backup og meta
Kategori

4

Tanya Dokter
Simpan
Cek Kondisi

Sudah Masuk Usia Hamil Tua, Kenapa Belum Kunjung Kontraksi?

Ditinjau secara medis oleh dr. Amanda Rumondang Sp.OG · Kebidanan dan Kandungan · Brawijaya Hospital Duren Tiga


Ditulis oleh Ihda Fadila · Tanggal diperbarui 09/05/2022

    Sudah Masuk Usia Hamil Tua, Kenapa Belum Kunjung Kontraksi?

    Memasuki trimester akhir kehamilan, perasaan senang dan tidak sabar akan bercampur menyelimuti diri Anda. Pasalnya, tidak lama lagi, Anda bisa segera bertemu dengan si kecil yang sembilan bulan lamanya ada dalam perut Anda. Namun, bagaimana jika sudah memasuki usia hamil tua tapi belum kontraksi juga? Apakah ini normal? Temukan jawabannya di sini, ya!

    Normalkah sudah hamil tua tapi belum kontraksi?

    Setiap ibu hamil merasakan “sensasi” yang berbeda selama masa kehamilannya, tak terkecuali saat hamil tua hingga menjelang hari perkiraan lahir (HPL).

    Pada masa ini, sebagian besar ibu mungkin sudah mulai merasakan tanda-tanda persalinan, seperti kontraksi. Meski demikian, sebagian lainnya mungkin belum merasakan apapun.

    Nah, bila ibu salah satunya, ibu tidak perlu khawatir. Selama masih berada pada usia kehamilan aterm, yakni bekisar 37-41 minggu, belum merasakan kontraksi apa pun termasuk normal.

    Jadi, jangan cemas saat usia kehamilan telah memasuki masa 38 minggu, tapi belum terlihat adanya tanda-tanda kontraksi.

    Apalagi, NHS menyebut bahwa sebagian besar persalinan normal dimulai dua minggu setelah HPL atau saat memasuki usia 42 minggu.

    Selama kehamilan ibu sehat dan masih berada dalam rentang usia kehamilan normal, dokter biasanya menyarankan untuk menunggu sampai terlihat adanya tanda kontraksi alami.

    Akan tetapi, jika kontraksi atau tanda persalinan lain belum muncul saat sudah melebihi hamil tua atau usia 41 minggu, umumnya diperlukan tindakan induksi guna merangsang persalinan.

    Risiko pada bayi jika belum lahir melebihi waktunya

    10 Hari Jelang Melahirkan, Saya Positif COVID-19

    Rentang waktu antara 37-41 minggu merupakan waktu yang aman bagi sebagian besar ibu untuk melahirkan.

    Melahirkan pada usia kehamilan tersebut memberi kesempatan kepada bayi untuk bertumbuh dan berkembang dengan maksimal di dalam kandungan.

    Di sisi lain, ada risiko kesehatan yang bisa mengintai bayi Anda bila ia lahir lebih lama dari usia kehamilan yang normal.

    Beberapa penelitian menemukan fakta bahwa bayi yang terlambat lahir (melebihi 41 minggu) lebih berisiko pada masalah kesehatan di bawah ini.

    • Bayi berukuran lebih besar dari ukuran rata-rata saat lahir (makrosomia janin).
    • Cairan ketuban bayi sedikit (oligohidramnion) yang dapat memengaruhi detak jantung bayi dan menekan tali pusat saat kontraksi.
    • Kematian bayi pada saat lahir.
    • Bayi berisiko menghirup feses pertamanya dalam kandungan (aspirasi mekonium).

    Bukan cuma itu, ibu pun berisiko mengalami perdarahan setelah melahirkan, infeksi, hingga robekan vagina yang parah saat persalinan.

    Oleh karena itu, induksi umumnya diperlukan pada usia kehamilan ini guna mencegah masalah-masalah di atas.

    Meski begitu, induksi persalinan juga mungkin akan diberikan lebih dini dari 41 minggu bila ibu mengalami komplikasi kehamilan tertentu.

    Misalnya, preeklampsia, diabetes gestasional, atau masalah plasenta.

    Jadi, jika ibu sudah hamil tua dan belum mengalami kontraksi, sebaiknya tetap konsultasikan kepada dokter. Dokter akan menentukan tindakan yang tepat untuk Anda.

    Apa yang harus saya lakukan jika sudah hamil tua tapi belum kontraksi?

    Usia hamil tua tapi belum kontraksi mungkin akan membuat Anda cemas. Namun sebaiknya, hindari memikirkan hal ini berlebihan, apalagi hingga menyebabkan stres saat hamil tua.

    Selama kehamilan Anda sehat, sebaiknya Anda bersabar dan gunakan waktu ini untuk beristirahat dan bersantai.

    Anda juga lebih baik melakukan hal-hal ringan berikut ini agar pikiran tetap segar, sehingga tidak memengaruhi kondisi kesehatan Anda dan bayi.

    • Bersantai sambil melakukan hal yang menyenangkan bagi Anda, seperti menonton film atau mendengarkan musik. Tujuannya untuk mengalihkan perhatian dan pikiran Anda dari hal-hal yang dapat mengganggu kesehatan kehamilan.
    • Belanja berbagai hal untuk mempersiapkan kehadiran si buah hati agar Anda tak perlu repot lagi membeli kebutuhannya nanti.
    • Beristirahat dan memiliki waktu tidur yang cukup.
    • Tetap aktif, seperti berjalan kaki atau melakukan olahraga saat hamil, selama mendapat izin dari dokter.
    • Lakukan meditasi atau yoga saat hamil untuk merilekskan pikiran Anda.
    • Tetap terhubung dengan kerabat atau keluarga yang Anda percaya untuk meminta bantuan, melakukan kegiatan bersama, atau sekadar mendapat dukungan.

    Selain menghilangkan kekhawatiran, jangan lupa untuk selalu rutin kontrol ke dokter kandungan sesuai waktu yang telah ditetapkan.

    Konsultasikan pada dokter mengenai keluhan yang Anda alami selama hamil tua, termasuk bila kontraksi dan tanda-tanda persalinan lainnya belum muncul.

    Dokter umumnya akan mencari tahu kondisi kehamilan Anda dan apakah ada tanda-tanda komplikasi yang mengharuskan Anda untuk segera mendapat induksi.

    Jika kontraksi sudah terasa, bagaimana tahu ini tanda persalinan?

    makan saat persalinan

    Setelah sekian lama menunggu, akhirnya tanda-tanda kontraksi muncul.

    Namun jangan terburu-buru berpikir bahwa persalinan akan segera tiba, sebab bisa saja ini hanya kontraksi palsu atau yang biasa disebut kontraksi Braxton Hicks.

    Sebenarnya mudah bagi Anda untuk membedakan apakah kontraksi ini palsu atau tidak.

    Kontraksi palsu biasanya tidak terlalu terasa sakit atau bahkan tidak sakit sama sekali dan hal ini tidak berlangsung lama, tidak sering, bahkan tidak menimbulkan bercak darah.

    Sementara kontraksi yang menandakan persalinan akan berlangsung secara teratur dan semakin kuat seiring berjalannya waktu.

    Bila Anda merasakan kontraksi yang sesungguhnya, segera pergi ke fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan perawatan dan pertolongan medis.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Amanda Rumondang Sp.OG

    Kebidanan dan Kandungan · Brawijaya Hospital Duren Tiga


    Ditulis oleh Ihda Fadila · Tanggal diperbarui 09/05/2022

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan