Crown gigi bermanfaat untuk mengembalikan bentuk, ukuran, dan kekuatan gigi. Selain itu crown gigi juga memperbaiki tampilan dan melindungi gigi dari kerusakan. Meski manfaatnya begitu beragam, pemasangan crown gigi juga tidak luput dari kemunculan efek samping. Apa saja efek samping yang perlu diwaspadai?
Beragam efek samping memasang crown gigi
Crown gigi berfungsi sebagai selubung yang menutupi seluruh permukaan struktur gigi asli. Sering kali, alat ini juga perlu berkontak langsung dengan gusi agar mampu menyokong gigi asli dengan lebih kuat.
Mengingat posisinya begitu dekat dengan jaringan sekitar gigi yang sensitif, berikut sederet risiko yang dapat terjadi:
1. Gigi terasa tidak nyaman atau menjadi sensitif
Ini merupakan efek samping yang paling umum dari pemasangan crown gigi. Terutama bila gigi yang baru dipasangi crown masih memiliki saraf yang lengkap.
Gigi dapat menjadi sangat sensitif terhadap suhu panas, dingin, serta makanan tertentu.
Jika gigi terasa tidak nyaman atau ngilu saat menggigit, kondisi ini bisa disebabkan karena crown dipasang terlalu tinggi.
Cobalah berkonsultasi dengan dokter untuk mengatasi masalah ini. Dokter dapat melakukan prosedur tertentu guna memperbaiki posisi crown gigi.
2. Crown gigi longgar atau lepas
Seiring waktu, bahan perekat crown gigi lambat laun dapat terkikis. Hal ini tidak hanya membuat crown gigi menjadi longgar, tapi juga memungkinkan bakteri untuk masuk dan menyebabkan gigi membusuk.
Akibatnya, crown tidak lagi menempel dengan kuat pada gigi asli.
Efek samping lain mungkin terjadi adalah lepasnya crown dari gigi asli. Penyebabnya bisa karena crown tidak dipasang dengan baik atau perekatnya kurang kuat.
Dokter gigi biasanya dapat memasang crown kembali dengan mudah. Namun, jika crown atau gigi asli telah rusak, dokter perlu membuatkan crown yang baru.
3. Crown gigi patah
Crown gigi yang terbuat dari porselen bisa patah akibat tekanan yang besar.
Tekanan dapat berasal dari kebiasaan menggigiti kuku dan benda keras, makan makanan keras, membuka bungkus makanan dengan gigi, atau perilaku lainnya yang merusak gigi.
Retak atau patah kecil pada crown gigi masih bisa diperbaiki dengan menempelkan bahan berupa komposit resin.
Sementara pada kerusakan yang parah, dokter mungkin perlu membentuk ulang crown gigi atau menggantinya dengan yang baru.
4. Reaksi alergi
Crown gigi memiliki bagian yang terbuat dari berbagai jenis logam.
Bagi orang yang alergi pada logam atau porselen, pemasangan crown gigi justru dapat memicu reaksi alergi. Efek samping ini memang langka, tapi pengguna crown gigi tetap perlu waspada.
Dilansir dari Journal of Clinical & Diagnostic Research, gejala alergi crown gigi antara lain:
- sensasi terbakar pada mulut atau gusi,
- gingival hyperplasia (pertumbuhan jaringan gusi secara berlebihan),
- lidah mati rasa sebelah,
- peradangan pada mulut bibir,
- ruam di sekitar mulut,
- nyeri otot dan sendi,
- serta gangguan fungsi jantung pada orang yang alergi terhadap logam titanium
5. Masalah pada gusi
Pemilik crown gigi lebih berisiko mengalami gingivitis.
Penyakit ini ditandai dengan peradangan pada gusi sehingga gusi tampak kemerahan dan mudah berdarah. Untuk mencegahnya, Anda perlu berupaya menjaga kebersihan gigi dan mulut setiap hari.
Jika dibiarkan, gingivitis dapat bertambah parah dan menyebabkan gusi tertarik dari crown gigi.
Efek samping ini akan berpengaruh terhadap penampilan karena crown gigi tampak terpisah dari gusi yang menyokongnya.
Crown gigi bisa mengembalikan bentuk gigi dan melindunginya dari kerusakan, tapi alat ini tidak dapat menangkal pembusukan gigi maupun penyakit gusi.
Maka dari itu, Anda harus selalu menjaga kesehatan gigi dengan menyikatnya sebanyak 2 kali sehari.
Setelah menyikat gigi, bersihkan celah-celah gigi menggunakan benang gigi.
Fokuslah pada celah bertemunya crown gigi dengan gusi untuk menghilangkan sisa makanan yang tertinggal. Tidak lupa, berkumurlah dengan larutan antiseptik setidaknya satu kali sehari.
[embed-health-tool-bmi]