backup og meta
Kategori
Tanya Dokter
Simpan
Cek Kondisi

Hati-hati, Ini Risiko Memelihara Hewan Selama Hamil

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Ihda Fadila · Tanggal diperbarui 13/10/2021

    Hati-hati, Ini Risiko Memelihara Hewan Selama Hamil

    Memiliki hewan peliharaan yang lucu, dapat menghidupkan suasana rumah. Namun, ada risiko memelihara hewan saat hamil justru yang perlu diwaspadai. Risiko ini bukan hanya untuk kesehatan ibu, namun juga pada bayi dalam kandungan. Lantas, apa saja dampak yang akan timbul memelihara hewan selama hamil? Hewan apa saja yang membawa dampak tersebut?

    Risiko penyakit jika memelihara hewan selama hamil

    Setiap hewan peliharaan membawa bakteri yang berbeda yang dapat ditularkan dan menimbulkan penyakit pada manusia. Beberapa penyakit dapat dengan mudah disembuhkan, tetapi beberapa lainnya berbahaya bagi kelompok orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, termasuk ibu hamil.

    Berikut beberapa penyakit yang bisa timbul pada ibu hamil yang memiliki hewan peliharaan:

    • Sindrom TORCH

    TORCH merupakan akronim dari empat nama bakteri/virus, yaitu Toksoplasmosis, Rubella, Cytomegalovirus (CMV), dan Herpes Simplex. Adapun sindrom TORCH merupakan infeksi pada janin yang sedang berkembang atau bayi baru lahir yang disebabkan oleh salah satu dari empat bakteri tersebut.

    Keempat jenis bakteri ini bisa ditularkan dari hewan kepada manusia. Oleh karena itu, sindrom TORCH dapat terjadi bila ibu hamil memiliki hewan peliharaan dan terinfeksi salah satu dari bakteri tersebut. Bakteri ini dapat melewati plasenta sehingga akan menggangu perkembangan janin.

    Bila sudah menular ke janin, hal ini dapat menyebabkan keguguran, lahir mati (stillbirth), keterlambatan pertumbuhan dan pematangan janin, atau persalinan dini. Ketika lahir pun, bayi bisa mengalami beragam gejala, seperti lesu, demam, sulit makan, pembesaran hati dan limpa, dan anemia.

    Gejala lain yang mungkin muncuo, yaitu bintik kemerahan serta perubahan warna pada kulit, mata, atau gejala lainnya. Setiap bakteri pun mungkin memunculkan gejala tambahan lainnya.

    • Toksoplasmosis

    Toksoplasmosis merupakan bagian dari sindrom TORCH. Penyakit ini merupakan infeksi terhadap bakteri toksoplasma gondii yang terdapat di dalam kotoran kucing dan dapat ditularkan melalui kontak langsung atau tak sengaja terhirup oleh manusia.

    Kasus toksoplasmosis pada ibu hamil memang jarang terjadi. Dari 1.000 ibu hamil, kemungkinan penularannya hanya terjadi pada satu orang. Penyakit ini pun tidak berbahaya bagi ibu hamil bila ia telah memelihara kucing sejak lama. Biasanya, ibu hamil yang telah lama memelihara kucing sudah pernah terkena toksoplasmosis dan sistem kekebalan tubuhnya sudah kuat melawan bakteri tersebut.

    Namun, berbeda halnya dengan ibu hamil yang baru memiliki hewan peliharaan kucing. Pada kondisi ini, penyakit tersebut bisa membahayakan janinnya, seperti halnya bahaya yang dijelaskan pada sindrom TORCH di atas.

    • Rabies

    Rabies bisa ditularkan melalui air liur binatang yang terkena virus rabies. Biasanya, bintang yang membawa virus ini adalah anjing, rakun, atau kelelawar. Bila terkena rabies, gejala yang akan dirasakan seperti demam, menggigil, dan otot melemah. Kemudian, akan mulai mempengaruhi otak yang menyebabkan kebingungan, kegelisahan, dan sulit tidur.

    Bila memiliki hewan peliharaan anjing, ibu hamil bisa tertular rabies. Apalagi, bila anjingnya tidak sehat dan belum pernah mendapatkan vaksin rabies.

    Sejauh ini memang belum ada bukti bahwa rabies dapat membahayakan janin. Namun, bila ibu hamil terkena penyakit tertentu tentu tidak baik bagi ibu dan janinnya. Apalagi, rabies pun bisa menyebabkan kematian jika tidak ditangani dengan baik.

    • Salmonellosis

    Salmonellosis merupakan infeksi akibat bakteri salmonella. Pada hewan peliharaan, bakteri salmonella dapat ditemukan di kura-kura.

    Wanita yang selama hamil memelihara hewan peliharaan kura-kura berisiko terkena Salmonellosis. Gejala yang timbul dari infeksi bakteri ini, yaitu demam, diare, muntah, dan sakit perut.

    Bila diare dan muntah terjadi pada ibu hamil, hal ini dapat mengakibatkan dehidrasi. Parahnya, bakteri salmonella juga dapat menyebabkan infeksi darah atau meningitis. Ibu hamil juga bisa menularkan bakteri tersebut pada janinnya.

    • Lymphocytic choriomeningitis (LCM)

    Lymphocytic chorio-meningitis (LCM) merupakan penyakit akibar virus dengan nama yang sama. Virus LCM biasanya ditularkan melalui tikus atau hewan pengerat lainnya, seperti hamster, tupai, landak, berang-berang, dan kelinci. Bahkan , selain LCM, tikus pun dapat menimbulkan penyakit lainnya.

    Gejala yang ditimbulkan dari LCM sama halnya seperti flu dan sebagian besar orang yang terkena penyakit ini cepat membaik. Namun, bila parah LCM dapat menyebakan masalah pada sistem saraf, seperti meningitis atau kelumpuhan.

    Ibu hamil yang memiliki hewan peliharaan yang termasuk dalam hewan pengerat rentan terkena LCM. Virus yang menyebabkannya pun dapat menular ke janin hingga bisa menyebakan keguguran, lahir mati, atau kelainan bawaan.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

    General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


    Ditulis oleh Ihda Fadila · Tanggal diperbarui 13/10/2021

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan