Infeksi merupakan penyebab umum dari banyak penyakit. Gangguan kesehatan ini bisa terjadi di mana saja, salah satunya di rumah sakit atau yang juga dikenal sebagai infeksi nosokomial. Simak ulasan berikut ini untuk mengetahui informasinya lebih lanjut.
Apa itu infeksi nosokomial?
Infeksi nosokomial atau nosocomial infection adalah jenis infeksi yang menyebar di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
Dalam dunia medis, kondisi ini juga disebut sebagai health-care associated infection (HAI) atau hospital-acquired infection.
Suatu infeksi bisa digolongkan sebagai HAI bila penularannya terjadi di rumah sakit. Gejalanya pun baru muncul ketika pasien sudah keluar dari rumah sakit.
Selain itu, orang-orang yang bekerja di rumah sakit, seperti dokter, perawat, hingga staf administrasi, juga berisiko terkena infeksi.
Infeksi nosokomial bisa disebabkan oleh virus, bakteri, parasit, atau jamur. Banyak faktor yang dapat menyebabkan seseorang terinfeksi di rumah sakit.
Hal ini termasuk rendahnya kekebalan tubuh, penggunaan teknologi dan prosedur medis yang meningkatkan risiko infeksi, dan penyebaran bakteri yang kebal obat di rumah sakit.
Seberapa umum kondisi ini terjadi?
Menurut World Health Organization, sekitar 8,7% pasien yang dirawat di rumah sakit mengidap infeksi nosokomial. Sementara itu, studi dalam Asian Pacific Journal of Tropical Biomedicine (2017) menunjukkan bahwa ada 7% kasus infeksi rumah sakit di negara maju dan 10% di negara berkembang. Jenis infeksi nosokomial
Berikut adalah jenis hospital-acquired infection atau infeksi yang dapat dialami oleh pasien di rumah sakit.
1. Infeksi aliran darah
Central line-associated bloodstream infection atau infeksi aliran darah merupakan jenis infeksi nosokomial yang paling berbahaya, dengan tingkat kematian sebesar 12–25 persen.
Infeksi aliran darah ini disebabkan oleh penggunaan alat untuk mengambil darah atau memasukkan obat ke dalam pembuluh darah, seperti kateter dan alat intravaskular.
Bakteri yang mungkin dapat memicu infeksi ini antara lain Staphylococcus, Enterococcus, dan berbagai jenis jamur Candida.
2. Infeksi saluran kemih
Sebanyak 12% kasus infeksi nosokomial berhubungan dengan infeksi saluran kemih. Kondisi ini dapat disebabkan oleh mikroflora yang ada di dalam tubuh pasien.
Pasien yang menggunakan kateter urine di dalam tubuhnya rentan terkena infeksi ini. Pasalnya, kateter berpotensi menghambat aliran urine sehingga bakteri berkumpul di kandung kemih.
Kuman yang sering menyebabkan kondisi ini antara lain E. coli, C. albican, dan P. aeruginosa.
3. Pneumonia
Penyakit lain yang berkaitan dengan infeksi nosokomial yakni pneumonia. Infeksi ini ditemukan pada 9–27% pasien yang menggunakan alat bantu ventilator di ruang ICU.
Patogen yang sering menyebabkan pneumonia yaitu P. aeruginosa, S. aureus, dan Haemophilus influenzae.
4. Infeksi luka operasi
Infeksi luka operasi dapat ditularkan secara eksogen, yakni melalui udara, peralatan medis, dan staf medis, maupun secara endogen, yakni dari mikroorganisme yang ada di dalam tubuh.
Tiga jenis patogen yang paling banyak ditemukan pada penderita infeksi luka operasi meliputi P. aeruginosa, S. aureus, dan Staphylococcus jenis koagulasi negatif.
Tanda dan gejala infeksi nosokomial
Infeksi nosokomial dapat menimbulkan tanda dan gejala yang berbeda, tergantung pada jenis infeksi yang menyerang dan penyebab utamanya.
Namun, biasanya infeksi dari rumah sakit memiliki beberapa gejala umum berupa:
- demam,
- detak jantung lebih cepat dari biasanya (aritmia),
- napas lebih cepat dan pendek (takipnea),
- iritasi atau ruam pada kulit,
- rasa tidak nyaman dan nyeri secara menyeluruh,
- keluarnya cairan atau nanah dari area luka, dan
- pembengkakan pada area infeksi.
Tanda dan gejala di atas dapat muncul selama maupun setelah Anda dirawat di rumah sakit.
Jika Anda memiliki tanda dan gejala hospital-acquired infection seperti di atas, konsultasikanlah dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat
Penyebab infeksi nosokomial
Kebanyakan pasien di rumah sakit memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah. Itu sebabnya mereka cenderung rentan terhadap infeksi.
Penularan ini bisa terjadi akibat prosedur medis, kontak antarpasien, dan prosedur untuk memasukkan alat medis ke dalam tubuh.
Berikut ini adalah patogen atau kuman penyebab penyakit yang bisa memicu infeksi nosokomial.
1. Bakteri
Kebanyakan infeksi nosokomial disebabkan oleh bakteri. Beberapa bakteri secara alami ada di dalam tubuh dan baru akan menginfeksi saat imun tubuh pasien menurun.
Bakteri Acinetobacter kerap menjadi penyebab infeksi di ruang ICU. Selain itu, terdapat juga Bacteroides fragilis yang biasa ditemukan pada kasus infeksi usus atau usus besar.
Bakteri-bakteri lain, seperti Enterobacteriaceae, S. aureus, dan C. difficile, juga ditemukan pada infeksi bakteri di rumah sakit.
2. Virus
Virus juga termasuk penyebab utama infeksi nosokomial. Sebanyak 5% kasus hospital-acquired infection disebabkan oleh virus yang menular melalui pernapasan, kontak tangan, atau kotoran.
Salah satu penyakit kronis yang disebabkan oleh virus yakni hepatitis. Pada umumnya, hepatitis ditularkan melalui penggunaan jarum suntik yang tidak steril.
Selain itu, jenis virus lain, seperti influenza, HIV, rotavirus, atau virus herpes simpleks, juga bisa ditemukan pada infeksi rumah sakit.
3. Jamur
Orang yang mengalami gangguan sistem imun juga rentan terkena infeksi oleh jamur di rumah sakit.
Jenis parasit jamur yang paling sering ditemukan yakni Aspergillus sp., Candida albicans, dan Cryptococcus neoformans.
Faktor risiko infeksi nosokomial
Infeksi nosokomial bisa menyerang siapa saja yang sedang menjalani perawatan atau baru mengunjungi rumah sakit.
Namun, terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko Anda untuk terserang penyakit infeksi ini.
- Usia. Orang berusia di atas 70 tahun lebih berisiko, tetapi ada pula kasus infeksi terkait rumah sakit yang ditemukan pada pasien yang lebih muda.
- Sistem kekebalan tubuh. Pasien dengan masalah sistem imun, misalnya gangguan autoimun, lebih rentan terkena infeksi di lingkungan rumah sakit.
- Penyakit yang diderita. Pengidap penyakit yang memengaruhi sistem imun, seperti leukemia, tumor, diabetes, dan AIDS, berisiko tinggi terkena infeksi di rumah sakit.
- Berada di ICU cukup lama. Pasien yang tinggal lebih lama di rumah sakit, misalnya pasien ICU, akan lebih mudah terkena infeksi di rumah sakit.
- Fasilitas medis yang kurang memadai. Layanan atau fasilitas medis yang tidak sesuai standar, seperti teknik menyuntik yang salah atau peralatan medis yang kurang steril, dapat meningkatkan risiko infeksi.
- Penggunaan antibiotik. Konsumsi obat antibiotik yang terlalu banyak atau tidak sesuai dengan anjuran dokter bisa menyebabkan bakteri kebal atau resisten terhadap antibiotik. Hal ini meningkatkan risiko terjadinya infeksi di rumah sakit.
Diagnosis infeksi nosokomial
Untuk mendiagnosis infeksi nosokomial, dokter akan bertanya seputar gejala yang Anda alami dan kapan terakhir kali Anda berada di rumah sakit atau pusat pelayanan medis.
Pada beberapa kasus, dokter dapat menegakkan diagnosis melalui tanda dan gejala yang tampak secara kasatmata. Namun, pada kasus tertentu, dokter mungkin perlu melakukan beberapa pemeriksaan medis di bawah ini.
- Tes darah: pemeriksaan pada sampel darah bertujuan untuk mendeteksi mikroorganisme, seperti bakteri, virus, atau jamur, yang menyerang aliran darah.
- Tes urine: pemeriksaan pada sampel urine bisa dilakukan bila dokter mencurigai infeksi yang menyerang saluran kemih.
- Tes pencitraan: pemeriksaan dengan rontgen (sinar-X), CT scan, atau MRI bisa mendeteksi infeksi dan komplikasinya.
Pengobatan infeksi nosokomial
Pengobatan yang diberikan kepada pasien tergantung pada apa yang menyebabkan infeksi. Pada sebagian besar kasus, antibiotik bisa berguna untuk melawan infeksi bakteri.
Dokter hanya akan meresepkan obat antibiotik yang secara spesifik membunuh bakteri pemicu infeksi, seperti meropenem, metronidazole, dan ciprofloxacin.
Terapi antijamur dengan obat fluconazole, caspofungin, atau voriconazole juga dapat diberikan untuk mengobati infeksi jamur atau sebagai tambahan dari pengobatan antibiotik.
Sementara untuk melawan infeksi yang disebabkan oleh virus, dokter mungkin memberikan terapi antivirus, misalnya dengan acyclovir dan ganciclovir.
Jika infeksi nosokomial disebabkan oleh penggunaan kateter atau selang lainnya yang terpasang pada tubuh, dokter akan mencabut selang secepatnya.
Meski dianggap dapat diobati, beberapa jenis infeksi mungkin mematikan atau kebal terhadap pengobatan.
Oleh sebab itu, tenaga medis wajib memastikan fasilitas yang digunakan sudah sesuai standar dan memeriksa kondisi pasien secara teratur selama menginap di rumah sakit.
Pencegahan infeksi nosokomial
Berikut ini adalah beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah infeksi nosokomial.
- Mensterilkan peralatan medis dengan hati-hati antara setiap penggunaan mengikuti prosedur yang tepat.
- Menanyakan tentang penggunaan kateter dan perangkat lain, seperti manfaat, risiko, dan seberapa sering perlu diganti atau dibersihkan.
- Menjaga kebersihan saat tinggal di rumah sakit, seperti dengan rajin mencuci tangan dengan sabun dan air maupun menggunakan hand sanitizer.
- Menggunakan obat antibiotik sesuai anjuran dokter untuk mencegah resistensi antibiotik.
Jika Anda memiliki pertanyaan lain atau kekhawatiran tertentu terkait infeksi nosokomial, konsultasikanlah dengan dokter Anda untuk menemukan solusi terbaik.
Kesimpulan
- Infeksi nosokomial adalah infeksi yang menyebar di rumah sakit dan fasilitas kesehatan.
- Hampir 8,7% orang yang menjalani perawatan di rumah sakit berisiko mengalami infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau jamur.
- Beberapa jenis infeksi di rumah sakit yang paling sering terjadi yakni infeksi aliran darah (sepsis), infeksi saluran kemih, infeksi luka operasi, dan pneumonia.