Kehamilan memang membuat wanita lebih waswas terhadap berbagai hal, termasuk saat perutnya tertekan. Lantas, apakah perut yang sering tertekan saat hamil memiliki efek buruk bagi janin?
Efek perut ibu hamil sering tertekan
Aktivitas sehari-hari, seperti memilih posisi tidur, menggendong anak, hingga bersih-bersih rumah, memang membuat perut ibu hamil sering tertekan.
Laman UT Southwestern Medical Center menyebutkan bahwa selama tidak terlalu keras, tekanan pada perut saat hamil tidak akan menimbulkan bahaya bagi janin.
Pasalnya, selain dilindungi oleh rahim yang tersusun atas otot yang cukup kuat, janin juga terlindungi oleh cairan ketuban.
Salah satu fungsi utama cairan ketuban bagi janin adalah melindunginya dari guncangan, benturan, atau tekanan dari luar.
Namun, Anda harus waspada jika tekanan di perut terlalu keras hingga menimbulkan cedera. Selain karena beberapa aktivitas, risiko cedera perut memang meningkat pada trimester dua dan tiga kehamilan.
Perubahan tubuh ibu hamil yang belum terlalu signifikan pada trimester pertama membuat rahim masih mendapatkan perlindungan penuh dari tulang panggul.
Sementara itu, seiring dengan membesarnya ukuran janin, perlindungan dari tulang panggul akan berkurang. Alhasil, risiko cedera rahim ikut meningkat.
Aktivitas yang berisiko membuat perut ibu hamil tertekan
Seperti yang disebutkan di atas, sebagian besar tekanan pada perut ibu hamil yang terjadi akibat aktivitas sehari-hari memang tidak berbahaya.
Namun, bukan berarti Anda bisa mengabaikan setiap tekanan pada perut. Pasalnya, tekanan yang terjadi karena beberapa hal berikut dinilai berisiko menimbulkan bahaya bagi janin.
1. Angkat beban berat
Ibu hamil harus mulai mengurangi kebiasaan mengangkat beban berat saat usia kandungannya memasuki 21 minggu.
Jika durasinya cukup singkat, ibu hamil diperbolehkan mengangkat beban hingga 14 kg saat usia kehamilan di bawah 21 minggu dan menguranginya menjadi 10 kg saat usia kehamilan di atas 21 minggu.
Sementara itu, jika durasi angkat beban mencapai lebih dari satu jam, ibu hamil harus menurunkan batas maksimal menjadi 8 kg pada usia kehamilan kurang dari 21 minggu dan 6 kg saat usia kehamilan di atas 21 minggu.
Tekanan yang berulang saat mengangkat beban bisa meningkatkan cedera otot pada ibu hamil, kelahiran prematur, hingga keguguran.