Merencanakan program hamil untuk pasien vaginismus

Walau mungkin program hamil bagi pasien vaginismus tidak mudah, bukan berarti pasien tidak bisa memiliki keturunan. Sebuah penelitian di Tunisia mengungkap bahwa penderita vaginismus kemungkinan bisa hamil dengan cara splash pregnancy, inseminasi, dan bayi tabung.
Ketiga cara ini bisa dilakukan karena tidak melalui penetrasi vagina untuk menghasilkan pembuahan. Splash pregnancy, misalnya, dapat terjadi dengan cara mengeluarkan sperma atau ejakulasi di dekat vagina, sehingga tidak memerlukan adanya penetrasi.
Splash pregnancy atau pembuahan di luar vagina bisa terjadi karena, jika tak ada masalah, maka sperma bisa masuk dan bergerak menuju sel telur di ovarium. Menurut dr. Darrel, kemungkinan keberhasilan splash pregnancy ini mencapai 65% jika sperma dan sel telur masing-masing dalam keadaan sehat.
Program hamil lain yang memungkinkan pasien vaginismus untuk hamil adalah inseminasi dan bayi tabung. Inseminasi buatan melibatkan penyuntikkan sperma ke dalam rahim melalui vagina dan leher rahim dengan menggunakan kateter.
Sedangkan, bayi tabung melibatkan pertemuan antara sperma dan sel telur di luar tubuh. Bibit sperma yang paling bagus akan ditempatkan pada sel telur untuk melakukan pembuahan di dalam wadah khusus.
Wadah ini akan diinkubasi di laboratorium. Ketika pembuahan telah terjadi, embrio kemudian dipindahkan atau ditanamkan kembali di dalam rahim calon ibu.
Mengenai program hamil yang terbaik untuk pasien vaginismus, dr. Darrell mengatakan bahwa sebenarnya tidak ada metode yang 100% tepat. Metode yang dipilih akan disesuaikan dengan beberapa faktor seperti usia istri dan suami, derajat keparahan vaginismus, masalah kandungan, dan masalah sperma.
Namun pada umumnya, pasien dengan vaginismus derajat 1 dan 2 dapat mencoba program hamil normal dengan cara menjalani dilatasi mandiri terlebih dulu, baru kemudian pasien vaginismus mencoba rutin berhubungan seks, atau menjalani inseminasi. Sedangkan pasien vaginismus derajat 3, 4, dan 5 lebih disarankan untuk menjalani inseminasi dan bayi tabung.
Semua pilihan program hamil tersebut tentu harus dikonsultasikan terlebih dulu dengan dokter.
Mana yang lebih dulu, terapi vaginismus atau program hamil?
Belum ada penelitian yang menunjukkan mana yang lebih baik, antara menjalani terapi vaginismus terlebih dahulu atau langsung menjalani program hamil.
Namun, dr. Darrell lebih menyarankan agar pasien memilih terapi vaginismus dahulu. Hal ini bertujuan agar pasien berangsur-angsur sembuh dan bisa kembali melakukan hubungan intim.
“Kalau IC-nya (intercourse) bisa optimal, maka kemungkinan (pasien) bisa mencapai kehamilan secara spontan tanpa harus menjalani teknik reproduksi berbantu,” terang Dr. Darrell.
Hal lain yang tak kalah penting, pasien juga sebaiknya tidak menunda pemeriksaan dasar dan tatalaksana infertilitas. Sebab, seiring bertambahnya usia, tingkat kesuburan akan semakin menurun. Jadi, jangan ragu untuk segera berkonsultasi kepada dokter.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar