
Sesuai dengan namanya, penemu tes buta warna ini adalah Shinobu Ishihara, seorang optalmologis asal Jepang. Tes ini paling sering digunakan untuk mengetahui buta warna parsial, terutama warna merah-hijau.
Tes Ishihara terdiri dari 24 halaman, memuat gambar berupa titik-titik warna yang membentuk pola angka. Cara tes buta warna ini adalah membaca angka-angka yang tersusun dari titik-titik berwarna tersebut.
Melansir National Eye Institue, saat menjalankan tes ini, Anda biasanya dihadapkan dengan buku yang berisi pola lingkaran (piringan) dengan banyak titik berbagai warna dan ukuran di dalamnya.
Dalam satu buku Ishihara biasanya terdapat 14, 24, atau 38 gambar lingkaran atau piringan berwarna. Piringan berwarna ini biasanya disebut dengan pseudoisochromatic.
Arti dari istilah tersebut adalah titik-titik berwarna dalam pola yang pertama kali terlihat sama (iso) dalam warna (chromatic), tetapi kesamaan itu palsu (pseudo).
Apabila Anda memiliki buta warna parsial merah-hijau, maka akan kesulitan membaca beberapa halaman. Anda akan memiliki jawaban yang berbeda dibandingkan orang dengan penglihatan normal.
Bahkan, bisa jadi Anda tidak melihat keberadaan angka sama sekali. Akan tetapi, beberapa halaman memang dikhususkan hanya dapat dibaca oleh penderita buta warna parsial.
Pada bagian ini, orang dengan penglihatan normal biasanya tidak menemukan adanya angka, sebaliknya orang dengan buta warna parsial justru melihat adanya angka.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar