STEMI merupakan jenis serangan jantung yang paling berbahaya. Jenis serangan jantung ini memiliki risiko komplikasi dan kematian paling tinggi dibandingkan yang lain. Seperti apa gejalanya? Lalu, apa beda STEMI dengan serangan jantung ringan?
Apa itu STEMI?
STEMI (ST-elevation myocardial infarction) adalah jenis serangan jantung yang terjadi saat pembuluh darah arteri tersumbat secara keseluruhan. Kondisi ini membuat otot jantung rusak karena tidak mendapatkan suplai darah.
Ketika otot jantung tidak mendapatkan suplai darah, risiko komplikasi tentu akan semakin besar. Bahkan, kondisi ini tak jarang mengakibatkan kematian jka tidak segera ditangani.
STEMI sendiri terbagi ke dalam dua jenis menurut letaknya, yaitu stemi anterior dan inferior. Masing-masing jenisnya memiliki perbedaan pada sisi arteri mana yang mengalami penyumbatan.
- STEMI anterior: penyumbatan terjadi pada arteri left anterior descending (LAD), yang bertugas memberikan aliran darah ke sisi anterior (depan) jantung.
- STEMI inferior: penyumbatan terjadi pada arteri koroner kanan (RCA) atau left circumflex (LCX), yang bertugas memasok darah ke sisi inferior (bawah) jantung dan dinding samping jantung.
STEMI anterior maupun inferior sama-sama berbahaya dan berakibat fatal. Maka dari itu, pasien harus segera mendapatkan penanganan medis.
Tanda dan gejala STEMI
Gejala STEMI sama seperti serangan jantung pada umumnya. Dikutip dari laman Cleveland Clinic, beberapa gejala yang umum terjadi meliputi:
- nyeri dada (angina),
- sesak napas,
- rasa tidak nyaman pada perut,
- jantung berdegup kencang (palpitasi),
- merasa cemas,
- kepala kliyengan, dan
- pingsan.
Pada wanita, rasa nyeri dada akibat serangan jantung mungkin tidak separah pria. Selain itu, beberapa gejala tambahan biasanya juga akan muncul, seperti:
- tubuh terasa lelah
- susah tidur (insomnia),
- nyeri pada bahu, punggung, rahang, leher, atau lengan, serta
- muntah.
Gejala pada masing-masing orang bisa saja berbeda. Jika Anda merasakan gejala-gejala di atas, segera konsultasikan ke dokter untuk mencari tahu kondisi yang mendasarinya.
Penyebab STEMI
STEMI disebabkan oleh adanya sumbatan pada pembuluh darah arteri. Penyumbatan tersebut terjadi secara total pada pembuluh arteri LAD, RCA, atau LCX.
Penyumbatan disebabkan oleh penumpukan plak pada pembuluh darah. Plak terbentuk dari lemak dan kolesterol yang terkandung dalam darah.
Gumpalan darah juga bisa terbentuk saat plak menumpuk di dalam pembuluh arteri. Ketika pembuluh arteri tersumbat total, otot jantung akan mengalami kerusakan dan terjadilah STEMI.
Faktor risiko STEMI
Ada sejumlah faktor yang meningkatkan risiko jenis serangan jantung ini. Faktor-faktor tersebut sebenarnya bisa dikontrol untuk mengurangi risiko, tetapi tidak semuanya.
Berikut sejumlah faktor yang meningkatkan risiko STEMI.
- Kebiasaan merokok.
- Pola makan yang terlalu banyak mengonsumsi garam, gula, dan lemak.
- Malas bergerak atau tidak pernah berolahraga.
- Konsumsi alkohol secara berlebihan.
- Penggunaan obat-obatan terlarang, seperti sabu dan kokain.
- Pertambahan usia.
- Pria dengan usia 45 tahun ke atas.
- Wanita dengan usia 50 tahun ke atas atau telah mengalami menopause.
- Memiliki anggota keluarga dengan riwayat penyakit serupa.
- Genetik atau keturunan.
Diagnosis STEMI
Dokter mendiagnosis STEMI berdasarkan pemeriksaan fisik, hasil elektrokardiografi (EKG), dan pemeriksaan biomarka jantung seperti tes troponin.
- Pemeriksaan fisik: mengevaluasi gejala utama berupa nyeri dada, dan angina, hingga gejala penyerta seperti pusing, sesak napas, dan pingsan.
- Elektrokardiografi (EKG): mengetahui aktivitas kelistrikan jantung untuk mendeteksi ketidaknormalan.
- Tes troponin: pemeriksaan biomarka untuk mengonfirmasi serangan jantung. Kerusakan pada sel-sel jantung membuat jantung melepaskan senyawa bernama troponin.
Jika diperlukan, dokter juga dapat merekomendasikan pemeriksaan tambahan sebagai berikut.
- CT scan: pemeriksaan menggunakan X-ray untuk mendapatkan gambar detail tiap lapisan jantung, serta mencari tahu adanya sumbatan pada pembuluh darah arteri.
- MRI: pemeriksaan menggunakan gelombang magnet untuk mendapatkan gambar jantung dengan resolusi tinggi.
Komplikasi STEMI
Kerusakan otot jantung akibat STEMI dapat menimbulkan sejumlah komplikasi. Bahkan, sekitar 2,5% hingga 10% yang mengalami serangan jantung jenis ini meninggal dalam 30 hari.
Berikut sejumlah komplikasi yang perlu diwaspadai dari penyakit kardiovaskular ini.
1. Aritmia
Serangan jantung bisa memengaruhi sistem kelistrikan jantung. Kondisi ini dapat menyebabkan detak jantung menjadi tidak teratur (aritmia).
Jika dibiarkan begitu saja, aritmia bisa berkembang menjadi komplikasi yang lebih parah. Dalam beberapa kasus, gangguan jantung ini juga berpotensi mengakibatkan kematian.
2. Gagal jantung
Kerusakan pada otot jantung dapat membuat organ ini kehilangan kemampuannya untuk memompa darah. Kondisi ini dikenal dengan sebutan gagal jantung.
Gagal jantung nantinya akan menyebabkan kondisi-kondisi seperti palpitasi (jantung berdebar), pembengkakan pada beberapa bagian tubuh, dan sulit bernapas. Kondisi ini bisa bersifat sementara atau permanen.
3. Henti jantung
STEMI yang tidak tertangani berpotensi membuat jantung berhenti berdetak. Akibatnya, aliran darah ke otak, organ, dan anggota tubuh menjadi terganggu.
Kerusakan permanen pada otak, organ, dan anggota tubuh menjadi tidak terhindarkan. Dalam kasus yang parah, henti jantung berisiko menyebabkan kematian pada orang yang mengalaminya.
Risiko komplikasi bisa dikurangi dengan melakukan pengobatan sedini mungkin. Maka dari itu, segera periksakan diri ke dokter jika mengalami gejala serangan jantung.
Cara mengatasi STEMI
Beragam cara dapat dilakukan untuk mengatasi jenis serangan jantung ini. Dokter mungkin akan merekomendasikan operasi, pemberian obat-obatan, atau kombinasi antara keduanya.
Beberapa pengobatan yang biasa dilakukan yakni sebagai berikut.
1. PCI jantung
PCI jantung merupakan prosedur untuk memperlebar pembuluh arteri yang tersumbat. Caranya dengan memasukkan kateter dengan balon ke dalam pembuluh darah.
Balon kemudian dikembangkan di dalam pembuluh darah yang tersumbat. Dengan begitu, ukuran arteri menjadi lebih lebar dan aliran darah bisa kembali lancar.
Ketika menjalankan prosedur ini, dokter mungkin akan memasang stent. Tabung kecil ini akan menjaga pembuluh arteri tetap terbuka dan mencegahnya tersumbat kembali.
2. Operasi bypass jantung
Operasi bypass jantung dilakukan dengan membuat jalur aliran darah baru di dekat arteri yang tersumbat. Umumnya, jalur ini dibuat menggunakan pembuluh darah sehat atau bahan sintetis.
3. Pemberian obat-obatan
Untuk mengatasi dan mencegah kambuhnya serangan jantung, beberapa obat mungkin akan diresepkan dokter. Berikut jenis obat-obatan yang biasa diberikan pada pasien dengan riwayat serangan jantung.
- Beta-blocker: membuat jantung lebih rileks dan melambatkan detak jantung.
- Statin: menurunkan kadar kolesterol dalam darah dengan menghambat produksinya dalam liver.
- Antiplatelet: mencegah penggumpalan darah pada plak yang menumpuk di pembuluh arteri.
- Pereda nyeri: meredakan rasa nyeri akibat serangan jantung.
- Nitrogliserin: memperlebar pembuluh darah sehingga darah dapat kembali mengalir dengan lancar.
Upaya pencegahan STEMI
STEMI bisa menyerang siapa saja. Untuk mengurangi risiko terkena serangan jantung jenis ini, Anda sebaiknya mulai menerapkan pola hidup sehat dari sekarang.
Berikut sejumlah tindakan sederhana untuk mencegahnya.
- Menjaga berat badan tetap ideal.
- Konsumsi makanan bergizi seimbang serta mengurangi gula, garam, dan makanan berlemak.
- Rutin berolahraga, setidaknya 30 menit per hari.
- Tidak merokok, baik aktif maupun pasif.
- Mengobati faktor yang bisa meningkatkan risikonya.
Selain tindakan-tindakan di atas, pastikan untuk selalu melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin. Dengan begitu, penyakit bisa dideteksi dan ditangani sebelum bertambah parah.
Hal penting terkait STEMI
- Serangan jantung dengan risiko komplikasi dan kematian tinggi.
- Disebabkan oleh penyumbatan total pada pembuluh arteri LAD, RCA, atau LCX.
- Komplikasi seperti aritmia, gagal jantung, dan henti jantung jika tidak segera ditangani.
- Sebanyak 2,5–10 persen pengidap meninggal dalam 30 hari setelah serangan jantung.
- Bisa diatasi dengan operasi, obat, atau kombinasi keduanya.
- Dapat dicegah dengan menerapkan pola hidup sehat.
[embed-health-tool-heart-rate]