backup og meta

Puasa bagi Penderita Penyakit Jantung, Boleh atau Tidak?

Puasa bagi Penderita Penyakit Jantung, Boleh atau Tidak?

Banyak orang yang sedang sakit tetap ingin berpuasa pada bulan Ramadan meski kondisi yang dideritanya tergolong kronis, seperti penyakit jantung. Lalu, apakah penderita penyakit jantung boleh puasa? Ketahui selengkapnya dalam pembahasan di bawah ini.

Apakah orang dengan penyakit jantung boleh puasa?

Orang-orang dengan penyakit jantung boleh puasa selama bulan Ramadan. Namun, ini tergantung pada kondisi fisik masing-masing individu.

Terdapat berbagai penelitian yang membahas kaitan antara penyakit jantung dan puasa. Salah satunya dijelaskan dalam penelitian yang dilakukan selama 10 tahun di Qatar.

Penelitian ini melibatkan sebanyak 2.160 pasien yang mengidap gagal jantung. Pada penelitian tersebut, para peserta diperhatikan kondisi fisiknya selama berpuasa.

Hasil penelitian menyatakan bahwa berpuasa tidak memiliki dampak buruk untuk fungsi jantung maupun kesehatan organ lainnya.

Meski begitu, tiap individu mungkin menunjukkan respons yang berbeda. Jika Anda memiliki jantung yang lemah atau Anda merasa tidak sehat saat berpuasa, akan lebih baik bagi Anda untuk tidak ikut berpuasa.

Manfaat puasa bagi penderita penyakit jantung

dokter keluarga

Puasa justru bisa memberikan manfaat bagi penderita penyakit jantung. Diketahui bahwa puasa bisa meningkatkan kadar kolesterol baik sebesar 30–40% pada sebagian pasien.

Puasa juga dapat mengendalikan kadar lemak secara keseluruhan sehingga dapat menurunkan risiko komplikasi penyakit jantung

Selain itu, dilaporkan juga bahwa status gizi dari hampir semua pasien yang mengidap penyakit jantung berubah ke arah yang normal.

Dampak positif ini mungkin terjadi karena pasien penyakit jantung menerapkan perubahan pola makan selama bulan Ramadan. 

Mereka lebih dapat mengendalikan serta mengatur asupan, porsi, dan jadwal makan hariannya.

Penelitian dalam jurnal Circulation (2019) juga menemukan bahwa orang-orang yang berpuasa secara rutin berisiko 71% lebih rendah untuk mengalami gagal jantung. 

Mereka pun juga lebih jarang mengalami serangan jantung. Karena alasan ini, pasien penyakit jantung diharapkan bisa meneruskan pola hidup saat berpuasa meski sudah melewati bulan Ramadan.

Risiko puasa bagi penderita penyakit jantung

Meskipun puasa membawa manfaat bagi kesehatan jantung, sebuah penelitian di AS pada 2024 menunjukkan bahwa pola makan ini memiliki kaitan dengan risiko kematian akibat penyakit kardiovaskular. 

Dikutip dari American Heart Association, orang-orang yang membatasi waktu makannya menjadi kurang dari 8 jam per hari memiliki risiko kematian akibat penyakit kardiovaskular yang 91% lebih tinggi.

Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) juga menyebut bahwa puasa memiliki beberapa potensi bahaya bagi pengidap sakit jantung.

Pembatasan asupan cairan dari terbit hingga terbenam matahari dapat menyebabkan dehidrasi.

Tak hanya menurunkan volume darah, dehidrasi juga dapat meningkatkan kekentalan darah. Ini pada gilirannya dapat meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke.

Kurangnya asupan makanan dan minuman selama puasa Ramadan juga berisiko menimbulkan ketidakseimbangan elektrolit di dalam tubuh, seperti natrium, kalium, dan magnesium.

Elektrolit berperan penting dalam kontraksi jantung. Ketidakseimbangan elektrolit dapat memicu aritmia, yakni kondisi saat jantung berdetak tidak beraturan.

Oleh sebab itu, penderita penyakit jantung harus berhati-hati dalam berpuasa. Selalu konsultasi dengan dokter terlebih dahulu sebelum Anda mulai melakukannya.

Penderita penyakit jantung seperti apa yang tidak boleh berpuasa?

Dokter menganjurkan Anda tidak berpuasa bila memiliki kondisi atau penyakit jantung seperti berikut.
  • Gagal jantung kongestif yang sedang kambuh atau belum stabil.
  • Penyakit arteri koroner yang belum stabil.
  • Aritmia yang tidak terkontrol.
  • Hipertensi berat yang tidak terkendali.
  • Setelah menjalani operasi jantung.

Panduan puasa aman bagi penderita penyakit jantung

makan malam saat puasa

Selain untuk menjalankan perintah agama, tujuan berpuasa bagi pasien penyakit jantung yakni untuk menurunkan kadar lemak total dalam darah dan menormalkan berat badan.

Beberapa orang dengan penyakit jantung boleh berpuasa. Namun, sebelum memutuskan untuk melakukannya, perhatikan beberapa panduan aman berikut ini.

1. Konsultasi dengan dokter

Sebaiknya konsultasikan hal ini terlebih dahulu dengan dokter Anda. Dokter dapat memberikan pertimbangan apakah Anda lebih baik berpuasa atau tidak.

Jika Anda mempunyai riwayat sakit jantung tetapi tekanan darah normal dan terkendali dengan baik, biasanya dokter membolehkan Anda ikut puasa pada bulan Ramadan.

