Baca semua artikel tentang coronavirus (COVID-19) di sini.
Menteri Kesehatan RI, Terawan Agus Putranto, awal Maret lalu mengatakan bahwa COVID-19 adalah penyakit yang bersifat self-limiting disease. Ia menyatakan ini segera setelah Indonesia mengumumkan kasus COVID-19 pertamanya. Kasus tersebut terjadi pada dua wanita asal Depok yang kini mulai pulih setelah menjalani perawatan intensif.
Menurut penuturan Terawan, self-limiting disease adalah penyakit yang dapat sembuh sendiri. Seperti penyakit akibat virus lainnya, self-limiting disease umumnya bisa sembuh bila pasien memiliki sistem kekebalan tubuh yang baik. Ia pun mengimbau agar masyarakat selalu menjaga kesehatan guna memperkuat sistem kekebalan tubuh.
Apa itu self-limiting disease?
Sebelum mendalami tentang self-limiting disease, pertama-tama Anda perlu memahami dahulu bagaimana virus menyebabkan penyakit. Virus adalah agen infeksi yang tersusun dari rantai kode genetik, baik rantai tunggal (RNA) maupun ganda (DNA).
Virus tidak dapat memperbanyak diri tanpa inang, jadi mereka ‘membajak’ sel-sel hidup dan menggunakan isi sel tersebut untuk memproduksi virus-virus baru. Proses ini dapat merusak, menghancurkan, atau mengubah sel tubuh sehingga Anda menjadi sakit.
Setiap virus menyerang sel yang berbeda. Ada virus yang menyerang darah, hati, otak, atau pada kasus COVID-19, sistem pernapasan. Apabila sistem kekebalan tubuh Anda cukup kuat, infeksi virus tidak selalu menyebabkan penyakit.
Namun, jika kekebalan tubuh Anda lemah atau Anda terpapar virus dalam jumlah besar, Anda memiliki kemungkinan terjangkit penyakit. Anda bisa saja tidak langsung mengalami gejala saat terinfeksi, tapi Anda sudah bisa menulari orang yang sehat saat ini.
[covid_19]
Meskipun penyakit akibat virus sangat umum, pengobatan biasanya hanya fokus untuk meringankan gejala dan memperkuat sistem kekebalan tubuh. Nantinya, sel kekebalan tubuh Anda-lah yang akan membunuh virus sehingga Anda pulih perlahan-lahan.
Sebagian besar penyakit akibat virus adalah self-limiting disease, atau penyakit yang membatasi dirinya sendiri. Dalam ranah biologi, self-limiting adalah mekanisme yang digunakan makhluk hidup atau koloninya untuk membatasi pertumbuhannya sendiri.
Makhluk hidup dan virus secara alamiah terus berkembang biak untuk melestarikan jumlahnya. Namun, jumlah spesies yang terlalu banyak dalam suatu koloni terkadang malah merugikan spesies itu sendiri. Mekanisme self-limiting bermanfaat agar jumlah spesies tetap stabil sehingga koloni bisa bertahan hidup lebih lama.
Pada sebuah penelitian dalam pustaka daring Utah State University, disebutkan bahwa mekanisme self-limiting dapat menjaga suatu spesies tetap langka. Dengan begitu, spesies tersebut lebih unggul dibandingkan spesies lain yang menjadi pesaingnya.
Mekanisme serupa tampaknya dimiliki oleh coronavirus penyebab COVID-19. Virus ini terus memperbanyak diri dalam tubuh manusia, tapi kemudian memperlambat lajunya atau berhenti pada titik tertentu. Pada titik itulah sistem kekebalan tubuh melawannya kembali.
Jika COVID-19 adalah self-limiting disease, mengapa harus diwaspadai?
Self-limiting disease ternyata cukup sering ditemukan dalam kehidupan. Salah satu contohnya adalah pilek. Penyakit ini bisa disebabkan oleh berbagai virus, tetapi yang paling umum adalah rhinovirus, coronavirus, dan virus parainfluenza.
Ya, coronavirus bisa menyebabkan flu, dalam kasus lain juga bisa menyebabkan pneumonia, tapi tipenya berbeda dengan SARS-CoV-2 yang merupakan penyebab COVID-19. Kedua virus ini sama-sama menyerang sistem pernapasan manusia, hanya saja gejala dan dampak yang ditimbulkannya berbeda.
Coronavirus penyebab pilek memicu gejala seperti bersin, batuk, serta hidung meler dan tersumbat. Oleh karena sifatnya yang merupakan self-limiting disease, pilek akan sembuh sendiri setelah Anda beristirahat, tidur cukup, dan makan makanan bergizi.
COVID-19 juga menimbulkan gejala yang mirip pilek biasa, seperti batuk kering, bersin, dan gangguan pernapasan secara umum. Akan tetapi, COVID-19 dapat menyebabkan pneumonia parah yang mengancam nyawa, terutama pada kelompok rentan.
COVID-19 juga merupakan penyakit baru yang belum ada vaksin ataupun obatnya. Penyakit ini juga menular dengan cepat dan menjangkau wilayah yang luas. Sekalipun COVID-19 adalah self-limiting disease, hal yang kita ketahui tentang penyakit ini masih sangat sedikit.
Kasus COVID-19 di seluruh dunia kini telah menyentuh angka 246.006 jiwa. Sebanyak 7.388 pasien berada dalam kondisi kritis dan 10.048 pasien dilaporkan telah meninggal dunia. Sementara itu, sebanyak 88.471 telah dinyatakan sembuh dari penyakit ini.
Pandemi COVID-19 adalah masalah yang tidak boleh diabaikan, dan setiap orang perlu berperan aktif dalam melakukan upaya pencegahan. Saat ini, langkah terbaik yang bisa Anda lakukan adalah menerapkan social distancing, atau menjaga jarak dari orang lain.
Jika terpaksa keluar rumah, jagalah kebersihan diri Anda dengan rutin mencuci tangan menggunakan air dan sabun selama 20 detik. Gunakan masker saat Anda sakit, serta perkuat sistem kekebalan tubuh Anda dengan tidur cukup dan makan makanan bergizi.