backup og meta

6 Reaksi Janin Saat Ibu Hamil Menangis dan Efek Negatifnya

6 Reaksi Janin Saat Ibu Hamil Menangis dan Efek Negatifnya

Perubahan hormon dan tekanan psikologis selama kehamilan menjadi alasan mengapa beberapa wanita lebih mudah menangis. Uniknya, janin ternyata dapat memberikan reaksi saat sang ibu menangis.

Seperti apa reaksi tersebut dan adakah efek negatif yang muncul akibat ibu hamil sering menangis? Simak jawabannya dalam uraian berikut ini.

Apa reaksi janin saat ibu menangis?

Tidak hanya makanan, obat-obatan, dan aktivitas fisik yang dapat memengaruhi janin. Emosi ibu hamil pun rupanya ikut berpengaruh pada kondisi mereka.

Hal ini terjadi karena tubuh Anda akan menghasilkan hormon saat Anda senang, sedih, atau menangis. Efek hormon tersebut juga ikut dirasakan oleh janin.

Janin mungkin tidak akan memberikan reaksi jika sang ibu menangis secara wajar. Malah, menangis adalah salah satu cara yang baik untuk menyalurkan emosi.

Janin biasanya baru menunjukkan reaksi apabila emosi negatif tersebut muncul berkali-kali dan berkepanjangan. 

Pasalnya, ketika ibu hamil menangis karena sedih atau stres, tubuhnya akan menghasilkan hormon stres yang disebut kortisol.

Dalam jangka panjang, level kortisol yang tinggi selama kehamilan bisa berdampak negatif terhadap perkembangan otak janin.

Apa efek buruk pada janin jika ibu hamil menangis?

tanda bahaya kehamilan

Menangis adalah bentuk luapan emosi. Aktivitas ini dapat dipicu oleh berbagai macam hal, misalnya terharu, sedih, dan bahkan stres.

Menangis karena rasa bahagia tidak akan membahayakan janin. Namun, sering menangis karena sedih, stres, atau depresi dapat menimbulkan efek negatif sebagai berikut pada janin.

1. Kekurangan asupan gizi

Ibu hamil menangis terus-menerus lebih rentan mengalami stres berat, kecemasan, hingga depresi.

Berbagai kondisi tersebut dapat berpengaruh pada kesehatan ibu hamil, seperti menyebabkan sulit tidur dan penurunan nafsu makan.

Jika hal itu terjadi, tubuh Anda dapat kekurangan energi dan zat gizi. Padahal, makanan bergizi yang dikonsumsi ibu hamil adalah sumber asupan gizi untuk janin yang sedang berkembang.

2. Kekurangan energi

Salah satu efek yang terjadi akibat ibu hamil sering menangis adalah kekurangan energi. Ini lantaran menangis berkepanjangan bisa membuat Anda kelelahan.

Kelelahan pada ibu hamil dapat meningkatkan risiko berbagai komplikasi. Bahkan, diduga ada kaitan antara kelelahan dan keguguran meski hal ini masih perlu dikaji lebih lanjut.

3. Meningkatkan risiko dehidrasi

Menangis terus-menerus memang tidak menyebabkan dehidrasi secara langsung.

Namun, ini biasanya membuat Anda melupakan hal-hal sederhana tetapi penting dilakukan, salah satunya adalah minum.

Dehidrasi saat hamil tidak sekadar menyebabkan haus, tapi juga dapat mengurangi suplai darah ke janin dan meningkatkan risiko sejumlah komplikasi.

4. Meningkatkan risiko keguguran dan kelahiran prematur

Mengutip studi pada jurnal Frontiers in Endocrinology (2017), keguguran atau persalinan dini dapat terjadi akibat meningkatnya produksi corticotropin-releasing hormone (CRH) saat stres atau cemas.

Hormon tersebut seharusnya dihasilkan oleh tubuh jika janin siap dilahirkan. Itu artinya, peningkatan CRH ketika stres bisa memaksa janin keluar lebih cepat atau meningkatkan risiko kelahiran prematur.

5. Anak berisiko mengalami depresi di kemudian hari

Reaksi negatif akibat ibu hamil yang menangis berlebihan ternyata tidak hanya dialami janin, tetapi juga saat mereka sudah dilahirkan dan bahkan beranjak dewasa.

Paparan hormon kortisol yang terlalu tinggi selama janin berada di dalam kandungan diketahui dapat meningkatkan risiko anak yang lahir untuk mengalami depresi saat dewasa.

6. Mengganggu proses perkembangan otak

Menurut laman Heart, hormon stres kortisol sebenarnya memiliki peran penting dalam perkembangan janin.

Namun, apabila ibu hamil terus menangis karena stres, tingginya kadar hormon kortisol justru bisa mengganggu perkembangan otak bayi yang belum lahir.

7. Peningkatan risiko ADHD akibat ibu hamil sering menangis

Di antara berbagai efek negatif akibat ibu hamil sering menangis, salah satunya adalah meningkatnya risiko attention deficit hyperactivity (ADHD) pada anak yang lahir.

Menurut studi dalam Journal Canadian Academy Child and Adolescent (2015), anak yang terlahir dari ibu yang stres saat hamil tidak bisa memenuhi penilaian child behavior checklists (pengukuran perilaku sosial dan emosional anak). 

Child behavior checklist adalah salah satu cara mendiagnosis apakah seorang anak mengembangkan kemampuan emosionalnya. Anak-anak yang tidak memenuhi CHC dinilai berisiko mengalami ADHD.

Cara mencegah efek buruk menangis saat hamil

setelah menangis

Menangis saat hamil merupakan hal yang wajar. Ini bahkan menjadi salah satu cara untuk menyalurkan rasa sedih atau stres saat hamil akibat perubahan fisik, hormonal, dan kebiasaan sehari-hari.

Namun, terlalu sering menangis justru tidak dianjurkan. Supaya masa kehamilan Anda terasa lebih mudah, cobalah melakukan beberapa cara berikut.

1. Kurangi kebiasaan berpikir negatif

Demi menjaga kesehatan janin, ibu hamil justru sering kali overthinking. Setiap hari, Anda mungkin mungkin berpikir, “Bagaimana kalau begini?”, “Bagaimana kalau begitu?”, dan lain-lain.

Meskipun sulit, ibu hamil perlu mengurangi berbagai pikiran negatif tersebut agar bisa fokus pada perkembangan janin sesuai anjuran dokter. Jika Anda punya kekhawatiran tertentu, bicarakanlah pada dokter kandungan Anda.

2. Pertimbangkan untuk olahraga

Menangis memang salah satu cara melampiaskan emosi, tetapi bukan satu-satunya. Artinya, ibu hamil bisa mendapatkan efek serupa menangis dengan cara lain, salah satunya saat olahraga.

Selain memperbaiki suasana hati, olahraga saat hamil dapat membantu menjaga keseimbangan hormonal.

Anda dapat mencoba beragam olahraga yang menyenangkan bagi ibu hamil, seperti senam, berenang, atau yoga bersama sesama ibu hamil.

3. Bercengkrama dengan orang terkasih

Rasa sedih akan semakin menjadi-jadi jika Anda mengurung diri. Ketika kesedihan menumpuk, ibu hamil bisa menangis lebih lama.

Untuk mengatasinya, cobalah memberanikan diri untuk keluar dan bertemu dengan orang-orang terkasih.

Bercengkerama dengan orang terkasih, seperti suami, ibu, atau saudara, dapat membantu Anda melewati masa-masa sulit dan menyedihkan.

4. Lakukan aktivitas yang menyenangkan

Kehamilan memang memberikan kebahagiaan tersendiri. Meski begitu, jangan lupa untuk meluangkan waktu melakukan hal-hal yang Anda sukai, seperti  mendengarkan musik, membaca buku, atau menonton film.

Selama tidak membahayakan janin, melakukan hobi saat hamil bukanlah hal yang egois. Pasalnya, kebahagiaan ibu hamil juga berkontribusi bagi kebahagiaan janin.

5. Konsultasi ke ahli

Kesedihan seharusnya hanya bersifat sementara. Itu artinya, jika kesedihan Anda selama kehamilan tidak juga hilang atau bahkan berkurang, cobalah mengunjungi psikolog untuk mendapatkan bantuan.

Seorang psikolog akan membantu Anda mencari tahu penyebab kesedihan dan stres saat hamil serta menyarankan solusi yang tepat berdasarkan kebutuhan Anda.

Kesimpulan

Janin mungkin tidak akan memberikan reaksi jika ibu hanya menangis sesekali dan penyebabnya bukanlah stres. Namun, jika tangisan ibu hamil disebabkan oles stres, hal ini dapat meningkatkan risiko kekurangan nutrisi, dehidrasi, gangguan perkembangan otak janin, hingga ADHD pada anak yang lahir.

[embed-health-tool-pregnancy-weight-gain]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Prenatal stress can program a child’s brain for later health issues. (2021, May 6). www.heart.org. Retrieved 17 September 2024, from https://www.heart.org/en/news/2021/05/06/prenatal-stress-can-program-a-childs-brain-for-later-health-issues

Mitchell, B. L., Thorp, J. G., Wu, Y., Campos, A. I., Nyholt, D. R., Gordon, S. D., Whiteman, D. C., Olsen, C. M., Hickie, I. B., Martin, N. G., Medland, S. E., Wray, N. R., & Byrne, E. M. (2021). Polygenic risk scores derived from varying definitions of depression and risk of depression. JAMA Psychiatry78(10), 1152. Retrieved 17 September 2024, from https://doi.org/10.1001/jamapsychiatry.2021.1988

Alcántara-Alonso, V., Panetta, P., De Gortari, P., & Grammatopoulos, D. K. (2017). Corticotropin-releasing hormone as the homeostatic rheostat of feto-maternal symbiosis and developmental programming in utero and neonatal life. Frontiers in Endocrinology8. Retrieved 17 September 2024, from https://doi.org/10.3389/fendo.2017.00161

Feeling the pregnant blues | Do mom and baby share emotions. (2021, May 11). Regional Medical Center. Retrieved 17 September 2024, from https://rmccares.org/2020/08/06/when-i-feel-sad-while-pregnant-does-my-baby-feel-sad

Pregnant moms and depression: Study links rising symptoms to kids’ behavioral issues. (2022, May 31). UCLA. Retrieved 17 September 2024, from https://newsroom.ucla.edu/releases/pregnant-mothers-depression-linked-to-childrens-behavioral-risk

Taking care of your mental health during pregnancy. (n.d.). Nemours KidsHealth – the Web’s most visited site about children’s health. Retrieved 17 September 2024, from https://kidshealth.org/en/parents/pregnant-mental-health.html

Grizenko, N., Fortier, M. E., Simard, M. G., Jolicoeur, C., Joober, R. (2015). The effect of maternal stress during pregnancy on IQ and ADHD symptomatology. Journal Canadian Academy Child and Adolescent Psychiatry. Retrieved 17 September 2024, from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4558979/

Taking care of your mental health during pregnancy. (n.d.). Nemours KidsHealth – the Web’s most visited site about children’s health. Retrieved 17 September 2024, from https://kidshealth.org/en/parents/pregnant-mental-health.html

Versi Terbaru

26/09/2024

Ditulis oleh Hillary Sekar Pawestri

Ditinjau secara medis oleh dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

Diperbarui oleh: Edria


Artikel Terkait

10 Peran dan Tugas Seorang Suami Saat Istri Hamil

6 Cara Menurunkan Hormon Kortisol yang Tinggi


Ditinjau secara medis oleh

dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


Ditulis oleh Hillary Sekar Pawestri · Tanggal diperbarui 26/09/2024

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan