Selama di dalam rahim, bayi dikelilingi cairan ketuban yang melindungi tubuhnya. Lalu, apa jadinya jika jumlah air ketuban di dalam kandungan sangat sedikit (oligohidramnion)? Apakah akan berpengaruh terhadap pergerakan bayi? Untuk lebih jelasnya, mari simak penjelasan lengkapnya berikut ini.
Apa itu air ketuban sedikit (oligohidramnion)?
Oligohidramnion adalah kondisi ketika air ketuban yang melindungi bayi di dalam kandungan terlalu sedikit. Padahal, fungsi air ketuban di dalam kandungan sangat penting guna menunjang kehidupan bayi.
Namun, penting untuk diperhatikan. Tidak semua ibu hamil yang memiliki air ketuban sedikit sudah pasti mengalami oligohidramnion. Pasalnya, terdapat ukuran tertentu di mana ibu hamil bisa dikatakan mengalami oligohidramnion.
Jika volume air ketuban kurang dari 500 mililiter (ml) pada usia kehamilan 32-36 minggu, barulah kondisi ini dinamakan oligohidramnion. Kondisi ini bisa terjadi di berbagai usia kehamilan.
Akan tetapi, jumlah air ketuban yang sedikit umumnya terjadi di trimester ketiga atau akhir kehamilan. Semakin dekat hari perkiraan lahir, biasanya volume air ketuban akan semakin berkurang.
Jika tidak kunjung melahirkan setelah tanggal kelahiran, risiko untuk mengalami oligohidramnion lebih sedikit. Ini karena air ketuban bisa menurun sampai setengah kali lipat setelah mencapai usia kehamilan 42 minggu sehingga menjadi sangat sedikit.
Apa fungsi air ketuban bagi bayi?
Air ketuban adalah salah satu pendukung penting bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi selama di dalam kandungan.
Awalnya, air ketuban diproduksi oleh cairan dari tubuh sekitar 12 hari setelah mengalami pembuahan atau pembentukan janin di dalam rahim. Air ketuban berada di dalam kantung ketuban yang sudah lebih dulu terbentuk sebelumnya.
Selanjutnya, kantung ketuban bertambah besar dan mempunyai volume cairan yang lebih banyak bersamaan dengan ukuran janin yang lebih besar.
Ketika usia kehamilan sudah memasuki trimester kedua atau sekitar minggu ke-20, air ketuban yang dihasilkan dari tubuh mulai digantikan oleh urine bayi.
Di sini, bayi di dalam kandungan belajar untuk bernapas, menelan, menyaring cairan, hingga mengeluarkan cairan bersama air ketuban tersebut.
Cairan ketuban yang tertelan oleh bayi kemudian dikeluarkan lagi dari tubuhnya, sehingga jumlah cairan ketuban bertambah mengikuti perkembangan bayi dalam kandungan.
Tubuh ibu juga menyediakan cairan tambahan untuk bayi. Melansir dari laman Mayo Clinic, adanya cairan ketuban membuat bayi dapat bergerak dengan bebas selama berada di dalam rahim.
Bukan itu saja, jumlah air ketuban ini juga bertugas untuk melindungi tubuh bayi dari infeksi dan tekanan dari luar sehingga harus pas dan tidak boleh terlalu sedikit.
Air ketuban sebagai pelindung bayi juga mengandung berbagai komponen penting, seperti zat gizi, hormon, dan antibodi untuk melawan serangan infeksi.
Fungsi lain dari air ketuban bayi
Masih ada beragam fungsi lain dari cairan ketuban bayi, meliputi:
- Sebagai bantalan pelindung bagi tubuh bayi.
- Menunjang pertumbuhan dan perkembangan organ pernapasan dan pencernaan bayi.
- Membantu perkembangan otot dan tulang bayi.
- Menjaga agar tali pusar bayi tidak tertekan karena dapat memengaruhi aliran darah dan makanan untuk bayi.
- Mempertahankan suhu yang stabil selama bayi berada di dalam kandungan.
- Membantu perkembangan berbagai organ pada tubuh bayi dengan normal.
Jika air ketuban terlalu sedikit, hal ini tentu dapat membahayakan kesehatan dan perkembangannya.
Apa penyebab oligohidramnion?
Salah satu penyebab yang paling berpotensi mengakibatkan air ketuban bayi sedikit (oligohidramnion) yakni adanya kebocoran karena pecah kantung ketuban. Padahal, kantung ketuban merupakan pelindung sekaligus pembungkus bayi dan air ketuban di dalam kandungan.
Adanya masalah dengan organ ginjal bayi di dalam kandungan juga bisa menyebabkan jumlah air ketuban sedikit (oligohidramnion). Ketika usia bayi di dalam kandungan sudah mencapai 20 minggu, otomatis air ketuban akan dibentuk dari urine bayi.
Dalam hal ini, ginjal bayi bertugas untuk menghasilkan urine dan menyaring cairan yang masuk ke dalam tubuh bayi. Jika fungsi ginjal tidak bekerja dengan baik, tentu tubuh bayi tidak dapat menghasilkan urine.
Seperti yang telah dijelaskan, urine bayi seharusnya sudah mulai berperan dalam membentuk air ketuban sendiri. Hal inlah yang kemudian berpengaruh terhadap jumlah air ketuban di dalam kandungan hingga berisiko membuatnya sangat sedikit (oligohidramnion).
Dikarenakan ginjal bayi mengalami masalah, maka urine yang diproduksi sebagai air ketuban bayi pun tidak mencukupi alias terlalu sedikit. Namun selain itu, jumlah air ketuban sedikit (oligohidramnion) juga bisa disebabkan oleh berbagai hal, seperti:
Usia kehamilan sudah terlalu lama
Kehamilan yang sudah lewat tanggal kelahirannya atau kehamilan berusia 42 minggu lebih cenderung mempunyai jumlah air ketuban yang sedikit (oligohidramnion). Hal ini terjadi karena fungsi plasenta yang sudah mulai berkurang.
Adanya masalah pada plasenta
Masalah pada plasenta dapat menyebabkan aliran darah dari ibu ke janin menjadi terganggu. Akibatnya, zat gizi dan oksigen yang diterima oleh bayi dari ibu tidak mencukupi.
Hal ini kemudian menyebabkan pergantian atau siklus cairan yang masuk dan kemudian dikeluarkan oleh tubuh bayi menjadi terganggu.
Adanya komplikasi kehamilan
Komplikasi kehamilan, seperti dehidrasi, hipertensi atau tekanan darah tinggi, preeklampsia, diabetes gestasional, dan hipoksia dapat memengaruhi jumlah cairan ketuban.
Jumlah cairan yang Anda minum setiap hari dapat memengaruhi jumlah cairan ketuban yang ada di rahim.
Maka, ibu hamil mungkin sering disarankan untuk memperbanyak minum air putih selama masa kehamilan. Salah satu tujuannya yakni untuk meningkatkan jumlah air ketuban dan mencegahnya agar tidak terlalu sedikit.
Konsumsi obat-obatan
Beberapa jenis obat-obatan dapat memengaruhi kadar air ketuban di dalam kandungan sehingga membuatnya menjadi lebih sedikit.
Obat untuk menurunkan tekanan darah tinggi dan angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitors termasuk yang bisa menurunkan volumenya.
Semua penyebab oligohidramnion di atas dapat membuat air ketuban berkurang. Pada akhirnya, jumlah air ketuban yang terlalu sedikit ini dapat menyebabkan pergerakan bayi di dalam rahim menjadi lebih lambat dan terbatas.
Apa gejala ketika jumlah air ketuban bayi sedikit (oligohidramnion)?
Jumlah air ketuban yang terlalu sedikit dapat memengaruhi ukuran kantung ketuban sehingga membuatnya berukuran lebih kecil daripada normalnya. Bukan tidak mungkin, hal ini dapat mengganggu dan membatasi tumbuh kembang janin.
Alhasil, kemudian muncul beragam gejala oligohidramnion pada bayi yang bisa menimbulkan kelainan pada wajah. Berikut gejala air ketuban sedikit pada bayi yang sudah lahir:
- Jarak antar kedua mata tampak agak jauh.
- Hidung tampak lebar.
- Posisi telinga rendah ketimbang yang seharusnya.
Bila kondisi tersebut dipicu oleh gagal ginjal, jumlah urine saat lahir biasanya sangat rendah bahkan tidak ada.
Oligohidramnion juga dapat mengganggu perkembangan paru-paru bayi. Kondisi ini berisiko membuatnya mengalami kesulitan bernapas saat dilahirkan nantinya.
Apa risiko yang mungkin terjadi ketika mengalami oligohidramnion?
Jumlah air ketuban yang sedikit memengaruhi pertumbuhan bayi di dalam kandungan. Sebagai contoh, bisa mengurangi dan memperlambat pergerakan bayi.
Jika kondisi oligohidramnion sudah terdeteksi sejak trimester pertama kehamilan, risiko yang mungkin terjadi meliputi:
- Masalah pada organ tubuh bayi sehingga berisiko menimbulkan cacat lahir.
- Meningkatkan peluang keguguran atau lahir mati.
Sementara bila mengalami oligohidramnion di trimester kedua kehamilan, komplikasi bisa mencakup:
- Intrauterine growth restriction (IUGR) atau janin tidak berkembang di dalam kandungan.
- Bayi lahir prematur.
- Muncul komplikasi persalinan, seperti prolaps tali pusar.
Anda perlu waspada pada kondisi kekurangan cairan ketuban ini.
Bagaimana cara mendiagnosis oligohidramnion?
Dokter dapat mendiagnosis kondisi oligohidramnion dengan pemeriksaan menggunakan ultrasonografi (USG). Sebelum usia kehamilan genap 24 minggu, dokter akan mengukur kemungkinan kadar air ketuban normal, berlebih, atau terlalu sedikit menggunakan USG.
Metode pemeriksaan jumlah air ketuban tersebut disebut dengan maximum vertical pocket. Normalnya, tinggi cairan ketuban seharusnya berada di rentang 2-8 sentimeter (cm).
Jika hasil pengukuran ternyata di bawah 2 cm, artinya termasuk ke dalam oligohidramnion. Namun kalau usia kehamilan sudah lebih dari 24 minggu, pengukuran air ketuban bisa menggunakan amniotic fluid index (AFI) atau indeks cairan ketuban.
Metode pengukurannya masih serupa dengan maximum vertical pocket. Hanya saja pada AFI, dokter akan memeriksa jumlah air ketuban dari 4 bagian rahim yang berbeda. Kemudian kesemua hasil tersebut akan dijumlahkan untuk mendapatkan hasil akhir AFI.
Mengutip dari American Pregnancy Association, indeks cairan ketuban normal berkisar antara 5-25 cm. Jika hasilnya di bawah 5, artinya air ketuban bayi di dalam kandungan sangat sedikit.
Bagi yang telah lahir, dokter mungkin melakukan rontgen atau x-ray pada organ paru-paru dan ginjal untuk mendiagnosis apakah jumlah oligohidramnion saat di dalam kandungan.
Bagaimana cara mengatasi oligohidramnion?
Sampai saat ini, belum ada pengobatan yang efektif dalam jangka panjang untuk menangani oligohidramnion.
Jika usia kehamilan sudah memasuki 36-37 minggu, mungkin yang bisa dilakukan yakni melahirkan bayi secepatnya. Namun terkadang, dokter mungkin akan melakukan amnioinfusi, yakni memasukkan cairan melalui leher rahim.
Dengan begitu, cairan tersebut dapat mengalir masuk ke dalam kantung ketuban. Cairan yang digunakan ini memang tidak mengandung hormon dan antibodi seperti yang dimiliki air ketuban.
Akan tetapi, cairan dari amnioinfusi ini dapat membantu melindungi bayi dan memberinya peluang untuk berkembang di dalam kandungan.
Pilihan lain untuk memperbanyak air ketuban dengan memberikan injeksi cairan sebelum melahirkan menggunakan amniosentesis.
Amniosentesis melibatkan penggunaan jarum tipis yang dimasukkan secara langsung ke dalam kantung ketuban melalui perut. Hal ini bertujuan untuk membantu mempertahankan pergerakan dan detak jantung bayi sebelum dan selama proses persalinan.
Oligohidramnion merupakan kondisi serius selama kehamilan. Tidak menutup kemungkinan, kondisi ini dapat mengakibatkan keguguran, bayi lahir mati, atau bahkan berakibat fatal setelah bayi dilahirkan.
Itu sebabnya, penting untuk rutin memeriksakan kehamilan dan mengonsultasikan dengan dokter bila ada masalah yang terjadi selama kehamilan.
[embed-health-tool-due-date]