilakukan pelaku, seperti pesan teks atau rekaman suara.
- Percaya pada diri sendiri bahwa masih ada teman dan keluarga yang akan memberikan dukungan.
- Potong perdebatan ketika topik pembahasannya sudah menyimpang dari yang seharusnya.
Keluar dari jeratan pelaku gaslighting sering kali menjadi hal yang sulit dilakukan. Jika Anda mengalami situasi seperti ini, jangan ragu untuk meminta bantuan pada psikolog atau psikiater.
Kesimpulan
- Gaslighting adalah tindakan manipulatif yang bertujuan untuk membuat korban merasa bersalah sehingga pelaku bisa mengontrolnya.
- Beberapa contoh perilaku gaslight adalah countering, withholding, forgetting, trivializing, dan diverting.
- Ciri-ciri pelaku gaslighting adalah sering berbohong, suka mengalihkan pembicaraan, meremehkan emosi orang lain, dan tidak mau mengakui kesalahan.
- Korban gaslight bisa kehilangan kepercayaan diri, terpisah dari kehidupan sosialnya, dan mengalami gangguan mental.
- Untuk melawan perilaku gaslight, beranikan untuk membela diri, kumpulkan bukti-bukti, dan percayalah bahwa masih ada orang lain yang akan mendukung Anda.