backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan
Konten

Aquaphobia atau Fobia Air, Mengapa Bisa Terjadi?

Ditinjau secara medis oleh dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa · General Practitioner · Klinik Chika Medika


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 25/07/2022

Aquaphobia atau Fobia Air, Mengapa Bisa Terjadi?

Fobia merupakan bentuk gangguan kecemasan ekstrem yang membuat seseorang memiliki ketakutan berlebihan terhadap situasi, makhluk hidup, tempat, atau benda tertentu. Nah, salah satu jenis fobia yang cukup banyak orang alami yakni fobia air.

Apa itu fobia air?

Fobia air atau aquaphobia adalah ketakutan yang berlebihan dan tidak masuk akal terhadap air.

Perasaan takut air ini muncul dalam bentuk yang berbeda-beda pada tiap orang. Sebagian orang hanya takut pada kedalaman air, seperti saat berada di laut atau danau.

Sementara itu, sebagian pengidap fobia ini merasa takut ketika melihat kumpulan air di dalam wadah, misalnya air di dalam kolam renang atau bak mandi.

Dalam kondisi yang parah, seseorang yang fobia air mungkin benar-benar takut untuk terkena air dan bahkan bila hanya melihat genangan air di jalanan.

Fobia air termasuk ke dalam jenis fobia spesifik/khusus (specific phobia). Jenis ketakutan ini juga berhubungan dengan fobia terhadap laut dan kedalaman air yang disebut thalassophobia.

Kapan seseorang mulai mengalami fobia?

Berdasarkan buku Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5), bentuk gangguan kecemasan ini biasa dimulai saat masa kanak-kanak hingga remaja, lalu berkurang seiring bertambahnya usia. Wanita dua kali lebih berisiko mengalami fobia air dibandingkan pria.

Tanda dan gejala fobia air

Berhadapan dengan air menimbulkan ketakutan tersendiri pada pengidap aquaphobia. Namun, pengidap kondisi ini biasanya menyadari bahwa rasa takutnya terhadap air sebetulnya tidak masuk akal.

Gejala fobia ini bisa cukup ringan hingga ekstrem. Dikutip dari Cleveland Clinic, seseorang yang mengalami rasa takut air bisa mengalami tanda dan gejala berupa:

  • perasaan takut, cemas, dan panik berlebihan saat melihat atau membayangkan air,
  • rasa takut yang berlebihan dan tidak masuk akal saat tubuhnya terkena air,
  • sangat menghindari air dan segala aktivitas yang berkaitan dengan air,
  • tubuh berkeringat berlebihan (hiperhidrosis),
  • pusing atau pingsan,
  • jantung berdebar,
  • dada sesak dan sulit bernapas,
  • kulit pucat,
  • gemetar atau tegang,
  • mual, hingga
  • serangan panik.
  • Mengapa seseorang mengalami fobia air?

    pertolongan pertama tenggelam

    Hingga saat ini, penyebab fobia air belum diketahui dengan pasti. Namun, sebagian besar fobia terjadi setelah seseorang mengalami peristiwa traumatis, terutama pada masa kanak-kanak.

    Adapun, berikut beberapa alasan yang mendasari seseorang mengalami kondisi ini.

    1. Pengalaman buruk

    Penyebab aquaphobia yang paling umum ialah pengalaman buruk hingga trauma terkait air di masa lalu.

    Ini bisa terjadi pada orang yang pernah hampir tenggelam, mengalami kecelakaan kapal, maupun menghadapi serangkaian kejadian menakutkan yang berhubungan dengan air. 

    2. Faktor lingkungan

    Melihat atau mendengarkan cerita yang menakutkan tentang air juga bisa memicu fobia air, misalnya setelah menonton film Titanic mengenai insiden kapal tenggelam.

    Pengaruh buruk dari mendengarkan cerita seseorang yang memiliki ketakutan terhadap air juga bisa membuat Anda mengalami jenis fobia yang sama.

    3. Faktor genetik atau keturunan

    Beberapa bukti juga menunjukkan bahwa beberapa jenis fobia spesifik dapat diwariskan secara genetik. Jika ada anggota keluarga Anda yang memiliki fobia, Anda berisiko juga terhadap kondisi ini.

    Perubahan tertentu pada fungsi otak mungkin juga berperan dalam memunculkan jenis fobia ini.

    Bagaimana cara menangani fobia air?

    Aquaphobia termasuk ke dalam jenis fobia spesifik. Dikutip dari Mayo Clinic, ada dua metode yang umum dilakukan untuk menangani kondisi ini, yakni psikoterapi dan obat-obatan.

    1. Psikoterapi

    Psikoterapi atau terapi psikologis yang biasa digunakan dalam pengobatan fobia air terdiri dari terapi pemaparan dan terapi perilaku kognitif.

    Terapi paparan (exposure therapy)

    Terapis menghadapkan Anda dengan sumber rasa takut Anda, yaitu air. Sambil memberikan pancingan berupa air, terapis akan melacak reaksi, pikiran, perasaan, dan sensasi yang Anda rasakan untuk membantu mengelola kecemasan.

    Terapis mungkin saja menyuruh Anda untuk mengisi bak mandi dengan air maupun meminta Anda untuk bermain di pantai.

    Terapi perilaku kognitif (cognitive behavioral therapy)

    Terapi perilaku kognitif dilakukan dengan “menantang” pemikiran dan keyakinan Anda terhadap air.

    Ketika belajar menantang ketakutan, Anda akan mencari tahu bagaimana cara mengatasi pola pikir dan keyakinan terhadap air yang selama ini memicu rasa takut. Hal ini bertujuan untuk mempelajari cara baru mengatasi rasa takut Anda.

    2. Obat-obatan

    Dokter juga akan memberikan resep obat-obatan, termasuk obat penenang dan antidepresan umum untuk mengobati berbagai gejala kecemasan saat Anda memikirkan atau terpapar air. 

    Akan tetapi, penggunaan obat ini umumnya tidak dianjurkan dalam perawatan jangka panjang. Obat hanya akan diberikan jika Anda masih kesulitan mengendalikan gejalanya.

    Selain kedua metode tersebut, Anda biasanya juga disarankan untuk melakukan perawatan di rumah dengan menulis jurnal, berlatih yoga, atau melatih pernapasan.

    Semua terapi tersebut dilakukan untuk membuat Anda merasa lebih nyaman dengan air. Untuk mendapatkan terapi yang sesuai, mintalah bantuan ahli bila Anda atau orang terdekat mengalami fobia air. 

    Pasalnya, dengan bantuan terapis yang tepat, fobia Anda dapat dikelola atau bahkan bisa diatasi hingga tidak lagi kambuh.

    Apakah fobia air bisa disembuhkan?

    Dengan bantuan medis yang tepat, rasa takut terhadap air bisa dikelola dan diatasi hingga tidak kambuh lagi. Jika tidak ditangani, pengidapnya bisa mengalami fobia mandi (ablutophobia) yang memengaruhi kebersihan diri dan hubungannya dengan orang lain.

    Catatan

    Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

    General Practitioner · Klinik Chika Medika


    Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 25/07/2022

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan