Perasaan mudah marah dan tersinggung biasa terjadi pada setiap orang. Pada kondisi tertentu, beberapa orang mungkin mengalami kemarahan yang sangat parah, yang disebut sebagai agitasi.
Kondisi ini bahkan bisa jadi tanda gangguan mental. Simak uraian di bawah ini untuk mengetahui selengkapnya.
Apa itu agitasi?
Agitasi adalah perasan jengkel, gelisah, mudah tersinggung, atau marah yang seseorang alami.
Kondisi ini umumnya dipicu oleh suatu situasi atau tekanan tertentu yang kerap terjadi di setiap kehidupan, baik itu di rumah, sekolah, maupun tempat kerja.
Meski demikian, kemarahan juga bisa muncul tanpa penyebab yang diketahui. Pada saat itulah, kondisi yang Anda alami perlu diwaspadai.
Pasalnya, kondisi ini bisa menjadi tanda kondisi medis, termasuk gangguan mental tertentu yang bisa mengganggu keseharian Anda.
Mengapa agitasi dan depresi berkaitan?
Pengidap depresi umumnya selalu sedih atau murung. Namun, di sisi lain, beberapa pengidap depresi justru menunjukkan amarah, sikap ketus, dan rasa frustrasi.
Hal ini sebenarnya adalah bentuk pertahanan diri dari emosi negatif atau untuk menangkal pertanyaan-pertanyaan dari orang di sekitar mereka.
Kondisi inilah yang disebut sebagai depresi agitasi. Depresi agitasi adalah subtipe depresi klinis atau depresi mayor (major depressive disorder/MDD).
Depresi klinis juga bisa memicu gejala psikomotorik, seperti mondar-mandir, memainkan atau memilin-milin rambut, menggigit jari atau kuku, berteriak, atau lebih banyak bicara.
Tanda dan gejala agitasi
Agitasi bisa datang tiba-tiba atau berkembang seiring waktu. Kondisi ini bisa berlangsung selama beberapa menit, minggu, atau bahkan berbulan-bulan.
Pada awalnya, Anda mungkin hanya merasa mudah tersinggung, marah, gelisah, atau jengkel.
Jika kemarahan meningkat, Anda bisa melakukan gerakan tidak biasa, berkata kasar, berperilaku buruk atau agresif, hingga melakukan kekerasan.
Adapun, beberapa gerakan tidak biasa yang dimaksud mungkin berupa:
- meremas-remas tangan,
- mengepalkan tangan,
- kaki terseok-seok,
- mondar-mandir, dan
- menarik rambut, kulit, atau pakaian.
Apabila kondisi ini disertai dengan perubahan kewaspadaan, ini bisa jadi tanda delirium. Hal ini umumnya disebabkan oleh kondisi medis tertentu yang harus segera diperiksakan ke dokter.
Penyebab agitasi
Agitasi daoat disebabkan oleh berbagai faktor. Berikut ini adalah beberapa penyebab agitasi yang mungkin diri Anda alami.
1. Stres
Salah satu penyebab umum agitasi adalah stres. Kondisi ini dapat muncul karena tekanan dari pekerjaan, masalah keuangan, atau kejadian masa lalu yang menyebabkan trauma.
2. Ketidakseimbangan hormon
Kadar hormon tiroid yang tidak seimbang juga bisa menyebabkan agitasi. Ini termasuk karena tiroid yang kurang aktif (hipotiroidisme) maupun terlalu aktif (hipertiroidisme).
Ketidakseimbangan hormon ini berdampak pada fungsi otak yang dapat menimbulkan gejala psikis, seperti perubahan mood.
3. Autisme
Orang-orang dengan spektrum autisme mengalami masalah dengan keterampilan sosial, perilaku, ucapan, dan komunikasi nonverbal. Hal ini bisa membuatnya mudah marah atau tersinggung.
4. Skizofrenia
Skizofrenia membuat pengidapnya mengalami halusinasi, delusi, dan pemikiran serta perilaku yang tidak teratur. Adapun, kondisi ini kerap menimbulkan kemarahan yang tidak terduga.
5. Gangguan kecemasan, depresi, dan bipolar
Gangguan kecemasan, depresi, dan gangguan bipolar merupakan beberapa gangguan mental yang kerap memengaruhi suasana hati orang yang mengalaminya.
Selain kesedihan dan rasa cemas yang berlarut-larut, ketiga gangguan tersebut juga dapat menimbulkan perasaan mudah marah dan tersinggung.
Faktor risiko agitasi
Selain dari penyebab di atas, beberapa kondisi seperti berikut juga dapat membuat Anda mudah marah dan tersinggung.
- Kecanduan alkohol atau sakau alkohol.
- Merasakan nyeri pada bagian tubuh tertentu.
- Reaksi alergi.
- Konsumsi kafein berlebihan.
- Penyalahgunaan obat-obatan terlarang, seperti kokain dan ganja.
- Mengalami infeksi, terutama pada lanjut usia.
- Keracunan zat tertentu, seperti karbon monoksida.
- Penggunaan obat-obatan, seperti amfetamin, teofilin, dan kortikosteroid.
- Kekurangan vitamin B6.
- Penyakit yang memengaruhi sistem saraf pusat, seperti tumor otak, demensia, penyakit Alzheimer, maupun cedera dan trauma kepala.
Cara mengatasi agitasi
Agitasi masih dapat dikontrol dengan berbagai pengobatan. Meski demikian, cara mengatasi kondisi ini mungkin berbeda, tergantung pada kondisi yang mendasarinya.
Psikolog atau psikiater dapat membantu Anda melalui terapi psikologis, seperti terapi perilaku kognitif (CBT), maupun dengan pemberian resep obat-obatan.
Selain pengobatan secara medis, kondisi ini juga dapat diatasi dengan beberapa cara sederhana seperti berikut.
- Ciptakan lingkungan kerja atau belajar yang tenang.
- Kurangi pencahayaan di rumah pada siang hari dan malam hari.
- Perbanyak istirahat dan cukupi waktu tidur, setidaknya 7–8 jam bagi orang dewasa.
- Lakukan hal-hal yang menenangkan, seperti yoga, meditasi, dan latihan pernapasan.
Diagnosis dari psikolog atau psikiater diperlukan untuk menentukan jenis perawatan yang tepat.
Segera konsultasi bila Anda atau orang terdekat mengalami agitasi parah dalam jangka waktu yang lama, tidak diketahui pemicunya, atau kerap diikuti dengan gejala lainnya.
Pasalnya, dalam kondisi yang cukup parah, hal ini dapat menimbulkan kecenderungan untuk menyakiti diri sendiri, orang lain, atau keinginan untuk bunuh diri.
Di manakah Anda bisa mendapatkan bantuan?
Apabila Anda, kerabat, atau anggota keluarga menunjukkan tanda-tanda agitasi, depresi, atau penyakit mental lainnya, maupun menunjukkan keinginan, perilaku, atau ingin mencoba bunuh diri, segeralah hubungi L.I.S.A. Suicide Prevention Helpline (+62) 811-3855-472 atau layanan konseling psikologi SEJIWA hotline 119 (extension 8).