Suasana hati alias mood memang bisa berubah-ubah, tergantung apa yang Anda hadapi. Namun, perubahan mood yang sangat intens hingga memengaruhi aktivitas sehari-hari bisa menjadi tanda gangguan mental yang disebut mood disorder.
Apa itu mood disorder?
Mood disorder adalah gangguan mental yang menyebabkan perubahan suasana hati secara intens sehingga pengidapnya kesulitan untuk melakukan aktivitas harian.
Gangguan ini menyebabkan seseorang merasakan kebahagiaan yang ekstrem, kesedihan yang ekstrem, atau keduanya secara bergantian dalam waktu yang lama.
Perubahan mood (mood swing) memang normal terjadi pada setiap orang. Seseorang bisa merasakan sedih, marah, dan bahagia dari waktu ke waktu, tergantung keadaan saat itu.
Namun, pengidap mood disorder cenderung memiliki suasana hati yang tidak sesuai dengan apa yang sedang dihadapinya.
Kondisi tersebut bisa mengganggu kemampuan mereka dalam menjalani aktivitas sehari-hari dan berdampak pada kesehatan mental mereka secara keseluruhan.
Seberapa umumkah kondisi ini?

Mood disorder termasuk gangguan kesehatan mental yang umum terjadi. Menurut Medline Plus, gangguan ini memengaruhi satu dari sepuluh orang yang berusia 18 tahun ke atas.
Meski demikian, anak-anak, remaja, maupun orang dewasa sama-sama bisa mengalami kondisi ini. Secara keseluruhan, wanita disebut lebih berisiko mengalami gangguan mood dibandingkan pria.
Jenis-jenis mood disorder
Gangguan suasana hati bisa dibedakan menjadi beberapa jenis berikut.
- Depresi mayor: ditandai dengan periode kesedihan ekstrem yang berkepanjangan dan terus-menerus.
- Gangguan bipolar: perubahan mood parah dari fase mania (kegembiraan ekstrem) ke depresi.
- Persistent depressive disorder (distimia): suasana hati yang buruk dan berlangsung secara konsisten setidaknya selama dua tahun.
- Siklotimia: perubahan mood yang tidak teratur dan terus-menerus dalam waktu yang lama, tetapi dalam skala lebih ringan.
- Seasonal affective disorder (SAD): depresi yang hanya terjadi selama musim tertentu, misalnya awal musim dingin atau penghujan, lalu membaik saat musim panas.
- Premenstrual dysphoric disorder (PMDD): disebabkan oleh perubahan hormonal yang berhubungan dengan siklus menstruasi.
- Disruptive mood dysregulation: gangguan mood pada anak-anak dengan gejala utama berupa ledakan emosi yang tidak sesuai usianya.
- Gangguan mood terkait penyakit lain: mood disorder juga bisa terjadi sebagai efek dari kondisi medis tertentu, seperti kanker, cedera, infeksi, atau penyakit kronis lainnya.
- Gangguan mood terkait penggunaan zat: disebabkan oleh penggunaan zat, seperti alkohol, obat-obatan terlarang, paparan racun, atau bentuk pengobatan tertentu.
Tanda dan gejala mood disorder
Berikut adalah gejala mood disorder secara umum. Tanda gangguan suasana hati bisa berbeda-beda sesuai jenisnya.
- Perasaan sedih, cemas, atau hampa yang terus-menerus.
- Merasa putus asa atau tidak berharga.
- Kurang energi atau merasa lesu.
- Rasa bersalah yang berlebihan.
- Kehilangan nafsu makan atau makan berlebihan.
- Perubahan berat badan, seperti berat badan berkurang atau bertambah tanpa penyebab pasti.
- Terlalu sering tidur atau kesulitan untuk tidur.
- Kehilangan minat pada aktivitas yang sebelumnya disenangi.
- Kesulitan berkonsentrasi.
- Mudah marah, bahkan hingga terjadi permusuhan.
- Adanya keinginan untuk menyakiti diri sendiri atau bahkan bunuh diri.
Sering kali gangguan mood juga menimbulkan gejala fisik, seperti sakit kepala, sakit perut, atau kelelahan. Gejala fisik yang terkait gangguan mood biasanya tidak membaik meski sudah mendapatkan pengobatan.
Penyebab mood disorder
Sampai saat ini, penyebab pasti mood disorder belum diketahui. Akan tetapi, gangguan mental ini berkaitan erat dengan beberapa faktor berikut.
- Genetik: gangguan mental, termasuk mood disorder, cenderung menurun dalam keluarga.
- Biologis: umumnya terkait dengan ketidakseimbangan zat kimia yang dilepaskan otak, terutama serotonin yang berperan penting dalam mengatur suasana hati.
- Faktor lingkungan: pengalaman hidup atau peristiwa tertentu dalam kehidupan yang menyebabkan stres atau trauma dapat menjadi cikal bakal gangguan mood.
Faktor risiko mood disorder
Mood disorder bisa dialami siapa saja, tetapi beberapa kondisi berikut bisa meningkatkan risikonya.
- Berjenis kelamin wanita.
- Riwayat gangguan mood dalam keluarga.
- Punya gangguan mental lainnya atau pernah didiagnosis dengan mood disorder.
- Baru saja menghadapi kondisi yang rentan memicu stres, seperti kehilangan pekerjaan, perceraian, kematian orang terdekat, atau masalah finansial.
- Punya penyakit kronis, seperti diabetes, kanker, jantung, atau penyakit Parkinson.
- Pengguna obat-obatan tertentu.
Diagnosis mood disorder
Sebelum melakukan tes, dokter akan terlebih dahulu bertanya mengenai riwayat medis Anda dan keluarga, termasuk obat-obatan yang sedang Anda konsumsi.
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan psikologis untuk menegakkan diagnosis.
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengesampingkan kondisi medis lain yang memiliki gejala yang mirip dengan mood disorder.
Sementara itu, pemeriksaan psikologis dilakukan dengan mengisi kuisioner mengenai pikiran, perasaan, perilaku, atau kebiasaan sehari-hari Anda, termasuk pola tidur dan makan.
Tes-tes lain mungkin dilakukan untuk memperkuat diagnosis. Dokter atau psikolog akan memberikan tes sesuai kondisi Anda.
Pengobatan mood disorder
Seseorang yang terdiagnosis dengan mood disorder akan menerima perawatan sesuai jenis dan tingkat keparahannya. Secara umum, berikut adalah metode perawatan yang bisa diberikan.
1. Pemberian obat-obatan
Dokter dapat meresepkan obat-obatan berikut untuk membantu mengurangi dan mengelola gejala gangguan mood.
- Antidepresan, seperti fluoxetine atau duloxetine untuk mengatasi depresi atau fase depresi pada pengidap gangguan bipolar.
- Penstabil mood, seperti carbamazepine.
- Antipsikotik, seperti aripiprazole untuk pengidap gangguan bipolar yang mengalami fase mania atau episode campuran (mania dan depresi bersamaan).
2. Psikoterapi
Pasien dengan mood disorder mungkin perlu menjalani psikoterapi (terapi bicara) atau konseling guna mengatasi kondisinya.
Beberapa bentuk psikoterapi yang umum dilakukan, yaitu terapi perilaku kognitif (CBT) dan terapi interpersonal.
Melalui psikoterapi, pasien akan dibantu untuk mengelola emosi dan mengembangkan strategi koping yang efektif.
3. Terapi stimulasi otak
Perawatan lain yang mungkin diberikan untuk pengidap gangguan mood adalah terapi stimulasi otak.
Jenis terapi ini akan membantu mengatasi perubahan senyawa kimia pada otak yang kerap menjadi penyebab munculnya gejala mood disorder.
Dokter dapat melakukan electroconvulsive therapy (ECT), transcranial stimulation, atau terapi stimulasi otak lainnya.
Perawatan di rumah untuk mood disorder

Demi mendukung hasil pengobatan medis, dokter biasanya menyarankan pengidap mood disorder untuk melakukan perawatan rumah seperti berikut.
- Mengonsumsi obat dan menjalankan terapi secara teratur seperti yang disarankan dokter atau psikiater. Jangan berhenti minum obat tanpa sepengetahuan dokter.
- Tidur atau istirahat yang cukup untuk mencegah mood swing.
- Menerapkan pola makan sehat dan bergizi seimbang. Bila perlu, perbanyak konsumsi makanan untuk mengatasi depresi.
- Tetap melakukan aktivitas fisik dan olahraga secara teratur.
- Mempelajari cara sehat mengelola stres, seperti menjalankan hobi, pijat, meditasi, atau bermain dengan hewan peliharaan.
- Menghindari konsumsi alkohol dan obat-obatan terlarang.
Dukungan dari orang di sekitar juga dibutuhkan untuk mengoptimalkan perawatan mood disorder. Oleh karena itu, jangan ragu untuk bercerita atau meminta bantuan orang terdekat Anda jika memungkinkan.
Kesimpulan
- Mood disorder adalah gangguan mental yang menyebabkan perubahan suasana hati secara intens sehingga pengidapnya kesulitan untuk melakukan aktivitas harian.
- Beberapa tanda gangguan mood adalah merasa sedih terus-menerus, kehilangan minat pada hal yang disukai, susah konsentrasi, hingga munculnya pemikiran untuk menyakiti diri sendiri.
- Gangguan mental ini dapat ditangani dengan obat-obatan, psikoterapi, hingga terapi stimulasi otak.