Skoliosis merupakan kelainan tulang belakang yang bisa menyerang bayi, anak-anak, hingga orang dewasa. Gangguan muskuloskeletal jenis ini menyebabkan tulang belakang melengkung ke arah samping, sehingga tulang belakang membentuk huruf S atau C. Selain itu, penderitanya umumnya akan merasakan gejala skoliosis, seperti nyeri dan rasa tidak nyaman pada punggung. Sebenarnya, apa penyebab dari penyakit skoliosis?
Apa saja penyebab penyakit skoliosis?
Berdasarkan laporan Mayo Clinic, penyebab umum dari skoliosis tidak diketahui secara pasti. Akan tetapi, dokter telah menemukan berbagai masalah kesehatan yang menjadi penyebab tidak umum dari kelainan tulang belakang ini, yaitu:
1. Masalah neuromuskular
Kondisi ini menandakan adanya gangguan fungsi otot dan saraf pada tubuh. Orang dengan kondisi ini, bisa terkena skoliosis di kemudian hari. Contoh masalah neuromuskular yang menjadi penyebab penyakit skoliosis, antara lain:
Cerebral palsy
Cerebral palsy adalah gangguan gerakan tubuh yang berhubungan dengan refleks abnormal. Penderitanya akan mengalami lemas atau kaku pada anggota gerak, melakukan gerakan tidak terkendali, postur tubuh abnormal, kesulitan menelan, dan kadang sulit untuk berjalan dengan benar.
Beberapa juga mengalami cacat intelektual, kebutaan, dan tuli. Cerebral palsy terjadi akibat adanya kerusakan pada otak ketika janin masih dalam kandungan. Gangguan gerak tubuh ini bisa jadi penyebab sejumlah kecil kasus skoliosis.
Spina bifida
Spina bifida adalah cacat tabung saraf yang terjadi pada bayi. Tabung saraf sendiri adalah struktur dalam embrio yang nantinya berkembang menjadi otak, sumsum tulang belakang, dan jaringan yang membungkusnya.
Pada hari ke-28 kehamilan, sebagian tabung saraf tidak menutup atau berkembang dengan baik sehingga menyebabkan kecacatan pada janin, yang disebut spina bifida.
Bayi dengan spina bifida kadang menunjukkan tanda berupa adanya jambul di punggung dan pembesaran kepala akibat penumpukan cairan di otak. Cacat bawaan ini bisa jadi penyebab penyakit skoliosis pada anak.
Distrofi otot
Distrofi otot adalah sekelompok penyakit yang menyebabkan hilangnya massa otot dan kelemahan pada otot secara progresif. Penyakit ini terjadi akibat gen bermutasi sehingga mengganggu produksi protein yang dibutuhkan untuk membangun otot yang sehat.
Orang yang memiliki distrofi otot akan merasakan gejala seperti sering terjatuh, otot terasa sakit atau kaku, sulit untuk berjalan, berlari, atau melompat, dan pertumbuhan tertunda.
Terjadinya kelainan tulang belakang skoliosis yang disebabkan oleh penyebab di atas, umumnya berkembang lebih cepat daripada skoliosis idiopatik. Biasanya, pengobatan skoliosis untuk jenis ini memerlukan operasi pembedahan.
2. Osteoporosis
Osteoporosis adalah kondisi pengeroposan tulang. Tulang adalah jaringan hidup yang akan rapuh dan diganti dengan tulang baru. Sayangnya, orang dengan osteoporosis, pembentukan tulang baru sangat lambat.
Akibatnya, membuat tulang rapuh dan mudah patah (fraktur). Area tulang yang paling sering mengalami fraktur adalah tulang belakang. Fraktur inilah yang bisa jadi penyebab tulang belakang melengkung menyamping atau Anda kenal dengan skoliosis.
Gejala osteoporosis tidak terlihat pada tahap pengeroposan tulang. Akan tetapi, begitu tulang melemah, biasanya orang dengan penyakit ini akan merasakan nyeri punggung, postur tubuh membungkuk, dan mudah mengalami patah tulang.
3. Malformasi tulang belakang
Malformasi embriologis satu atau lebih vertebra (tulang belakang) pada sistem rangka, dapat jadi penyebab skoliosis. Kondisi ini menyebabkan satu area tulang belakang memanjang lebih lambat. Akibatnya, tulang bisa melengkung ke arah samping. Kelainan ini muncul sejak bayi dilahirkan dan biasanya terdeteksi ketika ia memasuki usia anak-anak atau remaja.
Faktor yang meningkatkan risiko skoliosis
Meskipun tidak semua penyebab penyakit skoliosis diketahui secara pasti, ilmuwan telah menemukan berbagai faktor yang bisa meningkatkan risikonya, seperti:
- Usia
Skoliosis bisa terjadi pada usia berapa pun. Akan tetapi, penyakit kelainan tulang belakang ini lebih umum menyerang anak-anak, remaja, dan lansia. Biasanya juga terdeteksi di masa remaja.
- Jenis kelamin
Anak laki-laki dan perempuan memiliki risiko skoliosis yang tidak berbeda jauh. Akan tetapi, risiko perkembangan penyakit yang lebih buruk ada pada wanita.
- Riwayat kesehatan keluarga
Orang yang memiliki anggota keluarga dengan penyakit skoliosis, memiliki risiko terhadap penyakit ini. Meski begitu, kasus skoliosis karena faktor keturunan ini tidak banyak.
[embed-health-tool-bmi]