backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

5

Tanya Dokter
Simpan
Konten

Jenis Obat Penenang Depresi dan Risiko Efek Sampingnya

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 12/06/2023

Jenis Obat Penenang Depresi dan Risiko Efek Sampingnya

Guna mengontrol gejala beberapa gangguan mental seperti depresi, dokter akan meresepkan obat penenang atau yang juga disebut obat antidepresan. Namun, tahukah Anda bahwa obat depresi terdiri dari banyak jenis?

Simak informasi lebih dalam mengenai jenis obat ini pada ulasan berikut.

Jenis obat depresi dan risiko efek sampingnya

memilih obat antidepresan terbaik ampuh

Depresi adalah gangguan suasana hati yang bisa membuat seseorang merasa terus sedih. Jika tidak diobati, pengidapnya bahkan bisa melukai diri sendiri dan mencoba bunuh diri

Obat antidepresan bekerja dengan menyeimbangkan neurotransmiter, yakni zat kimia pembawa pesan dalam otak yang mampu memengaruhi suasana hati dan emosi Anda.

Selain meningkatkan mood, penggunaan obat ini akan membantu meningkatkan kualitas tidur, membuat pikiran fokus, hingga menambah nafsu makan.

Cara kerja obat depresi tergantung pada jenisnya. Berikut ini beberapa jenis obat penenang depresi serta efek samping yang perlu Anda ketahui.

1. Selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI)

Serotonin adalah neurotransmiter yang terkait dengan perasaan sehat dan bahagia. Pada otak orang yang mengalami depresi, produksi serotonin cenderung lebih rendah.

SSRI membantu mengobati depresi sedang hingga berat. Obat ini memblokir serotonin supaya sel saraf tidak menyerap kembali dan mendaur ulang neurotransmiter ini.

Hal ini menyebabkan peningkatan konsentrasi serotonin, yang dapat meningkatkan mood dan menumbuhkan minat terhadap aktivitas yang dulunya Anda sukai.

Beberapa contoh obat depresi golongan SSRI, di antaranya escitalopram (Lexapro), fluoxetine (Prozac), paroxetine (Aropax), sertraline (Zoloft), dan citalopram (Cipramil).

SSRI memiliki risiko efek samping yang tergolong rendah. Akan tetapi, tetap ada kemungkinan munculnya efek samping, meliputi:

  • mual dan muntah, 
  • sakit perut, 
  • diare dan konstipasi,
  • anoreksia,
  • nafsu makan meningkat,
  • mulut kering,
  • merasa gugup,
  • halusinasi,
  • mengantuk,
  • kejang,
  • gangguan fungsi seksual,
  • sulit buang air kecil, 
  • gangguan penglihatan, dan
  • hipersensitivitas, termasuk gatal, biduran, dan nyeri otot.

Perhatian!

Obat depresi golongan SSRI tidak boleh digunakan bila pasien memasuki episode mania, yakni kondisi yang membuat seseorang sangat bersemangat secara fisik dan mental. Konsumsi obat ini bisa memperparah mania dan bahkan meningkatkan risiko rawat inap.

2. Serotonin-norepinephrine reuptake inhibitor (SNRI)

SNRI bekerja menghambat serotonin dan norepinefrin agar tidak diserap kembali oleh sel saraf. 

Norepinefrin (norepinephrine) terlibat dalam respons ketertarikan terhadap rangsangan dari luar dan memotivasi seseorang untuk melakukan sesuatu. 

Oleh sebab itu, obat antidepresan golongan SNRI diyakini lebih efektif daripada obat jenis SSRI yang hanya berfokus pada serotonin.

Obat antidepresan yang termasuk dalam golongan SNRI, di antaranya venlafaxine (Effexor XR), desvenlafaxine (Pristiq), duloxetine (Cymbalta), dan reboxetine (Edronax). 

Beberapa efek samping yang timbul akibat penggunaan obat depresi jenis ini, meliputi:

  • mual dan muntah,
  • pening atau kepala terasa kliyengan,
  • kesulitan tidur atau insomnia,
  • mimpi tidak biasa atau buruk,
  • berkeringat berlebihan,
  • sembelit,
  • gemetar,
  • merasa cemas, dan
  • gangguan fungsi seksual.

3. Tricyclic antidepressant (TCA)

Obat depresi trisiklik bekerja menghambat neurotransmiter, termasuk serotonin, epinefrin, dan norepinefrin, agar tidak kembali terserap sekaligus juga mengikat reseptor sel saraf. 

Pada umumnya, dokter akan meresepkan obat ini untuk seseorang yang sebelumnya pernah menggunakan SSRI, tetapi tidak menunjukkan perbaikan gejala.

Jenis obat yang masuk dalam golongan ini, seperti amitriptyline (Endep), imipramine (Tofranil), clomipramine (Anafranil), dosulepin (Dothep), doxepin (Deptran), dan nortriptyline (Allegron).

Beberapa efek samping yang ditimbulkan dari penggunaan obat antidepresan jenis ini, meliputi:

  • mulut kering,
  • pandangan kabur,
  • konstipasi,
  • berkeringat,
  • mengantuk, 
  • detak jantung tidak teratur atau cepat,
  • blok jantung (khususnya pada penggunaan amitriptyline), dan
  • kandung kemih tidak bisa kosong setelah buang air kecil (retensi urine).

