Menjadi orangtua seolah merupakan sebuah batu lompatan besar yang menantang sekaligus menyenangkan. Namun, bagi beberapa orangtua, khususnya ibu, ada tantangan tersendiri yang mungkin terjadi di masa pascamelahirkan yakni trauma melahirkan.
Apa itu trauma melahirkan?
Selain disibukkan dengan aktivitas baru mengurus bayi, ada beberapa tantangan yang terkadang dialami ibu di masa pascamelahirkan.
Baby blues, depresi postpartum, dan psikosis postpartum merupakan masalah mental yang dalam beberapa kondisi terjadi pada ibu baru.
Akan tetapi, bukan hanya itu, ada satu masalah mental yang juga dapat dialami oleh ibu pascapersalinan atau saat masa nifas.
Masalah mental tersebut sekilas memiliki gejala yang mirip seperti depresi postpartum, tetapi sebenarnya berbeda.
Kondisi tersebut dapat disebabkan oleh trauma melahirkan atau trauma persalinan.
Istilah medis dari trauma melahirkan ini adalah postpartum post-traumatic stress disorder (PTSD) alias gangguan stres pascatrauma.
Trauma melahirkan adalah kondisi kesehatan mental yang dipicu oleh peristiwa menakutkan, entah mengalaminya atau menyaksikannya secara langsung.
Mungkin Anda bertanya-tanya bagaimana bisa sesuatu yang sangat umum seperti melahirkan dapat menciptakan reaksi fisiologis pada ibu?
Jawaban singkatnya, untuk beberapa ibu proses ‘alami’ seperti melahirkan juga dapat memicu trauma berat.
Ibu dengan trauma pascamelahirkan umumnya mengalami mimpi buruk, kecemasan parah, kilas balik peristiwa (flashback), dan pikiran mengenai peristiwa tersebut.
Kadang kala, perhatian pada proses persalinan lebih banyak ditujukan kepada bayi, sedangkan kondisi ibu kurang diperhatikan.
Berdasarkan American Psychiatric Association, ibu dengan trauma persalinan selalu masih terbayang mengenai pengalaman traumatis yang pernah dialami atau disaksikannya.
Kebanyakan ibu yang pernah mengalami pengalaman traumatis mungkin merasa kesulitan untuk menyesuaikan dirinya kembali.
Namun, seiring berjalannya waktu, perawatan postpartum PTSD yang tepat dapat memperbaiki gejala yang dialami ibu.
Apa saja gejala trauma melahirkan?
Gejala trauma melahirkan pada ibu umumnya meliputi mimpi buruk, kecemasan parah, terus mengingat peristiawa traumatis, hingga mengalami kilas balik peristiwa (flashback).
Sama halnya seperti pengalaman traumatis lainnya, ibu dengan postpartum PTSD kerap mengalami kilas balik peristiwa (flashback) yang terus mengingatkan pada trauma yang pernah dialaminya.
Berbagai gejala trauma melahirkan atau postpartum PTSD sebagai berikut.
- Mengalami satu atau beberapa peristiwa yang melibatkan ancaman cedera serius atau kematian (untuk dirinya sendiri atau bayi mereka).
- Respons perasaan takut dan tidak berdaya setiap kali mengingat pengalaman tersebut.
- Teror kilas balik (flashback), mimpi buruk, kenangan mengganggu, dan halusinasi yang berulang dan kembali dari waktu ke waktu.
- Anda merasa tertekan, cemas, atau mengalami serangan panik saat teringat peristiwa traumatis.
- Anda cenderung menghindari apapun yang mengingatkan kepada peristiwa traumatis saat melahirkan, seperti orang dan tempat.
- Anda menghindari pembicaraan mengenai pengalaman traumatis maupun enggan berinteraksi dan/atau melihat bayi untuk sementara waktu.
- Anda sulit tidur dan susah berkonsentrasi karena mengingat kenangan buruk yang pernah dialami atau dilihat terkait proses melahirkan.
- Anda mungkin merasa marah, mudah tersinggung, sangat waspada, dan selalu merasa gelisah.
- Anda bereaksi berlebihan saat berada di kondisi yang mengingatkan tentang peristiwa traumatis, misalnya ketika dikejutkan oleh suara atau sentuhan.
Jika mengalami tauma melahirkan, Anda seolah-olah berada di kondisi tertekan terus-terusan.
Hal inilah yang menyebabkan Anda mengalami gejala fisik, mental, emosional, dan perilaku di atas.
Gejala trauma melahirkan atau postpartum PTSD ini biasanya bersifat sementara dan dapat diobati.
Hanya saja, bila diagnosis dan pengobatan tidak segera dilakukan, Anda bisa mengalami dampak berupa kesulitan dalam beraktivitas sehari-hari.
Apa penyebab trauma melahirkan?
Penyebab trauma melahirkan adalah karena adanya kejadian traumatis yang berkaitan dengan kehamilan maupun proses persalinan.
Terkadang, kombinasi dari baby blues, depresi postpartum, dan psikosis postpartum sering dihubungkan dengan trauma pascamelahirkan.
Tentu saja, kombinasi dari kondisi kesehatan mental ibu melahirkan tersebut dapat memperburuk satu sama lain.
Melansir dari laman Postpartum Depression, penyebab trauma persalinan atau postpartum PTSD yakni sebagai berikut.
- Persalinan memakan waktu terlalu lama, sulit, dan menyakitkan
- Pengunaan alat forceps melahirkan maupun ekstraksi vakum
- Harus menjalani operasi caesar darurat saat proses melahirkan normal mengalami hambatan
- Mengalami kondisi seperti histerektomi, preeklampsia, eklampsia, robekan perineum (area antara vagian dan anus) yang parah, hingga perdarahan postpartum
- Ibu atau mengalami masalah yang mengancam kesehatan selama proses persalinan berlangsung
- Kematian bayi selama melahirkan atau setelah kelahiran
- Bayi mengalami prolaps tali pusat saat lahir
- Bayi berada di unit perawatan intensif neonatal alias neonatal intensive care unit (NICU)
- Ibu merasa kurang adanya dukungan selama persalinan
Berbagai komplikasi persalinan dapat menyebabkan ibu mengalami pengalaman traumatis sehingga minimbulkan munculnya gejala postpartum PTSD.
Hal-hal ini dapat terjadi, tidak peduli seberapa siap fisik dan mental calon ibu, serta para petugas medis yang bersangkutan.
Itulah mengapa sangat penting bagi Anda untuk segera mencari penanganan yang tepat guna mengatasi trauma melahirkan atau postpartum PTSD ini.
Apa saja faktor risiko trauma melahirkan?
Hanya karena Anda mengalami trauma saat melahirkan bukan berarti Anda pasti mengembangkan gejala postpartum PTSD nantinya.
Ada beberapa faktor risiko yang membuat ibu lebih rentan mengalami gejala trauma melahirkan sesungguhnya usai persalinan.
Berbagai faktor risiko trauma pascamelahirkan yaitu:
- Memiliki riwayat trauma masa lalu seperti kekerasan seksual, kecelakaan, hingga pemerkosaan
- Memiliki riwayat kecemasan maupun depresi
Dalam beberapa kasus, mengingatkan ibu mengenai pengalaman traumatis saat melahirkan dapat memicu munculnya gejala postpartum PTSD.
Itu sebabnya, ingatam sederhana yang dimiliki ibu seputar trauma sebenarnya sudah dapat memicu timbulnya gejala trauma melahirkan.
Adakah dampak dari trauma melahirkan?
Jika Anda tidak segera mendapatkan penanganan medis akibat trauma pascamelahirkan, tentu ada konsekuensi nyata yang akan dihadapi.
Berikut beragam dampak saat ibu mengalami trauma melahirkan:
- Kecil kemungkinan bagi Anda untuk mau hamil dan melahirkan lagi
- Anda mungkin sulit menerima perawatan atau tindakan medis lanjutan bila dibutuhkan
- Anda mungkin sulit menyusui bayi dengan lancar, misalnya karena sakit, produksi ASI rendah, kurang percaya diri, atau ingat pengalaman traumatis
Bila Anda mengalami postpartum PTSD, besar kemungkinan Anda bisa mengalami depresi. Hal ini dapat berpengaruh kepada kehidupan seks setelah melahirkan.
Apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi trauma melahirkan?
Sebenarnya, Anda tidak perlu khawatir karena gejala trauma melahirkan atau trauma persalinan dapat disembuhkan.
Ya, trauma setelah melahirkan bersifat sementara dan dapat diobati.
Hanya saja, perlu usaha berupa perawatan yang tepat agar pengobatan bisa berjalan lancar sehingga peristiwa traumatis tidak lagi membawa ingatan buruk bagi Anda.
Cara mengatasi trauma melahirkan atau persalinan yang Anda alami adalah sebagai berikut.
1. Berkonsultasi dengan dokter atau ahli kesehatan mental
Jika Anda mengalami trauma pascamelahirkan, penting untuk segera berkonsultasi dengan dokter atau terapis saat muncul gejala.
Biasanya, dokter atau psikoterapis mungkin menyarankan Anda menjalani cognitive behavioral therapy (CBT) maupun eye movement desensitization and reprocessing (EMDR).
Keduanya adalah bentuk pengobatan postpartum PTSD yang sangat efektif. Pengobatan tersebut dapat dilakukan oleh seorang psikiater, psikolog, atau ahli kesehatan mental lainnya.
Terapi EMDR bertujuan untuk mengganti emosi negatif yang melekat akibat trauma melahirkan dengan pikiran dan perasaan positif.
Proses terapi EMDR dilakukan terapis dengan meminta Anda untuk mengingat kembali peristiwa penyebab trauma melahirkan sambil mengalihkan konsentrasi dengan melakukan suatu gerakan.
Biasanya, terapis meminta Anda untuk menggerakkan mata ke kanan dan kiri mengikuti gerak telunjuk yang diarahkan terapis.
Anda juga bisa diminta untuk mengetuk-ngetukkan tangan di meja sesuai ritme.
Teorinya, gerakan ini lambat laun dapat mengurangi kekuatan ingatan dan emosi negatif yang berakar dari peristiwa traumatis masa lalu.
Secara bertahap, terapis akan memandu Anda untuk mengubah pikiran trauma ke pikiran yang lebih menyenangkan.
2. Minta dukungan dari orang sekitar
Ibu dengan trauma melahirkan atau postpartum PTSD membutuhkan dukungan untuk menghilangkan trauma dari pengalaman persalinan.
Keberadaan orang-orang sekitar seperti suami, anggota keluarga, dan sahabat terdekat dapat membantu ibu untuk mengenali penyebab dan mengobati gejala yang ia alami.
Selain itu, dikelilingi oleh orang-orang terdekat yang mendukung dan mencintai Anda juga diharapkan dapat membawa energi positif bagi diri Anda.
Bila memungkinkan, Anda juga bisa meminta bantuan untuk merawat dan menjaga bayi saat Anda sedang tidak bisa melakukannya.
3. Minum obat
Dokter atau terapis dapat memberikan Anda obat untuk diminum sesuai dengan jadwalnya sebagai pilihan terakhir dalam pengobatan trauma melahirkan.
Pemberian obat bertujuan untuk membantu diri Anda agar lebih fokus dan nyaman dalam mengelola gejala, merawat bayi, dan melakukan aktivitas sehari-hari.
Dokter atau terapis biasanya memberikan obat-obatan berupa obat antidepresan yang aman diminum selama masa menyusui dan tidak mengganggu produksi ASI.
Tak lupa, penting untuk memahami bahwa pikiran dan perasaan Anda tentang bayi maupun pengalami traumatis di masa lalu dapat berubah lebih baik secara bertahap.
Kuncinya, beri waktu bagi diri Anda untuk putih perlahan-lahan.
Ini karena proses menjadi seorang ibu merupakan perubahan atau transformasi yang indah sekaligus memberikan tantangan yang juga tidak mudah.
[embed-health-tool-due-date]