Program bayi tabung merupakan salah satu upaya yang dilakukan wanita agar cepat hamil. Meskipun terbukti efektif, program ini juga memiliki efek samping, salah satunya adalah sindrom hiperstimulasi ovarium.
Lantas, apakah kondisi ini justru bisa mempersulit upaya kehamilan? Simak informasi berikut untuk mengetahui jawabannya.
Apa itu sindrom hiperstimulasi ovarium?
Sindrom hiperstimulasi ovarium (ovarian hyperstimulation syndrome/OHSS) adalah respons tubuh saat menerima hormon berlebih.
Kondisi ini bisa terjadi pada wanita yang sedang menjalani perawatan kesuburan untuk merangsang ovarium agar memproduksi lebih banyak sel telur.
Itu sebabnya OHSS lebih banyak ditemukan pada wanita susah hamil yang menjalani perawatan dengan bayi tabung atau IVF.
Risiko akan meningkat jika Anda juga memiliki sindrom ovarium polikistik (PCOS). Pasalnya, PCOS sendiri sudah menyebabkan gangguan keseimbangan hormon pada pengidapnya.
Mengutip dari laman Cleveland Clinic, peningkatan hormon pada OHSS akan membuat ovarium membengkak dan terasa nyeri.
Sebagian besar kasus sindrom hiperstimulasi ovarium ringan hanya mengakibatkan ketidaknyamanan sementara. Akan tetapi, pada kondisi yang parah, kondisi ini bisa mengancam jiwa.
Seberapa umumkah kondisi ini?
Dulu, sindrom hiperstimulasi ovarium (OHSS) adalah kondisi yang umum terjadi pada sekitar 10% wanita yang menjalani program bayi tabung.
Namun, kini kasusnya sudah berkurang menjadi 5% dengan persentase kasus yang parah kurang dari 1 persen.
Tanda dan gejala OHSS
Gejala atau tanda sindrom hiperstimulasi ovarium (OHSS) sering kali terlihat selama 1–2 minggu setelah Anda mendapatkan suntikan untuk merangsang ovulasi.
Tingkatan gejalanya bisa ringan hingga parah, tergantung kondisi tubuh Anda. Di bawah ini adalah tanda sindrom hiperstimulasi ovarium tingkat ringan hingga sedang.
- Sakit perut ringan.
- Perut kembung dan terjadi peningkatan ukuran pinggang.
- Mual dan muntah.
- Diare.
- Ovarium terasa nyeri.
Kondisi ini seharusnya menghilang setelah kurang lebih satu minggu. Namun, OHSS juga bisa berkembang menjadi lebih parah dengan kondisi seperti berikut.
- Kenaikan berat badan hingga 1 kg dalam sehari.
- Nyeri hebat pada perut.
- Perut terasa kencang dan membesar.
- Sesak napas.
- Penurunan intensitas buang air kecil.
- Terbentuk gumpalan darah di paru-paru atau kaki.
Penyebab sindrom hiperstimulasi ovarium
Sampai saat ini, belum diketahui apa penyebab pasti dari sindrom hiperstimulasi ovarium. Namun, pada kebanyakan kasus, OHSS disebabkan oleh tingginya kadar hormon hCG karena terapi kesuburan.
Peningkatan kadar hormon tersebut akan membuat pembuluh darah di sekitar ovarium membengkak sampai mengeluarkan cairan ke area perut.
Meski jarang ditemukan, mutasi genetik pada reseptor hormon juga bisa menyebabkan OHSS tanpa terapi kesuburan.
Faktor risiko sindrom hiperstimulasi ovarium
Ovarian hyperstimulation syndrome memang bisa terjadi pada setiap wanita yang sedang menjalani terapi kesuburan. Namun, beberapa kondisi berikut dapat meningkatkan risikonya.
- Sindrom ovarium polikistik (PCOS).
- Folikel ovarium berukuran besar.
- Tingkat estrogen selama stimulasi IVF tinggi.
- Dosis hCG selama siklus IVF tinggi.
- Menjalani transfer embrio “segar” bukan “beku”.
- Hamil di bawah usia 35 tahun.
- Berat badan rendah.
- Riwayat OHSS sebelumnya.
Apakah sindrom hiperstimulasi ovarium memengaruhi kehamilan?
Pada kebanyakan kasus, OHSS tidak akan mengganggu upaya kehamilan. Namun, program bayi tabung mungkin perlu ditunda jika kondisi tubuh Anda tidak cukup sehat untuk mendukung kehamilan.
Jika tidak, OHSS dikhawatirkan dapat meningkatkan risiko kelahiran prematur atau berat badan lahir rendah (BBLR).
Komplikasi OHSS
Meski sebagian besar kasus OHSS hanya meninggalkan ketidaknyamanan sementara, kondisi ini tetap bisa berkembang dan menimbulkan berbagai komplikasi seperti berikut.
- Trombosis (penggumpalan darah) pada kaki atau paru-paru.
- Gangguan elektrolit pada tubuh.
- Gagal ginjal.
- Gangguan pernapasan.
- Kematian (jarang terjadi).
Komplikasi OHSS juga bisa menyebabkan pecahnya kista ovarium. Dalam kondisi ini, Anda perlu menerima pembedahan untuk menghentikan perdarahan.
Diagnosis OHSS
Melansir dari laman Cleveland Clinic, berikut adalah beberapa pemeriksaan atau tes yang kerap digunakan untuk diagnosis OHSS.
- Pemeriksaan gejala dan perubahan fisik, terutama ukuran pinggang.
- USG untuk melihat ukuran ovarium dan mendeteksi cairan di dalam perut.
- Rontgen dada untuk melihat cairan di dada.
- Tes darah untuk mengukur kadar hormon sekaligus memeriksa fungsi ginjal.
Selama menjalani pemeriksaan, pastikan untuk menyebutkan semua gejala yang Anda rasakan kepada dokter.
Pengobatan sindrom hiperstimulasi ovarium
Setiap pasien OHSS bisa menerima perawatan yang berbeda sesuai dengan tingkat keparahannya. Perawatan dilakukan untuk mengelola gejala dan menghindari komplikasi.
Berikut ini adalah penanganan untuk kasus OHSS ringan hingga sedang.
- Hindari aktivitas fisik yang berat.
- Tingkatkan asupan cairan.
- Minum parasetamol untuk meredakan nyeri.
- Pantau kenaikan berat badan setiap hari.
Sementara itu, untuk OHSS parah, dokter biasanya menyarankan rawat inap. Berikut adalah perawatan yang akan diberikan.
- Penyesuaian dosis obat kesuburan.
- Infus cairan intravena (IV).
- Pembekuan embrio dan menunda proses transfer hingga ovarium kembali normal.
- Menerima parasentesis atau prosedur untuk mengeluarkan cairan dari dalam perut.
- Minum obat untuk meringankan gejala yang menyertai.
Pada kondisi yang lebih serius, pasien mungkin perlu menerima perawatan intensif untuk mencegah komplikasi hati dan paru-paru.
Sejauh ini, tidak ada cara yang bisa dilakukan secara khusus untuk mencegah sindrom hiperstimulasi ovarium.
Namun, dengan melakukan pemeriksaan ovarium secara teratur selama menjalani terapi kesuburan, Anda bisa mengurangi risiko terjadinya OHSS.
[embed-health-tool-pregnancy-weight-gain]