Jika prosedur di atas tidak memungkinkan, ahli bedah akan memilih bedah mikro endoskopi transanal. Sebuah alat khusus akan dipasang melalui anal dan masuk ke dalam area rektum.
- Reseksi anterior rendah (LAR) dan proktektomi
Kanker kolorektal stadium 1,2, dan 3 sebagian besar diatasi dengan prosedur LAR, yakni pengangkatan rektum yang mengandung sel kanker. Kemudian, usus besar akan disambungkan langsung ke sisa rektum yang sehat.
Jika cara tersebut tidak memungkinkan, dokter akan merekomendasikan proktektomi, yakni pengangkatan rektum sekaligus kelenjar getah bening di dekat rektum.
- Reseksi abdominoperineal (APR)
Operasi kanker usus besar ini melibatkan prosedur LAR, dengan membuat sayatan di perut atau sekitar anus yang sebelumnya pasien disuntikkan obat bius.
Prosedur ini dilakukan jika kanker sudah menyerang otot sfingter dan otot levator, yakni otot yang menjaga anus tetap tertutup dan mencegah feses bocor keluar serta mengontrol aliran urine.
Pascaoperasi kanker usus besar dan rektum ini, Anda mungkin perlu menjalani opname beberapa hari dan mengikuti perawatan pemulihan selama 3-6 minggu di rumah.
3. Radioterapi

Radioterapi menjadi pilihan pengobatan kanker kolon dan rektum selain kemoterapi. Tujuannya, untuk mengecilkan tumor dan membunuh sel kanker yang masih tersisa. Perawatan kanker usus besar ini bisa dilakukan sebelum operasi atau sesudahnya.
Pengobatan yang mengandalkan sinar X-ray ini dapat menimbulkan efek samping, seperti iritasi kulit, diare, nyeri saat buang air besar, dan inkontinensia usus (kebocoran usus) serta masalah kandung kemih.
4. Terapi target

Selain kemoterapi, pengobatan kanker usus yang berfokus pada obat-obatan adalah terapi target. Terapi ini menargetkan untuk mengganggu pembentukan pembuluh darah yang mengalir ke tumor dan protein yang membantu pertumbuhan kanker.
Contoh obat yang umumnya digunakan pada terapi target untuk kanker kolorektal adalah:
- Bevacizumab (Avastin).
- Ramucirumab (Cyramza).
- Ziv-aflibercept (Zaltrap).
- Cetuximab (Erbitux).
- Panitumumab (Vectibix).
- Regorafenib (Stivarga).
Obat ini diberikan lewat suntikan ke pembuluh darah vena, setiap 2-3 minggu sekali. Dalam banyak kasus, dikombinasikan dengan obat kemoterapi pada pasien kanker usus stadium 4. Namun, pengobatan ini juga menimbulkan efek samping seperti kelelahan, sakit kepala, penurunan jumlah sel darah putih, dan diare.
5. Imunoterapi

Imunoterapi adalah pengobatan kanker yang difokuskan untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh untuk mengenali dan menghancurkan sel kanker lebih baik. Pada penyakit kanker usus dan rektum, obat yang digunakan dalam imunoterapi adalah:
- Immune checkpoint inhibitors
Obat ini diberikan pada pasien yang tumornya masih terus berkembang walaupun sudah dilakukan kemoterapi.
Obat yang terdiri dari Pembrolizumab (Keytruda) dan nivolumab (Opdivo) ini membantu sel T agar tidak menyerang sel lain tubuh, dan hanya menyerang sel kanker.
Obat ini meningkatkan respons sistem imun dengan memblokir protein CTLA-4 yang membantu perkembangan kanker.
Efek samping yang umum terjadi pada pengobatan imunoterapi untuk kanker usus dan rektum ini adalah kelelahan, diare, ruam kulit, dan gatal-gatal.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar