Salah satu persiapan yang harus dilakukan sebelum hamil adalah vaksinasi. Pemberian vaksin sebelum hamil merupakan upaya untuk mencegah infeksi berbahaya selama masa kehamilan. Tak hanya melindungi ibu hamil, hal ini juga penting untuk menjaga kesehatan janin.
Jenis vaksin yang diperlukan sebelum hamil
Vaksinasi sebelum kehamilan dianjurkan untuk melindungi Anda dan calon bayi Anda kelak dari berbagai penyakit yang berpotensi membahayakan kandungan.
Beberapa penyakit menular bisa saja menyerang selama kehamilan sehingga Anda disarankan meningkatkan kekebalan tubuh melalui vaksinasi.
Berikut ini adalah beberapa jenis vaksin yang umummnya dapat diberikan sebelum Anda hamil.
1. Vaksin MMR
![vaksin TORCH](https://cdn.hellosehat.com/wp-content/uploads/2019/01/Mengenal-Vaksin-TORCH-Sebelum-Menikah-dan-Hamil.jpg)
Vaksin MMR yang termasuk ke dalam program vaksin TORCH diberikan untuk melindungi ibu hamil dari penyakit campak (measles), gondongan (mumps), dan campak jerman (rubella).
Jika Anda sudah pernah menerima vaksinasi ini pada masa kanak-kanak, Anda sudah tidak perlu lagi menerimanya ketika sudah dewasa.
Penyakit campak, gondongan, dan campak jerman pada ibu hamil bisa membahayakan janin yang sedang berkembang dan bahkan meningkatkan risiko keguguran.
Pada kasus rubella, misalnya, lebih dari 85% kasus rubella pada trimester pertama mengakibatkan bayi lahir dengan masalah pendengaran atau gangguan mental.
2. Vaksin cacar air
Cacar air yang disebabkan oleh infeksi virus varicella-zoster bisa menimbulkan komplikasi yang berbahaya pada ibu hamil dan janin.
Sekitar 2% bayi yang dilahirkan dari ibu yang terkena cacar air saat usia kehamilan lima bulan terlahir dengan keadaan cacat dan lumpuh.
Ibu yang terinfeksi cacar air dekat waktu kelahiran juga berisiko menularkan infeksi ke bayinya.
Jika Anda belum pernah terkena cacar air atau divaksinasi sebelumnya, ada baiknya dapatkan dua dosis vaksin varicella dengan jarak empat minggu sebelum hamil.
3. Vaksin hepatitis B
Infeksi hepatitis B pada ibu hamil dapat ditularkan ke bayi saat lahir. Bayi bisa terpapar virus ini melalui darah dan cairan vagina ibu selama persalinan.
Dikutip dari situs Centers for Disease Control and Prevention (CDC), sekitar 90% bayi yang terinfeksi virus hepatitis B atau HBV sejak lahir berisiko mengalami infeksi kronis.
Selain itu, sebanyak 20% di antaranya juga dapat mengalami kematian dini akibat sirosis dan kanker hati.
Vaksin hepatitis B sangat disarankan bagi ibu yang berisiko tinggi terpapar oleh virus ini. Vaksin ini diberikan dalam tiga dosis yang memerlukan tiga bulan untuk penyelesaiannya.
4. Vaksin pneumokokus
Vaksin pneumokokus atau pneumococcal conjugate vaccine (PCV) bertujuan untuk melindungi tubuh dari penyakit akibat infeksi bakteri Streptococcus pneumoniae.
Infeksi bakteri pneumokokus dapat menyebabkan pneumonia, meningitis, dan bakteremia yang membahayakan ibu hamil dan janin.
Apabila Anda memiliki riwayat diabetes atau penyakit ginjal sebelum hamil, kemungkinan dokter akan merekomendasikan vaksin ini sebelum hamil.
5. Vaksin Tdap
![vaksin kanker serviks dewasa](https://cdn.hellosehat.com/wp-content/uploads/2022/04/6aebb0d2-vaksin-kanker-serviks-dewasa.jpg)
Vaksin Tdap dibutuhkan untuk melindungi ibu hamil dan janin dari penyakit tetanus, difteri, dan pertusis (batuk rejan).
Pertusis sangat berbahaya bagi bayi yang baru lahir hingga berusia enam bulan karena sistem kekebalannya belum cukup kuat untuk melawan infeksi ini.
Vaksin ini sebaiknya diberikan setidaknya satu bulan sebelum Anda hamil. Jika terlewat, vaksin Tdap juga dapat diberikan untuk ibu hamil setelah usia kehamilan 20 minggu.
6. Vaksin HPV
Vaksin HPV bisa mencegah penyakit kutil kelamin hingga kanker serviks yang disebabkan oleh infeksi virus HPV (human papillomavirus).
Pemberian vaksin HPV juga bertujuan untuk mencegah infeksi HPV pada bayi baru lahir. Hal ini karena ibu yang terinfeksi HPV bisa menularkan virus ini ke bayi saat persalinan.
Bayi baru lahir yang terinfeksi HPV berisiko terkena papilomatosis laring, yakni tumor jinak pada laring. Meski demikian, kondisi ini relatif langka.
Wanita yang belum mendapatkan vaksin HPV disarankan untuk menyelesaikan rangkaian vaksinasi sebelum menikah dan merencanakan kehamilan.
7. Vaksin influenza
Studi pada jurnal The Lancet Infectious Diseases (2021) menemukan bahwa selama musim flu, ibu hamil memiliki risiko sebesar 0,7–0,9% per bulan untuk terinfeksi virus influenza.
Influenza atau flu saat hamil diketahui akan meningkatkan risiko keguguran, kelahiran prematur, dan berat badan lahir rendah (BBLR) pada bayi.
Oleh karena itu, wanita yang sedang merencanakan kehamilan disarankan untuk mendapatkan vaksin influenza sebelum musim flu tiba.
Kapan vaksinasi sebelum hamil sebaiknya dilakukan?
Vaksinasi harus dilakukan paling tidak satu bulan sebelum hamil, bergantung pada jenis vaksin yang Anda dapatkan.
Anda mungkin membutuhkan waktu beberapa bulan untuk menyelesaikan rangkaian vaksinasi tertentu, misalnya vaksin hepatitis B atau
vaksin HPV.
Ada pula vaksin MMR dan vaksin varicella yang perlu diberikan dengan jeda minimal satu bulan sebelum hamil karena dokter harus memastikan keamanannya terhadap janin terlebih dahulu.
Vaksin ini terbuat dari virus hidup yang dilemahkan sehingga akan mengganggu perkembangan janin bila jarak pemberiannya terlalu dekat dengan kehamilan.
Oleh karena itu, pastikan Anda berkonsultasi dengan dokter sebelum mendapatkan vaksin apa pun untuk memastikan keamanannya bagi Anda dan janin.
Kesimpulan
- Pemberian vaksin sebelum hamil penting untuk mencegah infeksi berbahaya yang bisa membahayakan ibu dan janin selama kehamilan.
- Beberapa jenis vaksin yang perlu Anda dapatkan sebelum hamil yakni vaksin MMR, cacar air, hepatitis B, Tdap, HPV, pneumokokus, dan influenza.
- Vaksinasi harus dilakukan paling tidak satu bulan sebelum hamil. Konsultasikan dengan dokter untuk mengetahui waktu pemberian vaksin yang tepat.
[embed-health-tool-pregnancy-weight-gain]