4. Monoamine oxidase inhibitor (MAOI)

minum obat antidepresan

MAOI bekerja menghambat enzim monoamine oxidase yang dapat menghancurkan serotonin, epinefrin, dan dopamin, yang bertanggung jawab untuk menimbulkan perasaan bahagia.

Biasanya, obat MAOI diresepkan saat obat-obatan lainnya tidak memberikan perbaikan gejala.

Beberapa contoh obat antidepresan dari golongan MAOI yaitu tranylcypromine, phenelzine, dan isocarboxazid

Obat depresi ini punya efek samping sangat serius. Beberapa di antaranya meliputi:

  • pusing,
  • kepala kliyengan dan sensasi ruangan berputar,
  • perubahan tekanan darah,
  • merasa ngantuk,
  • kesulitan tidur,
  • pembengkakan pada kaki dan pergelangan kaki,
  • penglihatan kabur, dan
  • kenaikan berat badan.

5. Noradrenaline and specific serotonergic antidepressant (NASSA)

NASSA adalah obat antidepresan yang bekerja dengan meningkatkan kadar noradrenalin dan serotonin. Obat ini umumnya diresepkan bagi mereka yang tidak bisa minum SSRI.

Serotonin dan noradrenalin merupakan jenis neurotransmiter yang mengatur suasana hati dan emosi. Serotonin juga ikut mengatur siklus tidur dan nafsu makan Anda.

Salah satu jenis obat antidepresan yang termasuk dalam golongan NASSA yakni mirtazapine

Efek samping yang timbul mungkin sama seperti obat SSRI. Beberapa di antaranya meliputi:

  • rasa mengantuk, 
  • nafsu makan meningkat, 
  • berat badan naik, 
  • mulut kering,
  • sembelit, 
  • batuk dan pilek,
  • pusing, dan
  • gangguan fungsi seksual.

Obat depresi akan lebih efektif dibarengi pengobatan lain

Dokter akan meresepkan obat bila Anda merasakan gejala depresi dan didiagnosis mengalami gangguan mental ini. Perbaikan gejala biasanya mulai terlihat 3–4 minggu setelah minum obat.

Selain resep obat, dokter mungkin merujuk Anda untuk menjalani terapi perilaku kognitif (CBT) dan terapi intrapersonal untuk menangani kasus depresi sedang hingga berat.

Terlepas dari pengobatan medis, beberapa dokter juga setuju bahwa olahraga rutin merupakan “pengobatan alternatif” terbaik untuk mengatasi depresi.

Penting juga untuk membarengi pengobatan dengan pola hidup sehat, yakni dengan konsumsi makanan sehat dan cukupi waktu istirahat.

Hal-hal yang perlu diperhatikan saat minum obat depresi

saridon obat sakit kepala

Dikutip dari Mayo Clinic, ada beberapa hal yang perlu Anda perhatikan sebelum atau selama menggunakan obat untuk mengatasi gangguan suasana hati ini.

1. Beri tahu dokter bila sedang hamil atau menyusui

Dokter Anda hanya akan meresepkan obat antidepresan selama fase kehamilan dan menyusui setelah menimbang manfaat dan risikonya, baik pada ibu dan janin.

Risiko cacat lahir akibat mengonsumsi antidepresan selama kehamilan terbilang rendah. Meski begitu, tetap konsultasikan lebih lanjut mengenai konsumsi obat ini pada dokter Anda.

2. Catatlah obat-obatan lain yang sedang Anda gunakan

Efek samping obat antidepresan dapat muncul bila Anda menggunakannya bersama dengan obat resep, obat nonresep, vitamin, suplemen gizi, dan produk herbal lain.

Efektivitas obat mungkin juga terpengaruh dari interaksi ini. Oleh sebab itu, catat dan beri tahu dokter bila Anda mengonsumsi obat-obatan tertentu.

3. Laporkan efek samping yang mengganggu

Setiap orang mengalami efek samping obat yang berbeda. Ada yang merasakan efek samping ringan, ada pula yang merasakan efek samping berat dari penggunaan obat depresi.

Segera hubungi dokter bila Anda mengalami efek samping yang mengganggu. Dokter mungkin akan menurunkan dosis maupun mengganti jenis obat yang lebih aman untuk Anda.

Untuk memperoleh info lebih lanjut seputar hal ini, Anda bisa mendatangi dokter kejiwaan atau psikiater. Cari psikiater terdekat dari lokasi Anda dan booking via Hello Sehat.

Kesimpulan

  • Obat antidepresan bekerja dengan cara menyeimbangkan neurotransmiter dalam otak yang memengaruhi suasana hati dan emosi.
  • Beberapa jenis obat penenang depresi antara lain selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI), serotonin-norepinephrine reuptake inhibitor (SNRI), tricyclic antidepressant (TCA), monoamine oxidase inhibitor (MAOI), dan noradrenaline and specific serotonergic antidepressant (NASSA). 
  • Penggunaan obat antidepresan sering kali dikombinasikan dengan psikoterapi dan pola hidup sehat untuk mencapai hasil yang lebih baik.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 12/06/2023

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan