Pada umumnya, program vaksinasi COVID-19 primer membutuhkan dua dosis suntikan. Akan tetapi, berbeda dengan vaksin CanSino yang hanya perlu sekali suntikan untuk membentuk kekebalan terhadap SARS-CoV-2. Lalu, bagaimana dengan efikasinya?
Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)
Pada umumnya, program vaksinasi COVID-19 primer membutuhkan dua dosis suntikan. Akan tetapi, berbeda dengan vaksin CanSino yang hanya perlu sekali suntikan untuk membentuk kekebalan terhadap SARS-CoV-2. Lalu, bagaimana dengan efikasinya?
Vaksin CanSino atau Convidecia adalah vaksin COVID-19 yang dikembangkan oleh CanSino Biological Inc. dan Beijing Institute of Biotechnology.
Vaksin COVID-19 asal Tiongkok ini memiliki tipe vektor virus non-replikasi (non-replicating viral vector), sama seperti yang digunakan pada vaksin AstraZeneca.
Ini artinya, vaksin menggunakan materi genetik SARS-CoV-2 yang dikemas dalam virus lain. Pada vaksin CanSino, virus yang menjadi pembawa ialah adenovirus tipe 5 (Ad5).
Suntikan vaksin kemudian akan merangsang respons imun dalam mengenal dan membentuk antibodi untuk mencegah infeksi coronavirus penyebab COVID-19.
Vaksin CanSino telah mendapatkan Emergency Use Listing (EUL) dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk pemberian pada orang berusia 18 tahun atau lebih pada Mei 2022 lalu.
EUL WHO diberikan setelah menilai kualitas, kemanjuran, dan keamanan vaksin COVID-19 ini.
Meski begitu, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah terlebih dahulu memberikan Emergency Use Authorization (EUA) untuk vaksin Convidecia pada September 2021 lalu.
Penelitian untuk mengetahui efikasi vaksin CanSino yang berasal dari Tiongkok ini sendiri juga sudah dipublikasikan dalam jurnal Lancet (2022).
Hasil studi tersebut menemukan dosis tunggal vaksin Convidecia memiliki efikasi 57,5% pada infeksi COVID-19 yang bergejala pada hari ke-28 atau lebih setelah vaksinasi.
Tidak hanya itu, vaksin Convidecia juga menunjukkan efikasi 92% terhadap infeksi COVID-19 bergejala parah.
Pemberian vaksin dilakukan dengan suntikan ke dalam otot (intramuskular/IM). Berikut ini dosis dan jadwal pemberian vaksin yang perlu Anda ketahui.
Dosis vaksin CanSino yang direkomendasikan ialah 0,5 ml sebanyak satu kali suntikan. WHO merekomendasikan penggunaan vaksin ini untuk orang dewasa berusia 18 tahun atau lebih.
Dosis vaksin booster CanSino bisa diberikan pada vaksin primer yang sama (homolog). Pemberian vaksin dilakukan 4–6 bulan setelah Anda mengikuti vaksinasi primer.
Pada awal 2022 lalu, studi oleh Li, dkk. dalam jurnal Nature Medicine menguji dosis booster Ad5-nCoV terhadap penerima vaksin primer yang berbeda (heterolog), dalam hal ini vaksin Sinovac (CoronaVac).
Para peneliti menemukan bahwa efektivitas kombinasi vaksin ini lebih tinggi dibandingkan dosis booster vaksin Sinovac secara homolog.
Vaksin COVID-19 CanSino hanya boleh diberikan oleh dokter atau petugas medis terlatih. Vaksin akan diberikan melalui suntikan intramuskular (IM).
Sebelum melakukan prosedur ini, petugas akan melakukan skrining terkait kondisi kesehatan Anda sehingga Anda dinilai aman untuk menerima dosis vaksin primer atau booster.
Penyuntikan vaksin dilakukan pada lengan bagian atas Anda. Petugas akan membersihkan area suntikan dengan alcohol swab sebelum dan setelah suntik vaksin.
Jika Anda telah memperoleh vaksin, dokter atau petugas akan melakukan observasi dengan meminta Anda untuk tidak meninggalkan lokasi vaksinasi selama 15–30 menit.
Hal ini bertujuan untuk memantau ada-tidaknya Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang bisa terjadi pada sebagian penerima vaksin COVID-19.
Setelah dinyatakan bebas dari KIPI, dokter atau petugas akan menjelaskan jadwal pemberian vaksin COVID-19 dosis selanjutnya.
Penggunaan vaksin berpotensi memicu efek samping. Beberapa efek samping yang paling umum terjadi, meliputi:
Setelah vaksin, dokter atau petugas akan memberikan Anda obat pereda demam atau nyeri, seperti paracetamol. Minumlah untuk meredakan efek samping ringan bila dirasa perlu.
Segera kunjungi dokter bila gejala memburuk atau muncul reaksi alergi, seperti gatal-gatal, kesulitan bernapas, mengi, atau pembengkakan wajah, bibir, lidah, atau tenggorokan.
Pemberian vaksin cenderung aman dan berisiko minimal bila Anda memberitahukan kondisi Anda kepada dokter atau petugas medis sebelumnya. Berikut beberapa hal yang perlu Anda cermati.
Data yang tersedia mengenai pemberian vaksin COVID-19 pada ibu hamil dan menyusui tidak memadai untuk menggambarkan risikonya.
WHO merekomendasikan vaksinasi pada ibu hamil mengingat dampak buruk COVID-19 saat kehamilan, seperti kelahiran prematur hingga lahir mati.
Sementara itu, WHO juga merekomendasikan vaksin pada ibu menyusui karena kemungkinan tidak berisiko dan pemberian ASI boleh dilanjutkan setelah vaksinasi.
Apabila Anda ragu terkait risiko vaksin saat hamil atau menyusui, konsultasikan dengan dokter untuk mengetahui informasi vaksinasi COVID-19 lebih lanjut.
Belum ada bukti bahwa vaksin CanSino atau Convidecia memicu interaksi yang mengubah kinerja atau meningkatkan risiko efek samping serius dari penggunaan obat lain.
Meski begitu, tetap konsultasikan dengan dokter terkait produk yang sedang Anda gunakan, termasuk obat-obatan resep, nonresep, vitamin, suplemen, dan produk herbal.
Jangan memulai, menghentikan, atau mengganti dosis obat tanpa persetujuan dokter Anda.
Disclaimer
Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Ditinjau secara medis oleh
dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.
General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar