Sebenarnya, turun peranakan saat hamil terbilang jarang terjadi.
Berdasarkan penelitian terbitan Case Reports in Obstetrics and Gynecology, rahim turun saat hamil hanya terjadi 1 dari 10.000 – 15.000 kehamilan.
Meski begitu, kondisi ini bisa menimbulkan berbagai gangguan yang membahayakan bagi kesehatan janin maupun ibu.
Turun peranakan saat hamil bisa menimbulkan berbagai gangguan pada ibu, seperti:
Rahim turun saat masa kehamilan akan membuat rahim beserta isinya (yaitu janin) jatuh ke bagian mulut vagina.
Hal ini yang kemudian menyebabkan kelahiran prematur bahkan keguguran.
Untuk mengantisipasinya, pastikan untuk memeriksakan kandungan secara berkala. Hal ini bertujuan agar ibu bisa memantau perkembangan serta kesehatan janin.
Bila Anda merencanakan kehamilan kembali setelah melahirkan sebelumnya, sebaiknya konsultasikan dulu dengan dokter kandungan.
Tanyakan risiko dan peluang kehamilan tersebut. Pasalnya, bukan tidak mungkin ibu akan bisa hamil dan memiliki anak di kemudian hari dengan kondisi seperti ini.
Akan tetapi, kembali lagi dengan kondisi masing-masing ibu.
Komplikasi dari rahim turun saat hamil
Kasus turun peranakan saat hamil memang sangat jarang, tetapi ibu harus tetap waspada.
Pada sedikit kasus, prolaps uteri sering berkaitan dengan organ panggul lain dan memicu komplikasi.
Berikut komplikasi yang bisa terjadi saat rahim turun ketika ibu sedang hamil.
Prolaps anterior
Ini adalah kondisi ketika melemahnya jaringan ikat yang memisahkan kandung kemih dan vagina.
Prolaps anterior bisa menyebabkan kandung kemih menonjol ke dalam vagina. Pada istilah medis, kondisi ini memiliki nama lain yaitu prolaps kandung kemih.
Prolaps vagina posterior
Kondisi ini terjadi ketika melemahnya jaringan ikat yang memisahkan rektum dan vagina.
Prolaps vagina posterior bisa menyebabkan rektum menonjol pada vagina dan mengalami kesulitan buang air besar.
Pada kasus yang parah, rahim turun saat hamil bisa mendorong vagina keluar dari tubuh.
Bahkan, jaringan vagina bisa bergesekan dengan pakaian sehingga memicu luka.
Cara mengatasi turun peranakan saat hamil
Pada kasus yang tidak parah, dokter akan menyarankan perawatan untuk mengatasi rahim turun saat hamil.
Penelitian terbitan Case Reports in Obstetrics and Gynecology menunjukkan bahwa dokter melakukan pembersihkan area genital dan istirahat dengan posisi Trendelenburg moderat.

Sumber: Nurseslabs
Pada posisi Trendelenburg (seperti di atas), ibu akan berbaring dengan posisi miring, kepala lebih rendah dari kaki.
Ini adalah pengobatan utama untuk mencegah dan melindungi serviks dari trauma. Posisi ini juga bisa mengurangi risiko persalinan prematur.
Pada kasus satu dalam penelitian tersebut, istirahat dengan posisi Trendelenburg cukup efektif untuk mengatasi turun peranakan saat hamil.
Perawatan tersebut hanya bisa ibu lakukan di rumah sakit karena memerlukan perlengkapan khusus.
Pada kasus rahim lemah yang berat, dokter biasanya mengambil tindakan medis untuk mengatasi hal ini dengan melakukan operasi.
Operasi bertujuan untuk menempatkan kembali rahim ke posisi yang sebenarnya. Selain itu, memperbaiki otot serta ligamen sekitar rahim agar bisa terikat kembali.
Untuk mengetahui mana pengobatan yang sesuai dengan kondisi, sebaiknya konsultasikan kembali dengan dokter kandungan.
Pada beberapa kasus, rahim turun saat hamil biasanya akan membaik sendiri beberapa bulan setelah melahirkan atau setelah berhenti menyusui.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar