Perdarahan uterus abnormal adalah masalah kesehatan wanita yang bisa terjadi di berbagai kelompok usia, mulai dari remaja hingga yang telah menopause. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah gangguan hormonal.
Lantas, apa sebenarnya perdarahan uterus abnormal? Yuk cari tahu jawabannya melalui ulasan di bawah ini.
Apa itu perdarahan uterus abnormal?
Perdarahan uterus abnormal atau PUA, disebut juga dengan perdarahan uterus disfungsional (PUD), adalah kondisi yang menyebabkan perdarahan dari vagina di luar periode menstruasi atau haid.
Dikutip dari Harvard Health Publishing, perdarahan uterus disfungsional terjadi ketika sinyal hormon dari siklus menstruasi mengalami gangguan.
Akibat kondisi tersebut, perdarahan yang terjadi mungkin lebih berat atau ringan dari siklus menstruasi biasanya.
Seberapa umum kondisi ini?
Apa saja tanda dan gejala perdarahan uterus abnormal?
Gejala yang paling umum saat Anda mengalami perdarahan uterus abnormal adalah perdarahan saat sedang tidak menstruasi. Akan tetapi, perdarahan ini juga bisa terjadi saat Anda menstruasi.
Tanda dan gejala dari kondisi ini pun beragam, tetapi berikut ini adalah beberapa tanda dan gejala saat seseorang mengalami PUA atau perdarahan uterus abnormal.
- Perdarahan menstruasi yang berlebihan atau sangat deras.
- Darah menggumpal atau ada gumpalan besar.
- Perdarahan lebih dari 7 hari.
- Perdarahan yang terjadi kurang dari 21 hari sejak menstruasi terakhir Anda.
- Muncul bercak darah.
- Payudara terasa lunak dan sensitif.
- Begah.
Mungkin ada beberapa tanda atau gejala yang tidak disebutkan di atas. Jika Anda memiliki kekhawatiran terkait gejala tertentu, silakan konsultasikan kepada dokter.
Kapan harus periksa ke dokter?
Segera periksa ke dokter bila Anda mengalami gejala-gejala serius berikut ini.
- Keluar gumpalan darah berukuran besar.
- Harus ganti pembalut kurang dari dua jam sekali.
- Mengalami perdarahan di luar periode menstruasi atau lebih dari seminggu.
- Timbul gejala anemia, seperti lelah, lemas, atau sesak napas.
Namun, jika Anda mengalami gejala apa pun atau punya pertanyaan, segera hubungi dokter. Perlu diingat, tubuh setiap orang berbeda sehingga Anda harus berkonsultasi pada dokter untuk penanganan terbaiknya.
Apa penyebab perdarahan uterus abnormal?
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, penyebab utama perdarahan uterus abnormal (PUA) adalah ketidakseimbangan hormon reproduksi.
Anak perempuan yang sedang mengalami masa puber dan wanita yang menopause mungkin mengalami ketidakseimbangan hormon selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun.
Hal ini tentu bisa menyebabkan perdarahan yang tidak teratur, misalnya perdarahan yang deras atau hanya bercak-bercak. Biasanya, darah tampak berwarna kecokelatan, merah muda, atau merah terang.
Meski demikian, hormon yang tidak seimbang juga bisa menjadi efek samping dari pengobatan tertentu atau memang karena Anda sedang menjalani terapi hormon itu sendiri.
Selain ketidakseimbangan hormon, berikut ini adalah beberapa kondisi medis yang mungkin dapat meningkatkan risiko terjadinya perdarahan uterus abnormal.
- Sindrom polikistik ovarium (PCOS). PCOS adalah gangguan endokrin yang membuat tubuh wanita menghasilkan kelebihan hormon seks. Akibatnya, hormon estrogen dan progesteron jadi tidak seimbang dan siklus menstruasi jadi tidak teratur.
- Endometriosis. Kondisi ini terjadi saat dinding rahim tumbuh di luar uterus, misalnya pada ovarium. Endometriosis juga sering menyebabkan perdarahan menstruasi yang sangat deras.
- Polip rahim. Polip bisa muncul dalam rahim. Meski penyebabnya tak diketahui, pertumbuhan polip rahim sangat dipengaruhi oleh hormon estrogen. Pembuluh darah kecil pada polip bisa menyebabkan perdarahan uterus abnormal.
- Fibroid rahim. Fibroid rahim bisa muncul di rahim, dinding rahim, atau otot rahim. Seperti polip, penyebab fibroid rahim belum dipahami. Namun, lagi-lagi hormon estrogen sangat berpengaruh.
- Penyakit kelamin (penyakit menular seksual). Penyakit kelamin yang menyebabkan luka seperti gonore dan klamidia bisa menyebabkan perdarahan uterus abnormal (PUA). Perdarahannya biasa terjadi setelah berhubungan seks.
Selain akibat kondisi medis di atas, PUA juga dapat terjadi karena wanita mengonsumsi obat-obatan tertentu. Beberapa di antaranya pil KB, obat hormon, atau warfarin (coumadin).
Bagaimana perdarahan uterus abnormal didiagnosis?
Untuk mendiagnosis PUA, dokter Anda akan menanyakan riwayat kesehatan atau siklus menstruasi Anda.
Hal ini bisa membantu dokter memprediksi gangguan reproduksi yang menyebabkannya, seperti PCOS atau endometriosis.
Jangan lupa juga untuk memberitahu dokter bila Anda mengonsumsi obat-obatan, seperti pil KB, karena bisa memengaruhi kondisi Anda.
Nantinya, Anda mungkin akan melakukan pemeriksaan fisik guna membantu dokter mendiagnosis perdarahan uterus disfungsional. Berikut beberapa pemeriksaan yang dimaksud.
1. Ultrasound (USG)
Dokter Anda mungkin menganjurkan USG untuk mengamati organ reproduksi Anda.
Pemeriksaan ini akan mengungkapkan apakah ada pertumbuhan abnormal seperti polip dan fibroid. USG juga bisa memeriksa apakah ada perdarahan dalam.
2. Tes darah
Tes darah dilakukan untuk memeriksa kadar hormon dan jumlah darah lengkap. Kadar hormon Anda bisa membantu menentukan penyebab perdarahan.
Bila Anda punya perdarahan yang deras dan berkepanjangan, jumlah darah Anda bisa mengungkapkan apakah sel darah merah Anda terlalu rendah. Hal ini bisa menandakan anemia.
3. Biopsi endometrium
Jika ada pertumbuhan abnormal, dinding rahim Anda biasa akan menebal. Maka, dokter akan mengambil sampel jaringan rahim untuk pemeriksaan.
Biopsi akan menunjukkan kalau ada perubahan sel yang tidak wajar. Perubahan sel yang tidak wajar bisa menandakan hormon tidak seimbang, kanker, dan lain-lain.
Bagaimana perdarahan uterus abnormal diobati?
Pada dasarnya, perawatan yang akan disarankan oleh dokter perlu disesuaikan dengan penyebab yang mendasari perdarahan uterus disfungsional.
Namun, berikut ini adalah beberapa pengobatan yang dapat mengatasi PUA.
1. Obat-obatan
Beberapa obat yang dapat digunakan untuk mengobati perdarahan uterus abnormal, yaitu sebagai berikut.
- Pil KB.
- Progestin, dapat diberikan melalui suntikan atau implan.
- Obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), seperti ibuprofen.
- Gonadotropin-releasing hormone (GnRH) agonists, dapat menghentikan atau mengurangi perdarahan untuk mencegah ovulasi.
- Gonadotropin-releasing hormone (GnRH) antagonists, dapat mengatasi perdarahan menstruasi berat yang berhubungan dengan fibroid.
2. Operasi
Selain menggunakan obat-obatan, ada beberapa prosedur medis yang dapat digunakan untuk mengatasi PUA. Beberapa di antaranya sebagai berikut.
- Histeroskopi. Mengangkat struktur atipikal pada rahim, seperti fibroid dan polip.
- Embolisasi arteri uterina. Menghentikan aliran darah ke fibroid.
- Miomektomi. Menghilangkan fibroid sekaligus menjaga rahim Anda tetap utuh.
- Ablasi endometrium. Menghancurkan lapisan rahim Anda melalui penggunaan laser atau energi gelombang mikro.
- Histerektomi. Mengangkat rahim. Prosedur ini lebih sering digunakan untuk mengobati kanker endometrium.
Perlu Anda ketahui
Adakah cara yang dapat dilakukan untuk mencegah perdarahan uterus abnormal?
Pada sebagian besar penyebab, PUA tidak dapat dicegah.
Namun, bila ketidakseimbangan hormon terjadi akibat kelebihan berat badan, menurunkan berat badan dan menjaganya tetap ideal dapat membantu.
Selain itu, mengelola stres dengan baik juga dapat dilakukan sebagai langkah untuk menjaga keseimbangan hormon dalam tubuh.
Konsultasikan kepada dokter untuk cara pencegahan lain yang bisa dilakukan atau jika Anda memiliki pertanyaan.
[embed-health-tool-ovulation]