backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

4

Tanya Dokter
Simpan

Mengenal Jenis Tes Buta Warna beserta Cara Kerjanya

Ditinjau secara medis oleh dr. Carla Pramudita Susanto · General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


Ditulis oleh Fidhia Kemala · Tanggal diperbarui 19/09/2023

    Mengenal Jenis Tes Buta Warna beserta Cara Kerjanya

    Tidak semua penderita buta warna hanya melihat warna hitam dan putih, atau yang disebut buta warna total. Faktanya, kebanyakan kasus buta warna justru adalah buta warna parsial. Untuk memastikan jenis mana yang dialami, Anda perlu melakukan cek buta warna. Lantas, seperti apa tes buta warna dan bagaimana cara kerjanya?

    Berbagai jenis tes buta warna dan cara kerjanya

    Buta warna terjadi karena adanya penurunan fungsi atau hilangnya sel-sel kerucut pada retina. Kerusakan pada sel kerucut di retina ini menyebabkan mata tidak dapat mendeteksi warna-warna dengan baik.

    Umumnya, buta warna merupakan penyakit keturunan. Namun, penyakit yang memengaruhi fungsi mata tertentu dan paparan zat kimia berbahaya juga bisa menjadi penyebab gangguan penglihatan ini.

    Namun, banyak yang tidak menyadari jika dirinya mengalami buta warna karena sudah terbiasa menganggap warna tertentu sama dengan yang dilihat oleh matanya.

    Padahal, beberapa pekerjaan atau bidang studi di perkuliahan menuntut seseorang untuk bisa sepenuhnya melihat warna dengan jelas.

    Oleh karena itu, pemeriksaan tertentu perlu dilakukan untuk mengetahui kondisi buta warna

    Adapun tes yang umum dilakukan adalah untuk buta warna parsial dengan mengenali pola yang dibentuk dari titik berwarna, yakni tes Ishihara.

    Namun, setidaknya ada empat jenis tes yang perlu dilakukan dokter spesialis mata untuk mendiagnosis kelainan penglihatan warna. Setiap jenis tes memiliki cara yang berbeda. 

    Berikut adalah penjelasan masing-masing jenis tes tersebut.

    1. Tes buta warna Ishihara

    tes buta warna ishihara

    Sesuai dengan namanya, penemu tes buta warna ini adalah Shinobu Ishihara, seorang optalmologis asal Jepang. Tes ini paling sering digunakan untuk mengetahui buta warna parsial, terutama warna merah-hijau.

    Tes Ishihara terdiri dari 24 halaman, memuat gambar berupa titik-titik warna yang membentuk pola angka. Cara tes buta warna ini adalah membaca angka-angka yang tersusun dari titik-titik berwarna tersebut.

    Melansir National Eye Institue, saat menjalankan tes ini, Anda biasanya dihadapkan dengan buku yang berisi pola lingkaran (piringan) dengan banyak titik berbagai warna dan ukuran di dalamnya.

    Dalam satu buku Ishihara biasanya terdapat 14, 24, atau 38 gambar lingkaran atau piringan berwarna. Piringan berwarna ini biasanya disebut dengan pseudoisochromatic.

    Arti dari istilah tersebut adalah titik-titik berwarna dalam pola yang pertama kali terlihat sama (iso) dalam warna (chromatic), tetapi kesamaan itu palsu (pseudo).

    Apabila Anda memiliki buta warna parsial merah-hijau, maka akan kesulitan membaca beberapa halaman. Anda akan memiliki jawaban yang berbeda dibandingkan orang dengan penglihatan normal.

    Bahkan, bisa jadi Anda tidak melihat keberadaan angka sama sekali. Akan tetapi, beberapa halaman memang dikhususkan hanya dapat dibaca oleh penderita buta warna parsial.

    Pada bagian ini, orang dengan penglihatan normal biasanya tidak menemukan adanya angka, sebaliknya orang dengan buta warna parsial justru melihat adanya angka.

    2. Hardy-Rand-Rittler (HRR)

    Tes ini pertama kali ditemukan pada tahun 1945. Ini umumnya digunakan untuk mendeteksi keseluruhan jenis buta warna parsial (merah, hijau, dan biru).

    Tes HRR terdiri dari empat bagian besar dan hasil dari masing-masing tes akan digunakan untuk menentukan jenis kelainan warna yang Anda miliki.

    Cara tes buta warna ini, yaitu Anda akan diminta untuk melihat beberapa bentuk gambar, seperti segitiga ataupun lingkaran.

    Selain digunakan sebagai metode pemeriksaan buta warna, tes ini juga dapat digunakan untuk mendeteksi penurunan kemampuan penglihatan warna yang menyertai beberapa penyakit mata.

    Salah satu contoh penyakit mata yang bisa dideteksi dengan tes HRR, yakni neuropati optik.

    3. Farnsworth-Munsell 100-hue (Tes Hue)

    Tes buta warna Farnsworth-Munsell 100-hue

    Berbeda dengan cek buta warna lainnya, tes Hue terdiri dari 85 gradasi warna yang tersusun dalam empat baris.

    Cara tes buta warna hue yang benar dilakukan dengan mengurutkan warna-warna tersebut sehingga membentuk suatu gradasi.

    Dokter biasanya akan meminta Anda mengurutkan gradasi dari warna pelangi, yakni merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu.

    Hasilnya akan dijumlahkan untuk mengetahui seberapa berat atau ringan gangguan warna yang Anda alami.

    Jika Anda mengalami kesulitan menyusun gradasi dari warna-warna tersebut, kemungkinan Anda memiliki gangguan penglihatan warna.

    Tes Hue biasanya dilakukan untuk mendeteksi kelainan penglihatan warna untuk kualifikasi profesi fotografer dan desainer grafis. 

    4. Tes buta warna dengan anomaloskopi

    Tidak seperti tes lainnya, pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan alat khusus yang berbentuk seperti mikroskop, yaitu anomaloskop.

    Cek buta warna menggunakan anomaloskop merupakan jenis pemeriksaan gangguan penglihatan warna yang paling akurat.

    Pada tes ini, Anda akan diminta untuk menyesuaikan warna dengan warna yang ada dalam alat anomaloskop dengan memutar beberapa tombol pada alat tersebut.

    Pada alat terdapat sebuah lingkaran yang terbagi menjadi dua warna, yaitu merah-hijau dan kuning. Anda perlu menunjukkan warna yang serupa dengan dua bagian lingkaran tersebut.

    Selain cek buta warna, dokter mungkin akan melakukan pemeriksaan mata lengkap atau tes lainnya untuk mengetahui penyebab kelainan penglihatan warna secara pasti.

    Apabila buta warna disebabkan oleh penyakit tertentu atau efek samping obat, hasil pemeriksaan nantinya akan dijadikan panduan untuk dokter menentukan cara mengatasi buta warna dengan tepat.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Carla Pramudita Susanto

    General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


    Ditulis oleh Fidhia Kemala · Tanggal diperbarui 19/09/2023

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan