backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

1

Tanya Dokter
Simpan

Memahami Apa itu Ego dan Cara Bijak Mengelolanya

Ditinjau secara medis oleh dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa · General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


Ditulis oleh Hillary Sekar Pawestri · Tanggal diperbarui 11/09/2023

    Memahami Apa itu Ego dan Cara Bijak Mengelolanya

    Selama ini, ego kerap dinilai sebagai hasrat tak terbendung seseorang saat menginginkan sesuatu sehingga dikaitkan dengan hal-hal negatif.

    Nyatanya, ego bukanlah satu-satunya faktor pembentuk karakter. Keberadaannya pun tidak selalu menandakan sifat buruk seseorang.

    Supaya tidak salah lagi mengartikan ego orang lain atau bahkan diri sendiri, simak ulasan berikut!

    Apa itu ego?

    Ego merupakan satu dari tiga bagian struktur kepribadian manusia menurut Sigmund Freud, seorang ahli psikoanalisis. Struktur kepribadian lain selain ego adalah id dan superego.

    Struktur kepribadian id akan membuat seseorang berusaha mendapatkan berbagai kebutuhan dasar hidup seperti makan, minum, dan hasrat seksual secara instan, bahkan bertindak impulsif.

    Sementara itu, superego adalah struktur kepribadian yang membuat seseorang memiliki nilai moral atau pemahaman terhadap orang lain. Sedangkan ego adalah penghubung antara id dan superego.

    Dengan begitu, dapat disimpulkan bahwa ego adalah bagian dari struktur kepribadian yang membuat seseorang sadar bahwa untuk memenuhi kebutuhan dasar, Anda tetap perlu menggunakan cara yang aman dan diterima secara sosial.

    Ego membuat seseorang berpikir secara realistis dan menyadari bahwa ada orang lain yang juga perlu memenuhi kebutuhan atau keinginan untuk bertahan hidup.

    Namun, dengan struktur kepribadian ini pula, seseorang menyadari bahwa mereka tidak harus selalu menahan hasrat demi orang lain. Sebab dengan itulah, kebutuhan bertahan hidup bisa terpenuhi.

    Cara menurunkan ego yang tinggi

    cara menghadapi orang egois

    Laman Simply Psychology menyebutkan bahwa setiap orang bisa memiliki tingkatan ego yang berbeda-beda.

    Saat seseorang memiliki ego yang terlalu tinggi, mereka akan dikenal sebagai orang dengan sifat egois. Sifat ini membuat seseorang hanya memikirkan diri sendiri tanpa memedulikan orang lain.

    Sampai saat ini, belum diketahui secara pasti penyebab perbedaan struktur kepribadian setiap orang.

    Namun, jika Anda merasa memiliki ego yang tinggi, berikut adalah beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk mengendalikannya.

    1. Terima kritik dan saran

    Orang egois sering kali tidak menyadari sifat buruknya. Alhasil, mereka kerap bersikap defensif terhadap kritik dan saran yang diberikan orang lain atas perilakunya selama ini.

    Oleh karena itu, penting untuk bersikap terbuka atas kritik dan saran orang lain. Dengan begitu, Anda bisa menjadi sosok yang lebih baik bagi orang-orang di sekitar.

    2. Belajar memahami orang sekitar

    Sifat egois akan membuat seseorang hanya berusaha memenuhi keinginannya sendiri tanpa memedulikan orang sekitar. Maka untuk menurunkannya, Anda perlu lebih peduli pada orang-orang di sekitar.

    Contohnya saat sedang berada di dalam transportasi umum. Alih-alih langsung duduk di bangku kosong, coba perhatikan apakah ada orang lain yang lebih membutuhkan, seperti ibu hamil atau orang tua.

    3. Ikut kegiatan sosial

    Mengikuti kegiatan sosial bisa menjadi salah satu cara ampuh untuk menurunkan ego yang tinggi.

    Kegiatan sosial akan megembangkan empati atau kemampuan untuk merasakan dan memahami perasaan orang lain.

    Selama mengikuti kegiatan sosial, Anda akan memahami bahwa ada orang lain yang memerlukan bantuan Anda.

    4. Berhenti membandingkan diri sendiri dengan orang lain

    membandingkan pasangan dengan mantan

    Pernahkah ego Anda terluka saat Anda melihat pencapaian orang lain? Kebiasaan membanding-bandingkan ini sebaiknya segera dihentikan.

    Fokus pada pencapaian orang lain  justru bisa membuat Anda melewatkan kesempatan yang lebih sesuai dengan kemampuan Anda.

    Meski awalnya sulit, percayalah bahwa setiap orang memiliki proses yang berbeda-beda untuk mencapai tujuannya.

    5. Belajar menjadi pendengar yang baik

    Salah satu cara untuk menjadi lebih peduli pada orang lain adalah dengan menjadi seorang pendengar yang baik.

    Dengan mendengar cerita orang lain, Anda akan lebih memahami keadaan mereka yang sebenarnya sehingga tidak hanya fokus pada diri sendiri.

    6. Belajar menerima penolakan

    Salah satu ciri orang egois adalah menginginkan semua kemauannya terpenuhi, padahal ada kalanya sebuah keinginan harus direlakan karena kondisi tertentu.

    Maka, penting untuk mulai belajar cara menerima penolakan atau mengalah pada situasi tertentu.

    Contohnya, saat Anda mengajak orang lain main bersama, tetapi mereka tidak bisa memenuhinya. Di sini, cobalah untuk memahami bahwa mereka mungkin memiliki agenda lain yang lebih penting.

    7. Mulai kelola emosi

    Orang egois sering kali tidak bisa menahan emosi saat melihat atau merasakan sesuatu yang tidak sesuai keinginannya. Akibatnya, keegoisan juga kerap menjadikan seseorang mudah marah.

    Sebagai solusinya, Anda bisa coba mulai belajar mengelola emosi negatif supaya tidak merugikan orang lain. Setiap orang bisa memiliki cara yang berbeda dalam mengelola emosinya.

    Melalui penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa selama berada dalam batasan normal, ego sebenarnya merupakan bagian dari diri seorang manusia dan bukanlah suatu hal yang merugikan.

    Namun, jika ego Anda sudah terlalu tinggi, bahkan setelah melakukan berbagai cara di atas, mungkin saja ada sesuatu yang melatarbelakanginya.

    Tidak mudah untuk melakukan introspeksi seorang diri. Bila perlu, tidak ada salahnya berkonsultasi ke psikolog untuk belajar cara mengatasinya.

    Kesimpulan

    • Ego adalah bagian dari struktur pembentuk karakter seseorang, bersama id dan superego.
    • Ego adalah keinginan seseorang untuk memenuhi suatu hal tetapi masih menggunakan cara-cara yang dapat diterima secara sosial.
    • Sifat egois terbentuk saat ego terlalu tinggi.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

    General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


    Ditulis oleh Hillary Sekar Pawestri · Tanggal diperbarui 11/09/2023

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan