backup og meta
Kategori

2

Tanya Dokter
Simpan
Cek Kondisi

Panduan Aman Mendapat Transfusi Darah Saat Hamil

Ditinjau secara medis oleh dr. Andreas Wilson Setiawan · General Practitioner · None


Ditulis oleh Rizki Pratiwi · Tanggal diperbarui 29/06/2021

    Panduan Aman Mendapat Transfusi Darah Saat Hamil

    Saat hamil, Anda berharap dalam kondisi yang sehat selalu. Anda selalu menjaga makanan dan memperhatikan langkah Anda. Namun, terkadang ada hal-hal di luar dugaan terjadi, seperti anemia berat atau kondisi lainnya yang membutuhkan transfusi darah saat hamil sebagai solusi.

    BACA JUGA: Donor Darah: 8 Hal Yang Wajib Anda Tahu

    Transfusi darah adalah kegiatan memberikan darah dari seseorang kepada orang lain, dikenal juga sebagai donor darah. Biasanya prosedur ini dilakukan untuk menyelamatkan nyawa seseorang yang kehilangan darah banyak. Selain itu, donor darah dapat dijadikan alternatif untuk mengobati anemia parah. Anemia adalah hal yang wajar terjadi selama kehamilan. Gejala dari anemia dapat berupa kesulitan bernapas, lelah, pingsan, sakit kepala, dan jantung berdetak cepat. Dalam kasus yang parah, hemoglobin bisa mengalami penurunan melebihi batas normal. Ketika hal itu terjadi Anda akan merasa sangat tidak enak badan, pening, sulit bernapas, dan nyeri dada.

    BACA JUGA: Pengaruh Defisiensi Zat Besi dan Anemia pada Kehamilan

    Berbagai penyebab dibutuhkan transfusi darah saat hamil

    Transfusi darah bisa terjadi di awal kehamilan, ketika hamil, hingga proses melahirkan. Ada beberapa kondisi yang mengharuskan ibu hamil mendapatkan transfusi darah, yaitu:

    Situasi yang tidak darurat

    Anda terkena anemia akut, bahkan sebelum bayi dilahirkan. Kondisi ini tentu berisiko, bahkan ada kemungkinan ketika Anda terluka kecil selama melahirkan, Anda mungkin akan terkena anemia parah

    Anda akan mengalami perdarahan selama melahirkan, tetapi pendarahan itu lama kelamaan akan berhenti. Jika Anda merasa lemah dan tidak sanggup dalam merawat bayi Anda, mungkin Anda akan ditawarkan untuk mendapatkan transfusi darah. Gejala yang muncul dapat dikenali dengan cepat setelah Anda melahirkan, seperti pening atau sesak napas ketika Anda bangun.

    Pada situasi darurat

    Transfusi darah darurat saat hamil dibutuhkan saat Anda mengalami pendarahan hebat. Jika Anda tidak mendapatkan donor darah, Anda bisa mengalami sakit yang serius, bahkan dampak parahnya dapat menyebabkan kematian. Perdarahan hebat dapat terjadi saat:

    • Keguguran saat awal hamil atau kondisi kehamilan ektopik – janin tumbuh di luar rahim
    • Setelah 24 pekan kehamilan, perdarahan ini biasanya disebut antepartum
    • Selama proses melahirkan atau sesaat setelah melahirkan, dikenal juga sebagai pendarahan postpartum

    BACA JUGA: Serba-serbi Donor Darah: Prosedur, Persyaratan, dan Hal yang Harus Diperhatikan

    Pertanyaan seputar transfusi darah saat ibu hamil

    Saat dokter Anda memutuskan untuk memberi transfusi darah pada Anda, Anda mungkin akan memiliki beberapa pertanyaan seputar donor darah tersebut. Anda mungkin khawatir kalau darah yang Anda dapatkan akan mempengaruhi perkembangan janin Anda saat dilakukan pada masa kehamilan. Berikut ini beberapa pertanyaan yang bisa Anda ajukan pada dokter mengenai prosedur transfusi darah:

    1. Seberapa aman darah yang saya dapatkan?

    Anda sebaiknya tidak perlu terlalu khawatir. Setiap darah yang didonorkan akan dikumpulkan oleh PMI, keamanannya pun dijamin oleh pemerintah. Setiap rumah sakit sudah memiliki kebijakan tertentu untuk mengatur pasokan donor darah yang mereka miliki adalah aman.

    2. Bagaimana darah yang saya dapatkan bisa cocok?

    Anda tentu sudah mengetahui berbagai tipe golongan darah. Bahkan dari kecil mungkin Anda telah mengetahui masuk ke dalam kelompok golongan darah apa. Dokter mungkin akan melakukan pengecekan kembali, agar lebih valid. Selain itu, Anda juga akan dites apakah memiliki rhesus positif atau negatif.

    3. Apakah saya memang harus mendapatkan transfusi darah?

    Sebelum Anda memutuskan untuk melakukan transfusi darah, pastikan Anda telah mendapatkan semua informasi yang dibutuhkan. Jika Anda masih ragu, coba tanyakan kembali pada dokter kandungan Anda.

    4. Apakah saya bisa menolak untuk transfusi darah?

    Pilihan memang selalu berada di tangan Anda. Selama kehamilan, Anda mungkin akan mendapat pertanyaan apakah Anda keberatan untuk melakukan transfusi darah. Jika memang itu karena alasan pribadi dan keyakinan Anda, sebaiknya utarakan pada dokter kandungan Anda. Dokter pun bisa mengatur rencana antisipasi selama Anda hamil, proses melahirkan, dan kelahiran itu sendiri.

    Bagaimana proses transfusi darah saat hamil?

    Prosesnya sendiri hampir seperti donor darah biasa, bedanya Anda melakukannya saat hamil. Darah yang diterima tersebut menjadi solusi untuk menopang Anda dan janin. Berikut ini gambarannya:

    Selama transfusi darah

    Cannula atau tabung kecil dimasukkan ke dalam pembuluh darah di tangan. Lalu, darah donor pun berpindah dan mengalir pada pembuluh darah yang menerima donor. Satu pasokan darah biasanya memakan waktu tiga jam untuk didonorkan. Namun, untuk hal yang darurat, transfusi pun dapat berjalan dengan cepat. Anda juga akan tetap dipantau selama  melakukan transfusi darah.

    Meskipun aman dilakukan, tidak ada yang menjamin bahwa Anda tidak akan mendapatkan efek sampingnya. Anda mungkin akan merasakan efek samping samping yang berat, meskipun hampir bisa dibilang jarang. Gejala tersebut dapat berupa kesulitan bernapas, sakit kepala yang berat, dan penurunan level tekanan darah. Jika Anda sampai mengalami gejala seperti itu, transfusi mungkin akan dihentikan, situasi akan dikaji ulang.

    Setelah transfusi darah

    Setelah transfusi selesai, hemoglobin Anda akan dicek kembali. hal tersebut dilakukan untuk mengetahui apakah darah yang Anda terima sudah cukup atau belum. Anda juga akan diminta untuk tinggal beberapa saat  atau hari setelah transfusi, tergantung pada situasi yang Anda lalui. Dokter kandungan Anda pun akan menjelaskan hasilnya.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Andreas Wilson Setiawan

    General Practitioner · None


    Ditulis oleh Rizki Pratiwi · Tanggal diperbarui 29/06/2021

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan