backup og meta
Kategori
Tanya Dokter
Simpan
Cek Kondisi
Konten

Melompat Saat Hamil, Bahayakah untuk Ibu dan Janin?

Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita · General Practitioner · None


Ditulis oleh Riska Herliafifah · Tanggal diperbarui 01/06/2024

Melompat Saat Hamil, Bahayakah untuk Ibu dan Janin?

Pada dasarnya, olahraga saat hamil amat bermanfaat. Hal ini membantu menjaga kesehatan ibu dan membuat tubuh terasa lebih nyaman. Namun, bolehkah ibu hamil melompat saat berolahraga? Apakah hal ini justru berbahaya? Berikut ini penjelasan selengkapnya.

Apakah ibu hamil boleh melompat?

Saat trimester pertama kehamilan, ibu sebenarnya masih bisa melakukan olahraga yang biasa dilakukan sebelum hamil, termasuk gerakan melompat.

Selama masa awal kehamilan biasanya kantong ketuban dapat melindungi janin dari benturan, getaran, atau lompatan ringan.

Untuk menjaga kesehatan, olahraga saat hamil perlu dilakukan selama 20 hingga 30 menit per hari.

Akan tetapi, aktivitas ini tetap harus disesuaikan dengan kondisi ibu. Saat masa awal kehamilan, sebagian besar ibu hamil mengalami morning sickness dan kelelahan.

Kalau sudah begitu, Anda perlu beristirahat sampai kondisi tubuh bugar dan siap untuk olahraga.

Saat menginjak trimester kedua dan setelahnya, sebaiknya ibu hmil mengganti olahraga high impact (seperti lari dan lompat) dengan olahraga ringan, seperti berenang.

Kondisi perut yang membesar, kenaikan berat badan, dan kuatnya tekanan saat ibu hamil melompat justru membahayakan calon buah hati dalam kandungan.

Risiko melompat saat hamil

manfaat squat saat hamil

Meski lompat saat hamil masih bisa ibu lakukan, gerakan ini tetap membawa risiko. Pasalnya, melompat bisa memberi tekanan berlebih pada tubuh melalui entakan.

Beberapa risiko atau bahaya melompat saat hamil yang harus diwaspadai adalah sebagai berikut.

1. Keguguran

Pusat gravitasi tubuh ibu hamil bergeser ke depan ketika ukuran perutnya membesar. Kondisi ini mengganggu keseimbangan tubuh dan meningkatkan risiko terjatuh saat hamil.

Jatuh selama kehamilan tentu bisa berdampak serius bagi ibu dan janin. Salah satunya yakni keguguran yang umumnya ditandai dengan perdarahan dari vagina.

2. Kelahiran prematur

Latihan melompat, seperti jumping jack, berisiko memicu kontraksi pada ibu hamil sebelum waktunya.

Meskipun tidak setiap kontraksi menyebabkan kelahiran prematur, risiko ini harus diperhatikan terutama pada tahap akhir kehamilan saat leher rahim atau serviks mulai melemah.

3. Gangguan sirkulasi darah

Lompatan yang terlalu kuat bisa memberikan tekanan berlebihan pada tali pusat, yakni bagian yang berfungsi memasok oksigen dan makanan ke tubuh janin.

Saat tali pusat mengalami stres dan tekanan berlebihan, hal ini berpotensi mengganggu aliran darah ke janin. Kondisi ini bisa membuat proses tumbuh-kembang janin terhambat.

4. Cedera ligamen dan sendi

Hormon relaksin yang diproduksi selama masa kehamilan akan melonggarkan ligamen dan sendi untuk mempersiapkan tubuh jelang waktu persalinan.

Kondisi ini membuat ibu hamil lebih rentan mengalami cedera, seperti keseleo, terutama akibat melakukan aktivitas high impact selama trimester kedua atau ketiga kehamilan.

5. Tekanan pada rahim

Gerakan melompat berisiko memberikan tekanan berlebih pada rahim, termasuk pada plasenta.

Tidak hanya menyebabkan rasa sakit dan tidak nyaman, aktivitas ini dapat memicu komplikasi kehamilan, seperti solusio plasenta (terlepasnya plasenta dari dinding rahim).

Hal-hal yang harus ibu hamil perhatikan saat olahraga

Lompatan ringan tidak akan melukai janin, misalnya saat Anda menari santai. Namun, hindarilah lompatan tinggi yang membuat kaki Anda mengangkang dan mengentak keras.

Apabila ibu merasa ragu untuk melompat saat hamil, coba lakukan olahraga dengan gerakan lain, seperti jalan santai, yoga prenatal, atau pilates.

Untuk ibu yang ingin tetap aktif berolahraga, berikut ini beberapa hal yang harus diperhatikan.

  • Kenakan pakaian yang longgar dan nyaman, termasuk bra olahraga (sport bra).
  • Pakai sepatu olahraga yang pas dan dirancang khusus sesuai dengan jenis aktivitas yang dilakukan.
  • Lakukan olahraga pada permukaan yang datar dan rata untuk mencegah cedera.
  • Selesaikan makan minimal satu jam sebelum berolahraga.
  • Cukupi kebutuhan cairan sebelum, selama, maupun setelah berolahraga.
  • Bangun secara perlahan dari posisi duduk atau berbaring untuk mencegah pusing.

Menurut American College Obstetrician and Gynecologists, olahraga membantu meningkatkan suasana hati, mengurangi sakit punggung, dan menjaga berat badan sehat saat hamil.

Pada intinya, Anda perlu berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter sebelum melakukan olahraga apa pun. Dokter bisa menilai apakah Anda bisa melakukan gerakan melompat saat hamil atau tidak. 

Kalau tidak bisa, dokter akan memberikan pilihan olahraga yang aman selama kehamilan. Jika Anda merasakan kontraksi setelah lompat, segera hubungi dokter.

Kesimpulan

  • Melompat saat hamil sebenarnya masih bisa dilakukan pada trimester pertama.
  • Namun, aktivitas high impact ini harus dihindari seiring bertambahnya usia kehamilan dan diganti dengan olahraga ringan, seperti renang, jalan santai, atau yoga.
  • Beberapa risiko melompat saat hamil yaitu keguguran, kelahiran prematur, masalah sirkulasi darah, hingga cedera ligamen dan sendi.
  • Selalu konsultasi dengan dokter untuk mengetahui olahraga yang aman sesuai dengan kondisi kehamilan Anda.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.



Ditinjau secara medis oleh

dr. Damar Upahita

General Practitioner · None


Ditulis oleh Riska Herliafifah · Tanggal diperbarui 01/06/2024

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan