Gejolak perasaan sering kali muncul pada wanita usai melahirkan. Kondisi ini umumnya dikategorikan sebagai baby blues. Faktanya, satu dari tujuh ibu baru justru mengalami depresi postpartum yang memang memiliki gejala serupa dengan baby blues.
Lantas, apa sebenarnya perbedaan antara baby blues dan depresi postpartum? Mana yang lebih parah dan bagaimana cara mengenalinya?
Apa itu baby blues dan depresi postpartum?
Baby blues adalah perubahan suasana hati yang mungkin terjadi setelah melahirkan. Ini biasanya digambarkan dengan perasaan sedih, menangis, cemas, hingga sulit tidur.
Perubahan suasana hati ini merupakan hal yang umum terjadi setelah melahirkan. Kondisi ini bisa ditemukan pada delapan dari 10 wanita yang baru melahirkan.
Serupa dengan baby blues, depresi postpartum juga didefinisikan sebagai rasa sedih atau depresi pada wanita yang baru melahirkan.
Namun, kondisi ini termasuk sebagai gangguan kesehatan mental serius yang memengaruhi perilaku dan kesehatan fisik wanita setelah persalinan.
Mayo Clinic bahkan menyebut bahwa depresi postpartum terkadang merupakan komplikasi persalinan. Jika mengalami kondisi ini, Anda memerlukan perawatan medis untuk mengontrol gejalanya.
Apa perbedaan baby blues dan depresi postpartum?
Seperti yang disebutkan sebelumnya, baby blues dan depresi postpartum memiliki gejala yang serupa.
Padahal, keduanya merupakan hal yang berbeda sehingga membutuhkan penanganan yang berbeda pula.
Oleh karena itu, penting bagi ibu baru dan orang-orang di sekitarnya untuk mengenali perbedaan baby blues dan depresi setelah melahirkan. Berikut adalah beberapa perbedaan tersebut.
1. Perbedaan gejala
Jika dilihat sekilas, gejala baby blues dan depresi postpartum memang serupa. Namun, jika diperhatikan lebih dekat, Anda akan melihat perbedaan di antara keduanya.
Wanita yang mengalami baby blues umumnya mengalami beberapa gejala berikut.
- Sedih, murung, dan sering menangis tanpa penyebab yang pasti.
- Mood swing atau merasa marah.
- Cemas dan gelisah.
- Merasa kesepian atau jauh dari keluarga dan teman.
- Sulit berkonsentrasi.
- Kewalahan dan sulit melakukan pekerjaan dengan baik, termasuk merawat bayi.
- Sulit tidur.
- Kehilangan nafsu makan.
Seorang wanita yang mengalami depresi postpartum juga akan merasakan kesedihan, menangis, mood swing, marah, dan cemas seperti baby blues.
Namun, gejolak emosi negatif tersebut cenderung lebih parah dan intens. Selain itu, berikut adalah gejala lain yang kerap ditunjukkan oleh wanita dengan depresi postpartum.
- Menarik diri dari keluarga dan teman.
- Kehilangan nafsu makan atau makan lebih banyak dari biasanya.
- Sulit menjalin ikatan atau bonding dengan bayi.
- Sulit tidur hingga insomnia atau terlalu sering tidur.
- Kelelahan yang luar biasa.
- Kurang minat untuk melakukan aktivitas.
- Merasa putus asa, tidak berharga, atau merasa bersalah dan tidak mampu.
- Sering merasa kebingungan, sulit berpikir jernih, berkonsentrasi, dan membuat keputusan.
- Pikiran untuk menyakiti diri sendiri atau bahkan bunuh diri.
2. Perbedaan durasi dan kemunculan gejala
Selain bentuk gejalanya, durasi serta waktu kemunculan gejala baby blues dan depresi postpartum juga dapat dibedakan.
Gejala baby blues biasanya muncul pada satu atau tiga hari setelah melahirkan. Menurut laman Office on Women’s Health, gejala baby blues bisa menghilang dengan sendirinya setelah 3–5 hari sejak hari pertama kemunculannya.
Gejala baby blues paling lama bisa bertahan hingga satu atau dua minggu setelah Anda melahirkan.
Berbeda dengan baby blues, gejala depresi postpartum biasanya baru muncul setelah beberapa minggu usai melahirkan.
Pada awal kemunculannya, Anda mungkin hanya mengira bahwa gejala yang Anda rasakan hanyalah baby blues.
Namun, gejala tersebut akan semakin intens dan bisa bertahan hingga lebih dari dua minggu sejak awal kemunculannya.
Kemunculan gejala depresi postpartum sering kali mengganggu aktivitas sehari-hari Anda, terutama kemampuan Anda dalam merawat bayi.
3. Perbedaan tingkat keparahan dan dampak
Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan tingkat keparahan di antara baby blues dan depresi postpartum.
Singkatnya, depresi setelah melahirkan bisa dikatakan sebagai bentuk gangguan mental yang lebih parah dari baby blues.
Baby blues umumnya hanya terjadi sementara dan bisa menghilang dengan sendirinya tanpa perawatan apa pun.
Sementara itu, depresi postpartum lebih parah sehingga membutuhkan perawatan medis segera. Bila dibiarkan, bentuk depresi ini bisa bertahan hingga berbulan-bulan atau bahkan lebih lama.
Dengan begitu, wanita dengan depresi postpartum memiliki risiko lebih tinggi mengalami depresi kronis dan depresi yang berat di masa depan.
Selain pada ibu, depresi postpartum juga bisa meningkatkan risiko anak yang dirawat memiliki masalah emosional dan perilaku.
Stres pada anak karena dirawat oleh ibu dengan depresi postpartum dapat ditandai dengan menangis secara berlebihan, sulit tidur dan makan, hingga mengalami keterlambatan perkembangan bahasa dan belajar.
4. Perbedaan penyebab baby blues dan depresi postpartum
Pada dasarnya, tidak ada perbedaan mendasar di antara penyebab baby blues dan depresi setelah melahirkan.
Pasalnya, kedua kondisi ini dinilai sama-sama terjadi karena kombinasi faktor hormon dan perubahan fisik setelah melahirkan.
Namun, menurut Help Guide, stres setelah melahirkan juga bisa berperan dalam menyebabkan depresi postpartum.
Stres biasanya terjadi karena Anda baru pertama kali merawat bayi sehingga sering cemas dan kewalahan hingga kurang tidur.
Selain itu, beberapa faktor lain membuat wanita lebih berisiko mengalami depresi postpartum yaitu:
- riwayat depresi saat hamil,
- masalah saat menyusui,
- bayi lahir dengan kondisi khusus, hingga
- riwayat hamil kembar.
Meski berbeda, baby blues dan depresi postpartum sama-sama bisa “menyiksa” seorang ibu.
Oleh karena itu, jika Anda merasakan atau melihat pasangan Anda mengalaminya, jangan ragu untuk konsultasi ke dokter maupun psikolog.
Kesimpulan
- Meski sama-sama menunjukkan gejolak emosi negatif, depresi setelah melahirkan biasanya terasa lebih intens dibandingkan baby blues.
- Baby blues biasanya muncul 1–3 hari setelah melahirkan dan hilang dengan sendirinya setelah satu minggu. Namun, depresi postpartum bisa bertahan lebih lama, bahkan berbulan-bulan.
- Depresi postpartum juga bisa berdampak pada kondisi emosional bayi yang dilahirkan.
- Meski berbeda, baby blues dan depresi setelah melahirkan sebaiknya tetap ditangani oleh petugas kesehatan karena bisa “menyiksa” ibu.
[embed-health-tool-due-date]