Sebagian dari Anda mungkin sering mendengar soal fenomena halusinasi. Meski tidak tampak atau terdengar oleh orang lain, orang-orang yang mengalaminya merasakannya sebagai suatu hal yang nyata.
Ditinjau secara medis oleh dr. Tania Savitri · General Practitioner · Integrated Therapeutic
Sebagian dari Anda mungkin sering mendengar soal fenomena halusinasi. Meski tidak tampak atau terdengar oleh orang lain, orang-orang yang mengalaminya merasakannya sebagai suatu hal yang nyata.
Mengapa dan bagaimana kondisi mental ini bisa terjadi? Simak penjelasannya di bawah ini!
Halusinasi adalah kondisi yang membuat seseorang menyaksikan atau mengalami hal-hal yang sebenarnya tidak nyata dan hanya ada di dalam pikirannya sendiri.
Kondisi ini memengaruhi seluruh pancaindra. Anda bisa saja melihat, mendengar, menyentuh, mencium, atau mengecap sesuatu yang tidak benar-benar ada.
Pada umumnya, halusinasi merupakan gejala dari beberapa gangguan mental, contohnya psikosis, skizofrenia, depresi, dan gangguan stres pascatrauma (PTSD).
Namun, tidak menutup kemungkinan kondisi ini juga menjadi gejala dari penyakit fisik yang berkaitan dengan kelainan saraf, seperti demensia dan penyakit Parkinson.
Berikut ini adalah penjelasan tentang beberapa jenis halusinasi yang bisa Anda rasakan.
Berikut adalah beberapa alasan mengapa orang mengalami halusinasi.
Beberapa jenis kondisi dan penyakit mental yang menyebabkan halusinasi yakni:
Selain gangguan mental, beberapa kondisi dan penyakit fisik yang bisa membuat Anda berhalusinasi meliputi:
Halusinasi merupakan salah satu kondisi yang bisa muncul bila Anda mengalami kurang tidur yang parah.
Seseorang berpotensi lebih tinggi untuk mengalami fenomena ini bila telah terjaga selama beberapa hari atau belum cukup tidur dalam jangka waktu yang lama.
Asupan alkohol yang berlebihan dan obat-obatan terlarang bisa membuat Anda melihat atau mendengar hal yang tidak nyata.
Beberapa pengobatan bisa menyebabkan efek samping halusinasi, misalnya obat-obatan yang digunakan untuk penyakit Parkinson, depresi, psikosis atau epilepsi.
Anestesi atau obat bius yang digunakan selama prosedur operasi juga bisa memicu kondisi ini.
Halusinasi bisa dikendalikan meski mungkin tidak bisa disembuhkan seratus persen. Persentase kesembuhan akan sangat tergantung pada penyebabnya.
Beberapa rencana perawatan yang umumnya dokter rekomendasikan untuk menangani kondisi ini adalah sebagai berikut.
Dokter akan meresepkan obat berdasarkan kondisi medis yang Anda alami. Jika Anda berhalusinasi akibat berhenti minum alkohol, Anda butuh obat-obatan untuk menenangkan sistem saraf.
Akan tetapi, bila halusinasi disebabkan oleh penyakit Parkinson dan demensia, Anda mungkin perlu menggunakan jenis obat lain yang lebih sesuai dengan penyebabnya.
Konseling berperan penting di dalam penanganan halusinasi, terutama bila kondisi ini disebabkan oleh gangguan mental.
Konselor akan membantu Anda mengerti lebih dalam tentang kondisi ini dan memberikan strategi untuk mengatasinya. Hal ini sangat penting terutama bagi pasien yang memiliki paranoid.
Apabila orang terdekat Anda berhalusinasi, jangan tergesa-gesa mengambil aksi. Lebih baik, coba terlebih dahulu mempelajari kondisi dan situasi terlebih dahulu.
Ketika situasinya sudah lebih kondusif, lakukan beberapa strategi di bawah ini untuk membantu mereka.
Selama berhalusinasi, orang terdekat Anda mungkin merasa ketakutan. Maka dari itu, Anda perlu membuat mereka merasa aman dan nyaman.
Yakinkan bahwa diri Anda selalu sedia menjaga mereka agar mereka tidak perlu merasa khawatir.
Berikan juga rasa aman melalui sentuhan jika memungkinkan, contohnya dengan menepuk-nepuk punggungnya secara pelan dan penuh perhatian.
Menurut Alzheimer’s Association, salah satu cara untuk membantu orang terdekat yang berhalusinasi adalah dengan mengalihkan perhatiannya.
Cobalah ajak mereka berjalan kaki atau berpindah tempat ke tempat lain bila gejala muncul saat mereka berada di tempat tertentu.
Anda juga bisa mengalihkan perhatiannya dengan membicarakan hal-hal yang menarik, misalnya seputar hobi, film, dan musik yang sama-sama Anda berdua sukai.
Meski tahu bahwa orang terdekat sedang berhalusinasi, bukan berarti Anda harus berbohong kepadanya agar mereka merasa dipercaya dan lebih tenang.
Berikan jawaban jujur bila mereka bertanya, “Kamu melihat dan mendengarnya, kan?”
Pasalnya, bila Anda menjawab seolah-olah juga mendengarnya padahal tidak sama sekali, hal ini hanya akan memperparah halusinasi tersebut.
Anda dapat mengatakan dengan cara, “Saya tahu kamu mendengar sesuatu, tetapi saya tidak mendengarnya.”
Hal tersebut telah menunjukkan bahwa Anda memahami kondisi mereka tanpa membenarkan bahwa apa yang dilihat, didengar, maupun dirasakannya itu nyata.
Catatan
Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar