Kelainan plasenta berisiko menimbulkan komplikasi bagi janin di dalam kandungan. Oleh sebab itu, Anda perlu mewaspadai masalah ini dengan memahami jenis kelainan plasenta, baik dari letak maupun bentuknya, melalui pembahasan berikut ini.
Berbagai kelainan plasenta yang berisiko bagi kehamilan
Plasenta akan menempel pada dinding rahim bagian atas, samping, depan, maupun belakang. Organ yang juga disebut ari-ari ini terhubung ke tubuh janin melalui tali pusar.
Adapun, fungsi plasenta adalah untuk memberikan pasokan oksigen dan gizi bagi janin. Organ ini juga bertugas membuang sisa kotoran dari tubuh janin.
Kelainan plasenta sering kali baru terdeteksi melalui pemeriksaan USG pada trimester 2, yakni pada kisaran usia kehamilan 18–20 minggu.
Meski begitu, ada pula gangguan plasenta pada ibu hamil yang baru terlihat di trimester ketiga.
Berikut ini adalah penjelasan mengenai beberapa jenis kelainan plasenta yang mungkin terjadi.
1. Plasenta previa
Ibu hamil dikatakan mengalami plasenta previa saat ari-ari menutupi sebagian maupun seluruh jalan lahir, yakni leher rahim atau serviks.
Kelainan yang disebut juga plasenta letak rendah ini tak hanya menutupi, tetapi juga menempel di bagian bawah rahim.
Umumnya, plasenta previa muncul pada awal masa kehamilan dan dapat hilang ataupun makin parah seiring berkembangnya rahim.
Kelainan plasenta ini tidak boleh disepelekan karena berisiko menyebabkan perdarahan vagina yang parah selama kehamilan maupun persalinan.
Jika kelainan ini tidak kunjung membaik bahkan masih terus ada hingga trimester ketiga, dokter umumnya menyarankan Anda untuk menjalani operasi caesar.
2. Solusio plasenta
Solusio plasenta atau abrupsio plasenta terjadi saat plasenta lepas dari dinding rahim sebelum persalinan.
Gangguan plasenta pada ibu hamil ini berisiko menyebabkan janin tidak mendapatkan pasokan gizi dan oksigen yang seharusnya, karena jalurnya sudah terputus.
Pendarahan vagina, kontraksi rahim, sakit perut, serta kelainan detak jantung janin merupakan tanda dan gejala dari solusio plasenta.
Kondisi ini perlu diwaspadai di trimester ketiga kehamilan. Namun, solusio plasenta bisa terjadi kapan saja, khususnya setelah usia kehamilan 20 minggu.
Ketika ibu hamil mengalami kelainan ini, kemungkinan besar dapat terjadi persalinan prematur.
Seberapa umum kondisi ini terjadi?
3. Plasenta akreta
Kebalikan dari solusio plasenta, plasenta akreta adalah kelainan ketika plasenta melekat terlalu erat ke dinding rahim.
Kelainan plasenta ini terjadi karena pembuluh darah dan bagian lain dari plasenta berkembang atau tumbuh terlalu dalam pada rahim.
Dokter spesialis kebidanan dan kandungan (Obgyn) bisa mendiagnosis kondisi ini melalui USG.
Seperti jenis gangguan plasenta lainnya, plasenta akreta juga berisiko membahayakan ibu dan janinnya.
Kelainan ini dapat menyebabkan persalinan prematur, perdarahan hebat, dan bahkan berakibat fatal bila tidak segera ditangani.
4. Retensio plasenta
Ketika proses persalinan, idealnya plasenta akan keluar dari rahim tidak lama setelah bayi lahir.
Namun pada kondisi tertentu, ari-ari mungkin saja tertahan di dalam rahim sehingga tidak dapat keluar. Kondisi ini disebut dengan retensi atau retensio plasenta.
Retensio plasenta dapat disebabkan beberapa hal, entah itu karena masih menempel di dinding rahim atau terjebak di belakang rahim yang sudah tertutup sebagian.
Kelainan plasenta ini harus segera ditangani supaya tidak menimbulkan infeksi dan perdarahan yang berisiko fatal.
5. Pengapuran plasenta
Pengapuran plasenta adalah penuaan plasenta yang disebabkan adanya penumpukan kalsium.
Kondisi ini akan terdeteksi selama pemeriksaan USG kehamilan, yang ditandai dengan adanya bintik-bintik putih pada plasenta.
Pengapuran plasenta berisiko terjadi pada usia kehamilan berapa pun, terutama 28–34 minggu.
Kelainan plasenta ini mungkin terjadi sebelum usia kehamilan 32 minggu yang disebut sebagai pengapuran plasenta prematur.
Hal ini berisiko menimbulkan komplikasi, seperti solusio plasenta, kelahiran prematur, bayi lahir dengan skor Apgar rendah, dan bayi lahir mati (stillbirth).
6. Insufisiensi plasenta
Kelainan bentuk plasenta yang mungkin terjadi selama kehamilan adalah insufisiensi plasenta.
Gangguan yang juga disebut disfungsi plasenta ditandai dengan perkembangan plasenta yang tidak sempurna atau cenderung rusak.
Alhasil, janin di dalam kandungan tidak mendapatkan asupan gizi dan oksigen secara optimal.
Insufisiensi plasenta dapat membuat janin tidak berkembang dengan baik, janin stres, bahkan menyebabkan kesulitan selama proses persalinan.