2. Pilih jenis makanan yang tepat

Makanan sahur dan buka puasa bagi orang dengan penyakit jantung tidak boleh sembarangan.

Anda perlu menghindari gorengan atau makanan berlemak. Cobalah menu sahur dan berbuka puasa dengan sayuran dan buah-buahan yang rendah kalori serta kaya akan serat.

Terapkan pula pola makan yang rendah garam. Asupan garam yang berlebihan dapat memicu tekanan darah tinggi yang malah memperburuk gejala penyakit jantung saat berpuasa.

3. Perhatikan porsi makan

Berpuasa seharian mungkin akan membuat Anda kelaparan sehingga tak tahan untuk langsung melampiaskannya ketika berbuka. Namun, janganlah makan terlalu banyak.

Tubuh mengalami perubahan aliran darah serta peningkatan denyut jantung setelah makan. Makan terlalu berat dalam waktu cepat justru bisa meningkatkan risiko Anda terkena serangan jantung.

4. Jangan minum terburu-buru

Hindari minum air terlalu banyak dalam waktu singkat. Minumlah air secukupnya dan berikan jarak pada tiap waktu minum. 

Langkah ini penting untuk menjaga keseimbangan cairan tubuh. Minum terburu-buru malah bisa memicu kelebihan cairan di dalam tubuh dan memperberat kerja jantung Anda.

5. Rutin minum obat sesuai anjuran

Jangan lupa untuk rutin mengonsumsi obat yang diresepkan oleh dokter. Meskipun sedang berpuasa, Anda tetap harus minum obat agar kondisi tubuh tetap terkendali.

Agar hal ini tidak mengganggu ibadah Anda, konsultasikan dengan dokter untuk menyesuaikan kembali jadwal minum obat selama puasa Ramadan.

Orang yang mengidap penyakit jantung perlu berkonsultasi dengan dokter sebelum melakukan puasa pada bulan Ramadan.

Tidak hanya menjamin lancarnya ibadah Anda, penerapan pola makan dan aturan minum obat yang sesuai anjuran juga dapat membantu menjaga kesehatan jantung Anda.

Kesimpulan

  • Penderita penyakit jantung boleh puasa Ramadan bila kondisi tubuhnya stabil.
  • Puasa memiliki berbagai manfaat untuk kesehatan jantung, seperti meningkatkan kadar kolesterol baik dan menurunkan lemak total dalam darah.
  • Untuk memastikan ibadah ini berjalan lancar, pastikan Anda berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu untuk mengetahui pola makan dan aturan minum obat yang tepat.

[embed-health-tool-heart-rate]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Bolehkah pasien dengan penyakit jantung berpuasa. (2023). Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan – Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Retrieved December 27, 2024, from https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/2773/bolehkan-pasien-dengan-penyakit-jantung-berpuasa

Potensi manfaat & bahaya berpuasa untuk jantung. (2024). Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. Retrieved December 27, 2024, from https://inaheart.org/articles/potensi-manfaat-bahaya-berpuasa-untuk-jantung

8 steps to a heart-healthy diet. (2022). Mayo Clinic. Retrieved December 27, 2024, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/heart-disease/in-depth/heart-healthy-diet/art-20047702

Wondering about fasting and heart health? (2022). Mayo Clinic. Retrieved December 27, 2024, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/heart-disease/expert-answers/fasting-diet/faq-20058334

8-hour time-restricted eating linked to a 91% higher risk of cardiovascular death. (2024). American Heart Association. Retrieved December 27, 2024, from https://newsroom.heart.org/news/8-hour-time-restricted-eating-linked-to-a-91-higher-risk-of-cardiovascular-death

Bartholomew, C., Muhlestein, J. B., Anderson, J. L., May, H. T., Knowlton, K., Bair, T. M., Le, V. T., Bailey, B., & Home, B. D. (2019). Intermittent fasting lifestyle and incidence of heart failure and myocardial infarction in cardiac catheterization patients. Circulation, 140. https://doi.org/10.1161/circ.140.suppl_1.10043

Mousavi, M., Mirkarimi, S., Rahmani, G., Hosseinzadeh, E., & Salahi, N. (2014). Ramadan fast in patients with coronary artery disease. Iranian Red Crescent medical journal, 16(12), e7887. https://doi.org/10.5812/ircmj.7887

Chamsi-Pasha, H., Ahmed, W. H., & Al-Shaibi, K. F. (2014). The cardiac patient during Ramadan and Hajj. Journal of the Saudi Heart Association, 26(4), 212–215. https://doi.org/10.1016/j.jsha.2014.04.002

Salim, I., Al Suwaidi, J., Ghadban, W., Alkilani, H., & Salam, A. M. (2013). Impact of religious Ramadan fasting on cardiovascular disease: a systematic review of the literature. Current medical research and opinion, 29(4), 343–354. https://doi.org/10.1185/03007995.2013.774270

Versi Terbaru

08/01/2025

Ditulis oleh Winona Katyusha

Ditinjau secara medis oleh dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

Diperbarui oleh: Diah Ayu Lestari


Artikel Terkait

Punya Keluhan Sakit Jantung? Kunjungi Dokter Spesialis Jantung

Manfaat Minyak Zaitun untuk Menjaga Kesehatan Jantung Anda


Ditinjau secara medis oleh

dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


Ditulis oleh Winona Katyusha · Tanggal diperbarui 3 hari lalu

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan