Fobia ditandai dengan ketakutan berlebih terhadap sesuatu. Objek atau situasi yang umumnya ditakuti memang hal yang sering kali dihindari, seperti laba-laba atau ketinggian. Namun, apa jadinya bila ada seseorang yang mengalami fobia pada mata atau ommetaphobia?
Fobia ini mungkin terdengar konyol dan tak masuk akal bagi Anda. Nyatanya, fobia bisa muncul terhadap hal apa pun, tidak terkecuali pada salah satu bagian dari tubuh Anda.
Ommetaphobia atau phobia pada mata adalah suatu kondisi yang membuat seseorang merasa khawatir berlebihan terhadap keadaan matanya setiap saat.
Mereka selalu merasa cemas akan mengalami masalah atau kehilangan indera penglihatannya.
Pada akhirnya, keadaan ini membuat kebanyakan dari mereka selalu memakai kacamata hitam demi melindungi matanya.
Orang-orang dengan ommetaphobia kerap kesulitan saat melakukan sejumlah hal kecil, seperti menyentuh sekitar kelopak mata atau meneteskan obat mata.
Pergi ke dokter mata pun menjadi aktivitas yang sangat menakutkan. Bahkan, mereka bisa saja mengalami reaksi panik yang tidak biasa saat matanya terpapar debu.
Terkadang mereka juga menghindari kontak mata dengan orang lain. Mereka bisa saja tak mau berhubungan secara langsung dengan orang lain karena takut hal ini akan memicu fobia.
Jika terus-menerus terjadi, efeknya tentu akan berpengaruh terhadap kualitas hidup sehari-hari.
Phobia adalah bentuk ekstrem dari ketakutan. Artikel yang dimuat dalam Current Biology (2014) menyebutkan bahwa fobia merupakan kombinasi pemicu dan respons tubuh.
Pada pengidap fobia mata, respons tubuh yang menciptakan rasa takut berlebihan akan muncul saat mereka memikirkan kemungkinan hal-hal menyeramkan yang bisa terjadi pada mata mereka.
Beberapa tanda dan gejala fobia yang paling umum yakni:
- serangan panik,
- keringat dingin,
- tubuh gemetar,
- sulit bernapas,
- detak jantung yang lebih cepat,
- sesak atau nyeri pada dada,
- mual,
- pusing,
- mulut kering,
- otot menegang, serta
- perasaan seperti lumpuh sementara dan tidak dapat berbicara.
Selain secara fisik, pengidap fobia juga bisa mengalami gejala psikologis. Mereka mungkin bisa kehilangan kendali diri, hilang harapan, linglung, atau merasa akan mati dalam waktu dekat.
Terdapat banyak faktor yang memungkinkan seseorang untuk mengalami jenis fobia ini. Berikut ini adalah beberapa di antaranya yang paling umum terjadi.
- Pengalaman traumatis. Pengidap ommetaphobia mungkin pernah mengalami peristiwa traumatis yang berhubungan dengan mata di masa lalu, misalnya riwayat penyakit mata, kecelakaan yang melibatkan mata, atau melihat hal-hal menakutkan yang terjadi pada mata orang lain.
- Keturunan. Fobia akan muncul saat pengidapnya memiliki ayah, ibu, atau saudara yang juga mengalami kondisi serupa.
- Berada di bawah pengasuhan orang dengan ommetaphobia. Saat anak tinggal dan tumbuh besar bersama orang yang memiliki fobia ini, terdapat kemungkinan bahwa ketakutan tersebut bisa ditularkan dan muncul saat anak beranjak dewasa.
- Film dan media lainnya. Fobia ini juga bisa timbul setelah menonton film horor dengan unsur kekerasan yang menampilkan adegan penyiksaan sadis, termasuk penyerangan pada bagian mata.
- Fobia sosial. Ketakutan berlebihan pada situasi sosial yang mengharuskan komunikasi secara empat mata dengan orang lain juga bisa memicu gejala ommetaphobia.
Ommetaphobia tergolong fobia spesifik. Untuk mengatasi fobia, dibutuhkan penanganan yang melibatkan psikoterapi dan obat-obatan seperti berikut ini.
1. Psikoterapi
Pengidap fobia umumnya akan memerlukan bantuan dari tenaga profesional kesehatan mental.
Berbagai jenis terapi psikologi (psikoterapi), seperti terapi bicara (konseling) dan terapi perilaku kognitif (CBT), dapat dilakukan oleh orang-orang yang memiliki ommetaphobia.
Terapi bertujuan mengubah pola pikir terhadap objek yang ditakuti dan mempelajari cara agar tidak lagi menghindar dari pemicu fobia.
Tak hanya itu, terapi juga membantu Anda mengendalikan pikiran negatif serta menghadapinya dengan cara yang tepat saat dipertemukan dengan objek ketakutan.
2. Obat-obatan
Pada kasus yang lebih parah, terutama ketika fobia disertai dengan gangguan kecemasan dan depresi, dokter spesialis kejiwaan atau psikiater akan meresepkan obat-obatan.
Beberapa jenis obat yang bisa digunakan untuk mengatasi fobia dan penyertanya yakni:
- antidepresan,
- benzodiazepine, dan
- beta-blocker.
Meski begitu, obat-obatan di atas hanya akan memberikan solusi dalam jangka pendek. Terapi secara rutin tetap menjadi cara yang paling efektif untuk mengatasi fobia.
Tidak hanya mengikuti terapi dan minum obat, pengidap ommetaphobia juga disarankan untuk melakukan perawatan di rumah untuk menghasilkan efek pengobatan yang lebih baik.
Perawatan rumahan ini bisa dilakukan dengan menulis jurnal, latihan meditasi, yoga, dan bahkan olahraga rutin.
Dengan bantuan yang tepat, ketakutan berlebih terhadap mata dapat dikelola sehingga dampak fobia yang mengganggu aktivitas sehari-hari bisa dicegah.
Kesimpulan
- Ommetaphobia adalah jenis phobia yang membuat seseorang merasa khawatir secara berlebihan terhadap keadaan matanya setiap saat.
- Penyebab dari kondisi ini bisa berasal dari pengalaman traumatis, faktor keturunan, dan paparan terhadap media yang menampilkan kekerasan terkait mata.
- Penanganan fobia mata melibatkan psikoterapi, obat-obatan, dan perubahan gaya hidup untuk mengelola gejalanya.