Bagi beberapa orang, berdamai dengan sendiri membutuhkan usaha lebih besar dibandingkan memaafkan orang lain. Padahal, dengan menerima diri sendiri, Anda bisa memiliki kehidupan yang lebih tenang dan bahagia.
Jika Anda masih kebingungan dari mana harus memulai, cobalah beberapa cara berikut.
Berbagai cara berdamai dengan diri sendiri
Berdamai dengan sendiri (self-acceptance) berarti bahwa Anda sudah bisa menerima segala hal dalam diri, mulai dari kekurangan, luka batin, kesalahan di masa lalu, dan hal lain yang kerap menimbulkan emosi negatif.
Setiap orang bisa membutuhkan waktu yang berbeda untuk mencintai diri sendiri. Oleh karena itu, tak perlu membanding-bandingkan diri Anda dengan orang lain selama Anda sudah mengusahakannya.
Supaya usaha Anda lebih mudah, cobalah berbagai cara berikut.
1. Pahami diri sendiri
Percayalah bahwa setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Jika Anda kesulitan menemukannya, cobalah meminta penilaian dari orang terdekat.
Dengan mengetahui hal tersebut, Anda bisa memaksimalkan kelebihan yang ada dan berusaha mengurangi atau memahami kekurangannya.
Tidak ada kata terlambat untuk memahami diri sendiri. Jadi, jangan merasa bersalah ketika Anda baru merasa menemukan jati diri saat sudah dewasa.
2. Belajar menjadi pemaaf
Anda tidak akan bisa berdamai dengan diri sendiri tanpa belajar memaafkan.
Ketika bisa memaafkan kesalahan, baik yang dibuat diri sendiri maupun orang lain, itu artinya Anda sudah bisa menerima hal buruk di masa lalu.
Ingat, memaafkan bukan hanya diucapkan, tetapi juga melibatkan keikhlasan, empati, dan komitmen untuk tidak mengulanginya.
3. Luangkan waktu untuk diri sendiri
Kapan terakhir kali Anda meluangkan waktu untuk diri sendiri tanpa memikirkan orang lain? Jika sudah lupa, itu tandanya Anda membutuhkan me time.
Anda bisa mengisi me time dengan melakukan hobi, membaca buku yang sempat tertunda, hingga memikirkan kembali tujuan hidup.
Bukan hanya bagi Anda yang masih single, ibu juga butuh me time demi menjaga kesehatan mental.
Jangan merasa bersalah untuk menitipkan sebentar anak Anda ke orang tua atau seseorang yang tepercaya.
4. Kecewa adalah bagian dari hidup
Sebagai manusia biasa, Anda tidak akan bisa menghindari rasa sedih dan kecewa. Seseorang yang hidupnya selalu terlihat bahagia pun pasti pernah mengalaminya.
Oleh karena itu, alih-alih berusaha menepis emosi negatif tersebut, Anda perlu belajar untuk menerimanya. Namun, ingatlah bahwa perasaan tersebut hanyalah sementara.
Menurut University of Arkansas, sebisa mungkin jadikan kegagalan hidup sebagai proses pembelajaran. Dengan begitu, Anda akan lebih mudah berdamai dengan diri sendiri.
5. Kendalikan ekspektasi Anda
Menyusun sebuah rencana atau tujuan hidup merupakan hal yang wajar. Namun, ketahuilah bahwa setiap orang memiliki batas kemampuannya masing-masing.
Sebagai contoh, jika Anda ingin menjuarai sebuah kompetisi, peluangnya akan semakin besar ketika Anda menyiapkannya jauh-jauh hari.
Itu artinya, peluang Anda akan semakin kecil jika menyiapkannya terlalu mendadak. Hal yang sama juga berlaku untuk goals hidup lainnya.
6. Rayakan hal-hal sederhana
Selama ini, prestasi selalu dikaitkan dengan hal-hal besar, seperti menjadi juara atau mendapat promosi pekerjaan.
Nyatanya, hal-hal sederhana seperti makan makanan kesukaan, tidur lebih awal, atau berhasil sampai rumah sebelum hujan juga bisa menjadi prestasi tersendiri.
Ketika mendapatkan prestasi, cobalah untuk merayakannya. Merayakan tidak perlu selalu membeli hadiah, ini bisa dilakukan dengan memberi afirmasi dan berpikir positif pada diri sendiri.
7. Coba hadapi rasa takut
Jika Anda memiliki rasa takut akan suatu hal, janganlah berusaha menghindari atau membencinya. Sebaliknya, cobalah menerima perasaan tersebut dan berusaha menghadapinya.
Beberapa hasil mungkin mengkhianati usaha, tetapi setidaknya Anda sudah mencobanya. Tanpa mencoba, Anda mungkin selalu berada pada batasan diri yang sama.
Berdamai dengan diri sendiri bukanlah hal yang mudah. Anda akan membutuhkan waktu, energi, dan kesiapan mental.
Oleh karena itu, tak ada salahnya untuk sesekali berhenti sementara. Yang penting, pastikan Anda tetap memantau hasilnya.
Jika masih kesulitan untuk menerapkan self-acceptance ketika sudah berulang kali mencoba, Anda juga bisa berkonsultasi dengan ahlinya, seperti psikolog.