backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

1

Tanya Dokter
Simpan

Memahami Pengobatan Nuklir untuk Membantu Terapi Kanker

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Winona Katyusha · Tanggal diperbarui 23/11/2021

    Memahami Pengobatan Nuklir untuk Membantu Terapi Kanker

    Angka kejadian kanker masih terus meningkat dari tahun ke tahun. Menurut data dari Globocan tahun 2020, jumlah kasus kanker di Indonesia mencapai 396.914 kasus. Meski belum ada obat yang benar-benar bisa menyembuhkan kanker, terdapat berbagai prosedur pengobatan kanker yang dapat membantu kondisi pasien atau memperlambat perkembangannya. Salah satu pengobatan yang dapat menjadi pilihan untuk terapi kanker adalah pengobatan nuklir.

    Apa itu pengobatan nuklir?

    Pengobatan nuklir adalah pendekatan untuk mengobati kanker dengan menggunakan bahan radioaktif. Pengobatan ini dapat dilakukan secara berdampingan atau setelah menjalani pengobatan lainnya seperti kemoterapi dan pembedahan.

    Terapi kanker dengan pengobatan nuklir dilakukan dengan menyuntikkan molekul radioaktif ke dalam pembuluh darah. Kemudian, obat ini akan beredar di dalam tubuh, menempel pada sel tumor, memberi radiasi, dan membuat sel tersebut mati.

    Ada beberapa jenis pengobatan nuklir untuk terapi kanker seperti di bawah ini.

    1. Radioimunoterapi (RIT)

    Radioimunoterapi (RIT) menggabungkan terapi radiasi dan imunoterapi, sejenis perawatan yang menggunakan sistem kekebalan tubuh untuk melawan kanker. Dokter akan memberikan zat radioaktif dengan antibodi monoklonal melalui infus untuk membunuh sel kanker.

    2. Terapi iodium radioaktif (RAI)

    RAI dilakukan untuk menghancurkan jaringan tiroid yang tidak dapat diangkat dengan operasi. Terapi ini juga membantu membunuh sel kanker tiroid yang telah menyebar ke kelenjar getah bening atau bagian tubuh lainnya.

    3. Brachytherapy

    Brachytherapy melibatkan pemberian bahan radioaktif dosis tinggi dalam bentuk benih, pita, atau kapsul yang akan ditempatkan di dalam atau di dekat tumor untuk kemudian membunuh selnya.

    4. Radioembolization Y90

    Gabungan dari embolisasi dan terapi radiasi, biasanya dilakukan untuk mengobati kanker hati. Nantinya, bahan radioaktif ytrium Y-90 dimasukkan ke dalam partikel kecil dari kaca atau resin, lalu partikel tersebut diletakkan di dalam pembuluh darah yang memberi makan tumor.

    Partikel ini akan menghalangi suplai darah ke sel kanker dan memberikan radiasi dosis tinggi untuk menyerang tumor.

    Selain untuk terapi kanker, pengobatan nuklir juga dapat dilakukan untuk mendiagnosis penyakit dan melihat seberapa baik pengobatan bekerja.

    Seperti apa manfaat terapi nuklir dalam membantu pengobatan kanker?

    Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa terapi ini dapat memberikan potensi dalam pengobatan kanker. Terutama untuk sel kanker yang telah bermigrasi dari tumor ke kelenjar getah bening dan organ sekunder seperti sumsum tulang belakang.

    Pasien yang telah menjalani terapi ini jarang mengalami perkembangan kanker dalam berbulan-bulan atau bertahun-tahun kemudian. Namun, pengobatan nuklir saja tidak cukup untuk proses penyembuhan. Jadi, pengobatan harus dikombinasikan dengan terapi lainnya.

    Meski demikian, pengobatan ini dapat mengendalikan gejala serta mengecilkan dan menstabilkan tumor pada banyak pasien. Bahkan, terkadang efek ini bisa bertahan selama bertahun-tahun.

    Pengobatan nuklir juga dapat menjadi pilihan terbaik bagi pasien yang tubuhnya tidak lagi merespons pengobatan lain.

    Seiring waktu, obat radioaktif dapat berhenti menghasilkan efek radioaktivitas dan berhenti membunuh sel kanker. Maka dari itu, terapi nuklir mungkin harus diulang beberapa kali agar bisa memberikan manfaat yang maksimal.

    Apakah pengobatan nuklir aman untuk tubuh manusia?

    Mungkin banyak orang yang masih khawatir dengan efek dari pengobatan ini, sebab nuklir kerap dikaitkan dengan hal yang berbahaya. Faktanya, pengobatan nuklir sangatlah aman selama pelaksanaannya dilakukan sesuai standar.

    Metode ini sudah dilakukan selama lebih dari enam dekade untuk mendiagnosis penyakit. Pengobatan nuklir juga menggunakan radiasi dalam dosis kecil, jadi paparan radiasi yang Anda dapatkan relatif rendah. Ditambah lagi, alat yang digunakan di Indonesia sudah sesuai dengan standar International Atomic Energy Agency (IAEA) dan International Commission on Radiological Protection (ICRP).

    Kendati demikian, layaknya prosedur medis lain, pengobatan nuklir bukan berarti tanpa risiko. Masih ada kemungkinan efek samping yang dapat pasien alami setelahnya.

    Efek samping tergantung pada kondisi serta area yang diobati. Bila Anda mendapatkan pengobatan ini untuk kanker otak, Anda mungkin akan mengalami rambut rontok, mual, sakit kepala, dan penglihatan buram.

    Bila Anda menjalani pengobatan ini pada paru-paru atau dada, beberapa efek sampingnya dapat meliputi batuk dan sesak napas. Reaksi alergi sangat jarang terjadi. Namun, tetap penting bagi Anda untuk memberitahu dokter bila memiliki alergi. Termasuk bila Anda sedang hamil atau menyusui.

    Untuk informasi lebih lanjut mengenai pengobatan ini, konsultasikan kepada dokter Anda.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

    General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


    Ditulis oleh Winona Katyusha · Tanggal diperbarui 23/11/2021

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan