Kekebalan tubuh yang menurun selama masa kehamilan membuat ibu rentan terserang penyakit. Salah satu penyakit yang perlu diwaspadai oleh ibu hamil ialah rubella. Lantas, apa saja dampak rubella pada ibu hamil? Simak pembahasannya berikut ini.
Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)
Kekebalan tubuh yang menurun selama masa kehamilan membuat ibu rentan terserang penyakit. Salah satu penyakit yang perlu diwaspadai oleh ibu hamil ialah rubella. Lantas, apa saja dampak rubella pada ibu hamil? Simak pembahasannya berikut ini.
Rubella adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus rubella. Penyakit ini juga dikenal sebagai campak jerman atau campak tiga hari.
Seseorang yang terinfeksi rubella dapat menularkan virus lewat cipratan cairan (droplet) yang keluar saat ia batuk maupun bersin.
Virus ini sangat menular, tetapi dampak yang disebabkan oleh infeksi rubella cenderung ringan.
Infeksi rubella umumnya hanya menyebabkan demam ringan, ruam kulit, serta pembengkakan kelenjar getah bening pada anak-anak dan orang dewasa.
Namun, infeksi rubella pada ibu hamil perlu diwaspadai. Ibu hamil yang terinfeksi rubella pada trimester pertama memiliki risiko tinggi untuk menularkan virus ini pada janin.
Ketika janin yang berada dalam kandungan terinfeksi virus rubella, ia berisiko mengalami suatu kondisi yang disebut congenital rubella syndrome (CRS).
Beberapa penelitian memperkirakan bahwa congenital rubella syndrome ini memengaruhi lebih dari 100.000 kehamilan setiap tahun di seluruh dunia.
Dikutip dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC), ibu hamil yang terinfeksi rubella berisiko mengalami keguguran atau lahir mati (stillbirth).
Bayi yang terlahir dengan CRS pun bisa mengalami kelainan yang parah. Sejumlah kelainan yang disebabkan CRS termasuk autisme, diabetes melitus, dan gangguan fungsi tiroid.
Berbagai kondisi tersebut membutuhkan terapi, operasi, dan perawatan seumur hidup.
Kondisi lain yang juga dapat diakibatkan oleh congenital rubella syndrome meliputi:
Sementara itu, komplikasi yang kurang umum dari congenital rubella syndrome meliputi:
Secara umum, gejala rubella atau campak jerman pada orang dewasa tergolong lebih ringan. Bahkan, sebanyak 25–50% orang yang terinfeksi rubella tidak mengalami gejala apa pun.
Virus yang menular melalui droplet dan masuk ke dalam tubuh akan berkembang selama dua hingga tiga minggu sebelum menimbulkan gejala.
Salah satu ciri khas dari infeksi rubella ialah ruam kulit yang dimulai dari wajah dan menyebar ke seluruh tubuh. Gejala ini juga bisa diikuti demam ringan dan sakit tenggorokan.
Beberapa orang dewasa kemungkinan juga mengalami gejala yang cukup parah, meliputi:
Ibu hamil disarankan untuk berhati-hati bila mengalami keluhan tertentu, apalagi yang mirip dengan gejala infeksi rubella. Oleh sebab itu, lebih baik segera konsultasikan dengan dokter kandungan Anda.
Hingga saat ini, tidak ada obat khusus yang digunakan untuk mengobati infeksi rubella. Pengobatan hanya dilakukan untuk meringankan gejala yang Anda alami.
Pengobatan infeksi virus rubella pada ibu hamil memerlukan perhatian khusus karena penyakit ini bisa membahayakan perkembangan janin.
Jika ibu hamil terkena infeksi rubella, dokter akan menyarankannya untuk banyak beristirahat, rajin minum air, serta minum obat untuk meredakan nyeri dan demam.
Dokter mungkin akan memberikan terapi IVIg bila infeksi rubella terjadi pada awal kehamilan.
Terapi ini melibatkan pemberian imunoglobulin (antibodi) yang akan membantu melawan infeksi sehingga risiko komplikasi yang lebih parah dapat dikurangi.
Perawatan yang dokter berikan pada ibu hamil tidak serta-merta dapat menurunkan risiko penularan rubella kepada janin dan kecacatan lahir.
Dikutip dari buku Congenital Rubella, risiko cacat lahir akibat rubella berbeda pada tiap tahapan kehamilan.
Tahapan kehamilan | Risiko cacat lahir |
Usia kehamilan kurang dari 12 minggu | 85% |
Usia kehamilan 13–16 minggu | 50% |
Usia kehamilan lebih dari 16 minggu | 25% |
Bayi yang terlahir dengan CRS juga perlu mendapatkan perawatan khusus dan dianggap menularkan virus sampai setidaknya berusia satu tahun.
Infeksi rubella pada ibu hamil bisa dicegah dengan pemberian vaksin MMR. Vaksin ini efektif untuk mencegah campak (measles), gondongan (mumps), dan campak jerman (rubella).
Jenis vaksin ini sebenarnya sudah termasuk dalam imunisasi wajib yang diberikan kepada anak usia sembilan bulan dan diulang sekali lagi saat berusia 18 bulan.
Orang dewasa yang baru memperoleh dosis pertama ataupun belum sama sekali mendapatkan vaksin MMR dianjurkan untuk menerima satu atau dua dosis vaksin dengan jeda waktu 28 hari.
Ibu hamil tidak boleh diimunisasi dengan vaksin MMR. Pasalnya, vaksin MMR mengandung virus hidup yang dikhawatirkan menimbulkan congenital rubella syndrome (CRS).
Ada baiknya vaksin MMR diperoleh sebulan sebelum hamil atau setelah melahirkan.
Selain dari vaksinasi MMR, infeksi virus rubella pada ibu hamil juga dapat Anda cegah dengan melakukan langkah-langkah berikut ini.
Anda juga perlu memastikan orang terdekat, seperti pasangan, orang tua, atau orang lain yang tinggal serumah, sudah menerima vaksin MMR secara lengkap.
Jika ragu dengan status vaksinasi, sebaiknya lakukan tes darah untuk memeriksa apakah tubuh Anda sudah kebal terhadap virus rubella.
Penting untuk rajin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir setelah melakukan aktivitas apa pun. Selain itu, hindari menyentuh wajah bila tangan Anda belum dicuci bersih.
Gunakan masker saat beraktivitas ke luar ruangan. Hal ini karena virus rubella dapat menyebar melalui kontak langsung dengan droplet di udara dari orang yang terinfeksi.
Pencegahan rubella pada ibu hamil juga bisa dilakukan dengan menghindari perjalanan jauh, terlebih bila keperluannya tidak mendesak.
Pasalnya, Anda mungkin tidak mengetahui bila daerah yang dikunjungi tersebut sedang atau pernah mengalami wabah rubella.
Infeksi virus rubella pada ibu hamil bisa berdampak serius bagi perkembangan janin. Maka dari itu, penting bagi Anda untuk melakukan langkah pencegahan seperti di atas.
Jika Anda mengalami gejala-gejala yang dicurigai sebagai infeksi rubella, ada baiknya segera konsultasi dengan dokter kandungan untuk diagnosis lebih lanjut.
Disclaimer
Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Ditinjau secara medis oleh
dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.
General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar