Mengenal Fungsi Gonadotropin-Releasing Hormone (GnRH) bagi Kesuburan

Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita · General Practitioner · None


Ditulis oleh Atifa Adlina · Tanggal diperbarui 13/11/2020

    Mengenal Fungsi Gonadotropin-Releasing Hormone (GnRH) bagi Kesuburan

    Terdapat beragam hormon yang berperan penting dalam kesuburan Salah satunya adalah gonadotropin-releasing hormone (GnRH). Hormon GnRH merupakan pengatur utama produksi hormon pada pria maupun wanita.

    Maka dari itu, apabila terjadi gangguan pada hormon ini, tidak menutup kemungkinan Anda bisa mengalami masalah kesuburan. Simak informasi berikut untuk memahami lebih jauh fungsi GnRH bagi kesuburan.

    Fungsi gonadotropin-releasing hormone (GnRH)

    fase menstruasi

    Hormon GnRH diproduksi oleh bagian otak yang disebut hipotalamus. Hormon ini terbawa bersama aliran darah menuju kelenjar pituitari di dalam otak.

    GnRH kemudian berikatan dengan reseptor kelenjar pituitari untuk memproduksi hormon-hormon gonadotropin.

    Perlu diketahui bahwa hormon gonadotropin memengaruhi fungsi gonad.

    Sementara gonad merupakan sebutan bagi organ reproduksi yang menghasilkan sel-sel anakan.

    Pada manusia, gonad terdiri dari ovarium untuk wanita dan testis untuk pria.

    GnRH merangsang pelepasan dua jenis hormon gonadotropin, yaitu hormon FSH dan LH. Pelepasan ini merupakan dorongan dan tidak terjadi terus menerus.

    Fungsi hormon GnRH pada pria

    Hormon gonadotropin mempunyai fungsi masing-masing baik untuk pria maupun wanita.

    Pada pria, fungsi hormon GnRH adalah merangsang produksi LH (Luteinizing Hormone) di dalam kelenjar pituitari.

    LH kemudian terbawa aliran darah, berikatan dengan reseptor sel-sel di dalam testis lalu merangsang pembentukan sel sperma.

    Sudah dijelaskan sedikit di atas bahwa pelepasan gonadotropin-releasing hormone (GnRH) terjadi karena adanya dorongan.

    Pada pria, dorongan ini tergolong dalam kecepatan yang konsisten.

    Fungsi hormon GnRH pada wanita

    Pada wanita, fungsi FSH (Follicle Stimulating Hormone) adalah merangsang pembentukan sel telur baru dalam ovarium.

    Pembentukan sel telur baru lantas merangsang produksi hormon estrogen. Estrogen lalu mengirimkan sinyal balik menuju kelenjar pituitari.

    Sinyal ini membuat kelenjar pituitari menurunkan produksi FSH dan meningkatkan produksi LH.

    Perubahan dalam jumlah FSH dan LH kemudian merangsang terjadinya ovulasi, yakni pelepasan sel telur dari ovarium.

    Jika sel telur tidak dibuahi oleh sperma, Anda akan mengalami menstruasi dan siklus dimulai kembali dari pelepasan hormon GnRH.

    Pelepasan salah satu hormon gonadotropin ini mempunyai dorongan yang bervariasi. Misalnya, sebelum ovulasi, dorongan untuk hormon terjadi lebih sering.

    Perubahan jumlah hormon GnRH dan efeknya bagi tubuh

    tes kesuburan wanita

    Selama masa perkembangan anak, jumlah GnRH dalam tubuh sangatlah sedikit.

    Hormon ini baru meningkat serta mulai memicu perkembangan pada tubuh dan organ reproduksi begitu memasuki masa pubertas.

    Begitu ovarium dan testis mampu berfungsi secara optimal, produksi hormon GnRH, FSH, dan LH akan dipengaruhi oleh jumlah testosteron pada pria serta estrogen pada wanita.

    Jika testosteron dan estrogen meningkat, jumlah GnRH juga meningkat.

    Perubahan jumlah gonadotropin-releasing hormone selama siklus menstruasi adalah hal wajar.

    Akan tetapi, jika jumlah hormon gonadotropin terlalu tinggi ataupun terlalu rendah, kondisi ini dapat mengakibatkan sejumlah gangguan pada tubuh.

    Melansir laman Hormone, berikut adalah beberapa akibat ketika jumlah GnRH di dalam tubuh tidak normal.

    1. Gonadotropin-releasing hormone (GnRH) terlalu tinggi

    Dampak dari tingginya salah satu hormone gonadotropin ini belum banyak diketahui.

    Namun, kondisi hormon GnRH yang terlalu tinggi bisa meningkatkan risiko pembentukan tumor pada kelenjar pituitari.

    Tumor dapat meningkatkan produksi GnRH yang berujung pada pembentukan estrogen dan testosteron secara berlebihan.

    Hal ini lah yang dapat memicu terjadinya infertilitas atau masalah kesuburan sehingga Anda perlu melakukan tes kesuburan.

    2. Gonadotropin-releasing hormone (GnRH) terlalu rendah

    Jika anak mengalami kondisi Gonadotropin-releasing hormone atau hormon gonadotropin yang terlalu rendah, maka ia tidak dapat mengalami pubertas.

    Contohnya terdapat pada penderita penyakit genetik langka yang disebut sindrom Kallman.

    Penyakit ini menghambat fungsi sel saraf yang merangsang produksi GnRH.

    Kondisi ini berpengaruh hingga mencapai usia dewasa. Hal ini karena orang yang memiliki sindrom Kallman tidak mengalami perubahan bentuk badan.

    Tidak hanya tubuh di bagian luar, area lainnya seperti ovarium dan testis mereka juga tidak berkembang.

    Maka dari itu, kondisi ini bisa menjadi salah satu faktor Anda atau pasangan tidak dapat menghasilkan keturunan.

    Perlu diketahui pula bahwa kondisi ini lebih sering terjadi pada pria.

    Adanya trauma atau kerusakan pada hipotalamus juga dapat menyebabkan hilangnya pelepasan fungsi hormon GnRH.

    Kondisi ini juga dapat menghentikan produksi hormon FSH dan LH.

    Pada wanita, efeknya adalah kehilangan siklus menstruasi (amenore). Sedangkan pada pria kemungkinan terjadi berhentinya produksi sperma.

    Hubungan hormon GnRH dengan kesuburan

    Hormon gnrh dengan kesuburan

    Dapat disimpulkan bahwa hormon gonadotropin atau GnRH adalah hormon yang berperan besar dalam menentukan kesuburan.

    Gangguan pada hormon ini dapat menghambat pelepasan sel telur dan produksi sperma sehingga berpengaruh pada kemampuan Anda dalam memiliki anak.

    Perubahan jumlah GnRH biasanya tidak menimbulkan masalah pada masa subur.

    Namun, apabila Anda mengalami gejala yang memengaruhi fungsi reproduksi, berkonsultasilah dengan dokter.

    Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah hal tersebut berhubungan dengan jumlah GnRH.

    Tidak hanya itu saja, dokter juga bisa memberikan saran mengenai terapi kesuburan saat terjadi infertilitas.

    Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Damar Upahita

    General Practitioner · None


    Ditulis oleh Atifa Adlina · Tanggal diperbarui 13/11/2020

    Iklan
    Iklan
    Iklan