Memiliki hubungan yang sehat dalam percintaan tentu menjadi impian banyak orang. Namun, hubungan percintaan terkadang bisa memberikan lebih banyak luka, baik secara fisik maupun mental. Dalam situasi ini, Anda mungkin sudah terjebak dalam abusive relationship.
Lalu, bagaimana cara mengenali hubungan yang abusif? Bagaimana pula hubungan ini seharusnya diatasi? Simak ulasan berikut untuk jawabannya.
Apa yang dimaksud abusive relationship?
Abusive relationship adalah pola atau perilaku kekerasan dalam suatu hubungan yang digunakan untuk membentuk kuasa serta kendali terhadap pasangan.
Kekerasan di sini tidak hanya berupa fisik, tetapi juga emosional, finansial, hingga seksual.
Tingkatan kekerasan dalam pacaran bisa meningkat dari waktu ke waktu. Pada awalnya, Anda mungkin mengalami ancaman, kekerasan verbal, atau emosional.
Seiring berjalannya waktu, ancaman tersebut bisa berubah menjadi kekerasan fisik yang menimbulkan bahaya paling nyata.
Orang yang terlibat dalam hubungan abusive, baik itu korban maupun pelaku, sering kali tidak menyadari seberapa besar dampak kerusakan yang mungkin terjadi.
Padahal, abusive relationship tak hanya mengancam keberlanjutan hubungan, tapi juga memengaruhi kualitas hidup dan karakter seseorang.
Belum lagi, kekerasan emosional bisa menimbulkan gangguan mental, seperti gangguan kecemasan hingga depresi pada korban.
Hubungan abusive dalam percintaan tidak hanya terjadi pada pasangan kekasih, tetapi juga seseorang yang sudah berumah tangga.
Kondisi ini memang lebih sering disebut sebagai kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Wanita maupun pria sama-sama bisa menjadi korban atau pelakunya.
Meski demikian, laman HelpGuide menyebutkan bahwa korban tindak kekerasan lebih banyak yang berjenis kelamin wanita. Sementara itu, pria lebih sering mengalami kekerasan verbal dan emosional.
Tanda-tanda Anda berada dalam abusive relationship
Tindakan abusif tidak selalu mudah dikenali, terutama jika Anda sedang jatuh cinta pada pelakunya. Ditambah lagi, pelaku tindakan abusif sering kali juga memiliki sifat manipulatif.
Dengan begitu, korban akan menganggap bahwa perlakuan kasar pasangannya adalah salah satu tanda kasih sayang.
Nah, supaya Anda bisa lebih waspada terhadap tindakan abusive pada pasangan, kenali beberapa tanda-tandanya berikut ini.
- Berperilaku kasar dengan tangan, seperti menampar, mendorong, memukul, menendang, dan meninju.
- Mengendalikan berbagai aspek kehidupan Anda, seperti cara berpakaian, dengan siapa Anda boleh berteman, dan mengatur apa yang Anda harus katakan.
- Kerap melakukan intimidasi, bullying, atau bahkan cacian.
- Kerap mengancam akan menyakiti Anda atau dirinya sendiri jika Anda meninggalkannya.
- Suka memutarbalikkan fakta supaya Anda merasa bersalah atas tindakannya.
- Selalu menuntut ingin tahu di mana Anda berada sepanjang waktu.
- Cemburu atau marah ketika Anda ingin menghabiskan waktu bersama teman-teman.
- Cenderung menarik diri dari teman-teman dan keluarganya.
Dampak membiarkan diri berada dalam abusive relationship
Tindakan abusive bukanlah hal yang bisa ditoleransi. Jika tidak diatasi, hubungan ini justru bisa membuat korban harus merasakan berbagai efek negatif berikut.
1. Kerugian fisik
Dampak paling nyata dari abusive relationship adalah kerugian secara fisik, terutama jika pelecehan yang Anda alami berkaitan dengan kekerasan fisik.
Kerugian fisik yang dimaksud bisa berupa nyeri, luka, memar, dan rambut rontok. Pada kasus yang parah, kekerasan fisik bisa menyebabkan gegar otak.
Korban mungkin juga mengalami gangguan kesehatan lain, seperti sakit kepala, masalah ginekologi, dan gangguan tidur.
Hubungan abusive juga sering kali menimbulkan trauma akibat kekerasan seksual pada korban, infeksi, hingga penyakit menular seksual.
2. Isolasi sosial
Pelaku abusive relationship sering kali berusaha memutus hubungan sosial pasangannya dari anggota keluarga dan teman-temannya supaya lebih mudah mengendalikannya.
Padahal, tanpa hal tersebut, korban kekerasan umumnya sudah merasa tidak percaya diri sehingga berusaha menghindari lingkungannya.
Kombinasi dua hal tersebut membuat korban abusive relationship sering kali kesulitan mencari bantuan.
3. Kondisi emosional dan psikologis yang kacau
Kesehatan mental merupakan salah satu hal yang dipertaruhkan ketika memiliki hubungan abusif.
Pasalnya, hubungan ini bisa membuat korbannya merasa tidak berharga, tidak layak dicintai, dan mempertanyakan mengapa hal ini terjadi padanya.
Lambat laun, pemikiran tersebut bisa menimbulkan berbagai gangguan kesehatan mental, seperti depresi, post-traumatic stress disorder (PTSD), hingga pikiran ingin bunuh diri.
Meski dampak secara emosional sering kali tidak menimbulkan luka fisik, bukan berarti kondisi ini bisa diabaikan. Terlebih lagi, kesehatan mental sama pentingnya dengan fisik.
4. Dampak buruk pada anak
Meskipun anak tidak menjadi korban secara langsung, abusive relationship yang terjadi dalam hubungan rumah tangga juga bisa berdampak pada mereka.
Menjadi saksi dalam tindakan kekerasan bisa membuat mereka merasa ketakutan, marah, gelisah, dan cemas berlebihan.
Selain itu, anak-anak mungkin juga meniru tindak kekerasan orang tuanya karena ia tidak mengetahui buruknya hal tersebut.
Akibatnya, mereka mungkin menjadi pelaku kekerasan atau bullying ketika remaja, bolos sekolah, mencuri atau melanggar hukum, hingga menyalahgunakan alkohol dan narkoba.
Apa yang harus dilakukan jika Anda mengalami abusive relationship?
Langkah awal untuk terlepas dari abusive relationship adalah menyadari bahwa hubungan Anda tidak lagi sehat.
Jika Anda sudah menyadarinya dan merasa aman untuk menghadapinya sendiri, beri tahu pasangan Anda bahwa perilakunya tidak dapat diterima.
Pasalnya, beberapa pelaku mungkin tidak menyadari bahwa apa yang dilakukannya sudah membuat Anda menderita.
Namun, jika pasangan Anda terus menerus melakukan kekerasan, tandanya ini sudah saatnya untuk mengakhiri hubungan.
Keluar dari hubungan yang tidak sehat memang tidak mudah, terlebih jika Anda masih mencintai pasangan. Namun, ingatlah bahwa Anda layak mendapatkan cinta dari seseorang yang lebih baik.
Selain itu, jangan ragu untuk bercerita dan meminta bantuan pada orang yang Anda percaya. Menjadi korban bukanlah hal yang seharusnya membuat Anda malu.
Sebaliknya, yakinkanlah pada diri sendiri bahwa Anda layak untuk menerima bantuan dari orang lain.
Jika abusive relationship sudah menyebabkan luka fisik, langkah yang perlu Anda lakukan adalah mengunjungi rumah sakit dan menghubungi polisi untuk memperoleh bantuan.
Bagi Anda yang melihat korban hubungan abusif, cobalah untuk mengajaknya berbicara, tetapi hindari untuk terlalu banyak bertanya dan menghakimi.
Anda bisa membantu mereka dengan memberi dukungan dan mendampinginya mencari bantuan ke pihak profesional seperti psikolog atau kepolisian.
Kesimpulan
- Abusive relationship adalah pola atau perilaku kekerasan dalam suatu hubungan yang digunakan untuk membentuk kuasa serta kendali terhadap pasangan.
- Hubungan abusif ditandai dengan pasangan manipulatif, suka mengintimidasi, berperilaku kasar, dan menjauhkan Anda dari orang di sekitar.
- Terjebak dalam hubungan abusive bisa membuat Anda mengalami kerugian secara fisik, isolasi sosial, dan masalah mental.
- Langkah pertama untuk keluar dari hubungan abusive adalah menyadari bahwa Anda memilikinya. Setelah itu, jangan ragu untuk meminta bantuan orang terdekat jika Anda tidak bisa menyelesaikannya bersama pasangan.